Wanna be Trainer hari kedua dimulai dengan teknik menyiapkan materi presentasi. Menurut pak Jamil, sebuah materi itu terdiri dari 10% pembukaan, 80% isi dan 10% penutup. Yang penting digali dalam setiap materi adalah: headline, apa yang membuat kita bergairah untuk memberikan materi ini, dan terutama apa manfaat materi ini bagi peserta.
Untuk proses pelatihan menyiapkan materi presentasi ini, peserta kembali berkumpul dalam kelompok dan mulai mengisi workbook yang membantu menggali potensi materi yang bisa menjadi modal sebagai seorang trainer.
“Orang Indonesia itu suka cerita,” kata pak Jamil. Maka beliau pun mengajari kami untuk memperkaya materi dengan analogi. Salah satu contoh yang disukai oleh pak Jamil adalah analogi Ferari dalam menjelaskan tentang prinsip Sukses-Mulia yang menjadi tag line pak Jamil.
Untuk mencapai hidup Sukses Mulia rumusnya adalah Expert x Epos x Aset. Kami diajarkan untuk mengajak orang lain memahami konsep ini secara sederhana dalam sebuah analogi “Menang juara Formula 1”. Untuk menjadi pemenang lomba Formula 1 maka Expert, Epos, dan Aset yang dibutuhkan adalah: Expert (Pembalap berkemampuan, Michael Schumacher), Epos (Bensin Super) & Aset (Ferari) => Gambar A.
Bayangkan apa yang terjadi jika salah satu komponen itu tidak terpenuhi, maka Sukses-Mulia itu tak akan tercapai. Contohnya adalah seperti gambar B, ketika asetnya berubah dari Ferari menjadi Bajaj, atau Expertnya diganti pak Badjuri (Gambar C), atau Eposnya bensin oplosan (Gambar D).
Dengan caranya yang menyenangkan, pak Jamil menurunkan tips-tipsnya untuk bisa memperkaya materi dengan analogi, cerita, riset, contoh & film. Beliau juga mengajari peserta bagaimana cara membuat presentasi yang menarik dan tidak melelahkan mata.
***
Setelah sesi belajar menyiapkan materi presentasi, peserta Wanna be Trainer kembali bergabung dalam kelompok lalu masing-masing berlatih membuat presentasi bedasarkan pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh pak Jamil tadi. Kalau di hari pertama Wanna be Trainer fokusnya masih mengenai cara menyelesaikan masalah yang ada dalam diri, maka sekarang fokusnya mulai bergeser bagaimana membuat presentasi yang bermanfaat buat orang lain.
Naah, di sini aku mulai bingung kelimpungan mau ngomong apa. Bayangkan sampai menjelang istirahat makan siang kertasku masih bolong plong sementara teman-teman sekelompokku sudah padat berisi. Panik? Pastinya! Soalnya setelah makan siang masing-masing peserta harus presentasi di hadapan teman satu kelompoknya. Walau hanya presentasi di kelompok kecil tapi ya kok rasanya kagok. Mungkin justru karena diberi waktu hanya 3 menit. Lha, 3 menit itu kan sebentar sekali. Bagaiaman bisa presentasi hanya 3 menit? Mau ngomong apa?
Saat peserta lain makan siang, aku malah telpon mas Aar mencari ketentraman, tapi ternyata tetap bingung. Untungnya 5 menit menjelang waktu istirahat selesai, aku ikut nimbrung di obrolan antara Mella, Nuning & pak Ian. Mella kemudian bilang kalau bagusnya aku ngomong hal yang paling aku kuasai saja selama ini. Pak Ian juga menyatakan bahwa kita boleh kok ganti topik last minute asal siap betul.
Akhirnya bener-bener di last minute aku ganti topik, ganti kertas presentasi, ganti semuanya. Hajar bleh…
Ternyata, waktu selesai presentasi kelompok, teman-teman kelompokku malah memilih aku untuk jadi wakil kelompok bersaing dengan wakil dari kelompok lain. Wuaaa… makin keder.
Hari kedua ini benar-benar menjadi hari yang menegangkan buat aku. Apalagi aku mendapat giliran maju terakhir. Entah berapa kali aku mondar-mandir kamar kecil untuk menenangkan stress. Walau untuk berbicara kali ini kami diberi tambahan waktu 2 menit (total 5 menit) tetep saja buatku terlalu sedikit. Sebagian teman-teman yang maju terpaksa berhenti sebelum menyelesaikan presentasinya karena kehabisan waktu.
Tema yang aku bawakan adalah Membangun Bisnis Online dengan Website yang Berkualitas. Terima kasih kepada pak Ian yang memberikan banyak pengarahan pada saat aku berlatih. Berkat pak Ian aku kini punya “rumus” untuk membuat Website Berkualitas, yaitu: FTV (Fungsional, Terpercaya & Visual). Pak Ian mampu menyederhanakan materiku dan merangkumnya menjadi singkat & padat. Wow…
Ketika akhirnya tiba giliranku, awalnya tentu tegang dan panik. Tapi begitu aku melihat ke wajah teman-teman peserta tiba-tiba paniknya hilang dan tiba-tiba udah aja selesai. Hehe.. bener apa kata pak Jamil. Semua ketakutan dan kekhawatiran itu adanya memang hanya di pikiran kita saja. Rumus: Tatap-Senyum-Bicara memang AMPUH!
***
Dalam Wanna be Trainer ini aku tidak hanya merasakan curahan ilmu yang padat tapi juga menikmati persaudaraan baru dengan teman-teman peserta. Salah satu yang menyenangkan adalah bernyanyi bersama mereka sebelum kelas dimulai atau disela waktu istirahat antar sesi. Kalau sudah begini semuanya langsung jadi nggak tahu malu.. Lihat saja videonya. Hehehe..
***
Kalau sudah takdir itu memang tidak bisa ditolak.
Rencananya malam kedua itu kami akan karaokean, tapi karena tiba-tiba satu-persatu teman yang mau ikut karaokean menghilang dan aku pun rasanya capeeeek banget habis presentasi tadi, akhirnya kami memutuskan untuk nggak jadi karaokean. Aku, Mella, mbak Dwi & Dani kemudian memutuskan untuk makan-makan saja di Obonk Steak di sebelah hotel Amaris.
Ternyata, tak lama setelah kami pesan makanan, ada orgen tunggal yang mulai memainkan lagu-lagu oldies. Waaa… langsung deh ikutan nyanyi beberapa lagu. Judulnya mungkin memang harus nyanyi teriak2 melepas stress.
Sayang mas Arofah & Nuning tidak jadi bisa ikut ngumpul. Untung ada Daeng Mappe & Mus yang ikutan bergabung jadi suasananya makin asik 🙂
Kalau nggak inget besok masih ada satu hari training lagi pasti ngobrolnya bisa sampai malam. Dikemudiannya aku baru tahu kalau ternyata makan malam kemarin kami ditraktir Daeng Mappe, waaa.. terima kasih ya Daeng. Jangan bosen2 traktir kita.. hehe 🙂
(Bersambung)
5 thoughts on “Wanna be Trainer – Pengalaman mengikuti training Jamil Azzaini hari kedua”
benar benar inspirasi………
rumah buku
menarik sekali acaranya mbak 🙂
Salutttttt Banget aku sama mba…
Menjalani HS, bisa mengembangkan diri dan enjoyyy banget ama aktiftas yg dijalani….
Inspiratif banget….. Sy lagi menggodok HS bagi anak-anakku walau tidak full HS…
semoga HS makin berjaya ke depannya….;)
semangat ^_^