CANTUNG di Wanna be Trainer

Wanna be Trainer – Pengalaman hari ketiga

Ali Akbar di Wanna be Trainer hari ketigaWanna be Trainer (WBT) hari ketiga ternyata lebih seru lagi. Ada dua pembicara utama hari ini, yaitu Ali Akbar (Pakar SEO) dan pak Jamil Azzaini yang selama ini terus memimpin sendiri proses training WBT.

Acara diawali dengan sesi mas Ali Akbar dari BISMA yang membuka wawasan peserta tentang asiknya memiliki bisnis di dunia internet. Ali Akbar menceritakan bahwa dalam perkembangan dunia sekarang ini, suka tidak suka hampir semua orang menggunakan mesin pencari untuk mencari kebutuhannya. Mereka tak lagi menggunakan Yellow Pages untuk mencari produk yang dibutuhkannya.

Oleh karena itu, tantangan terbesar di zaman sekarang bagi para pebisnis adalah bagaimana produk-produknya menjadi nomer 1 pada halaman Google. Untuk itulah mengapa ilmu Optimasi Internet menjadi penting, sebab optimasi Internet adalah ilmu untuk menjadikan produk kita berada di halaman pertama Google.

Ali Akbar juga menyatakan bahwa tak hanya website yang perlu dioptimasi hingga berada di halaman 1 Google, tapi BlackBerry & akun Twitter pun sebaiknya dioptimasi supaya tidak hanya jadi pengeluaran apalagi alat eksis, tetapi juga menjadi sumber penghasilan.

Hal lain disampaikan oleh Ali Akbar adalah penting untuk membentuk komunitas. Sebab, komunitas adalah basis untuk membangun interaksi yang saling menguntungkan diantara para anggotanya selain untuk membangun loyalitas terhadap produk dan perusahaan.

Nah, dalam konteks komunitas itu, pak Jamil Azzaini memiliki web komunitas, yaitu www.trainerlaris.com. Website ini beranggotakan para trainer dan orang-orang yang ingin menjadi trainer. Di dalam  website ini, mereka bisa saling bertukar cerita, tips, kisah, hingga dapat saling menguatkan.

Kemudian Ali Akbar mendorong para peserta training Wanna Be Trainer untuk mendaftar dalam situs TrainerLarisProsesnya dilakukan pada saat itu juga dengan bantuan asistensi dari tim Bisma Center. Karena aku termasuk bagian tim Bisma Center, aku bersama Mella dan Nuning ikut serta membantu teman2 lain dalam proses ini. Suasana terasa jauh lebih santai dari hari kedua yang menegangkan.

***

Setelah sesi mas Ali Akbar, acara kembali ke sesi pak Jamil Azzaini.

Kali ini pak Jamil mengajarkan lebih dalam lagi tentang teknik berbicara di depan publik. Jika hari kedua pak Jamil membicarakan tentang cara membuat materi yang menarik dan sistematis, hari ini pak Jamil mengajarkan cara melengkapinya dengan gestur, alat bantu serta intonasi yang bagus.

Kepada peserta, Pak Jamil mengingatkan bahwa Slide itu hanya alat bantu. Pak Jamil menyarankan untuk tidak terlalu banyak memasukkan informasi ke dalam slide, apalagi jika itu mengakibatkan slide tidak bisa dibaca dengan baik.

Alat bantu presentasi lain yang diperkenalkan pak Jamil adalah musik instrumental. Musik ini perannya sangat penting dalam mencipta suasana dan membangun emosi penonton.

Bahasa tubuh serta intonasi juga menjadi bagian penting dalam menyampaikan pesan. Itulah yang diajarkan dalam pelatihan Wanna be Trainer. Seorang trainer harus tahu saat yang tepat untuk berkata keras, lirih, berteriak, berbisik dan semuanya harus dalam alur yang mengalir.

***

Setelahnya kami kembali duduk berkelompok dan membacakan puisi secara bergantian. Tujuannya untuk belajar mengolah intonasi. Kemudian kami diminta untuk memilih salah seorang di antara anggota grup untuk menjadi wakil berbicara di depan publik seperti kemarin. Kali ini pilihan di kelompok kami jatuh kepada ibu Netty, seorang guru cantik dari Al Izhar. Sementara teman-teman yang lain mempersiapkan materi untuk ice breaking, aku membantu persiapan bu Netty untuk maju.

Setelah makan siang mulailah satu persatu peserta maju mewakili kelompoknya untuk presentasi. Sama seperti kemarin,  setiap orang diberi waktu 5 menit di panggung. Aku senang karena bu Netty maju dengan baik sekali, hanya teknik pegang micnya saja yang harus lebih banyak dilatih.

Sama seperti hari sebelumnya, setiap peserta yang maju dikomentari isi materinya oleh pak Jamil. Selain pak Jamil, ada mas Andra yang mengomentari gestur & intonasi setiap peserta yang melakukan presentasi.

***

Yang membuat acara Wanna be Trainer semakin mengesankan buatku adalah acara terakhir.

Setiap peserta diberi 3 buah kartu pos. Kemudian kami diminta memberikan 2 kartu kepada teman satu grup dan 1 kepada orang luar. Isinya bisa curhat, nasihat, pesan, apapun yang ingin diungkapkan kepada orang yang kita kirimi kartu tersebut.

Wuaaaah susahnya cuma boleh kirim 3. Rasanya pengen ngirim buat semua teman satu kelompok: Dilla, mb Mita, ibu Netty, mb Dwi, mb Ety, Weni, bunda Paulina &  buat mbak Laila sang fasilitator juga para saudara baru yang ada dari kelompok lain. Sayang waktunya sangat sempit dan aku tidak sempat meminta tambahan kartu pos untuk menulis kepada yang lain.

Teknik memberikan kartu pos ini juga menarik. Kami diajak untuk menghargai setiap orang yang mengirimkan kartu pos kepada kami. Kartu yang diterima harus dibaca keras dengan sepenuh hati dan membalasnya juga dengan sepenuh hati.

Wuaaa mulai deh cengengnya keluar, mewek sini mewek sana, apalagi cintaku berbalas, semua yang aku kirimi kartu pos juga mengirimkan kartu pos padaku. Aaaaah senangnyaa 🙂 Andai aku bisa membalas cinta semua teman yang mengirimiku kartu pos pasti aku semakin bahagia.

Masih berurai air mata, ternyata kami sudah diminta untuk berbaris lurus membentuk lorong. Lalu pak Jamil meminta 15 orang yang berani mendeklarasikan mimpinya di hadapan semua orang untuk maju dan mendeklarasikannya di atas kursi yang ada di ujung lorong. Pengennya sih ikutan, tapi berhubung berdirinya jauh bener di ujung luar jadinya ikut menyemangati saja.

Belum cukup terharu biru dengan itu, kami diminta kembali berkumpul dalam kelompok, membuat lingkaran kecil saling berpelukan dan satu persatu maju ke dalam lingkaran untuk memanjatkan doa yang diamini oleh seluruh anggota kelompok. Suasananya sangat mengharukan.

Semoga Tuhan berkenan mengangkat doa kami semua dan menggerakkan semesta untuk menjadikannya. Amin.

***

Setelah itu tentu saja sesi foto-foto. Terus terang aku tidak memiliki banyak foto selama pelatihan Wanna be Trainer ini. Aku terlalu menikmati setiap momen hingga melupakan kebiasaanku mengabadikan setiap momen. Baru terasa sedikit menyesal kini karena ternyata tidak banyak kenangan foto-foto yang aku dapatkan dalam acara ini. Tapi pastinya acara ini saaaaangat berkesan dan penuh kenangan.

Terima kasih pak Jamil, komandan Ian, fasilitatorku tercinta, dan seluruh tim KUBIK yang telah membuat acara ini begitu hebat. Semoga makin sukses dan seru acara-acara Wanna be Trainer  yang selanjutnya.

CANTUNG di Wanna be Trainer
CANTUNG di Wanna be Trainer | Photo @DillaSafa
Bisma di Wanna be Trainer
Tim BISMA di Wanna be Trainer... banyak yah ternyata ^_^

***

Teman Sekamarku di Wanna be Trainer
Inilah dia teman sekamarku selama acara Wanna be Trainer: Mella, Dwi & Nuning. Mantaap!
masih sempat makan duren dalam perjalanan pulang
Masih sempat makan duren dalam perjalanan pulang... nyam nyam... | Photo @makelaronline

Beruntungnya aku, karena pulangnya aku diantar mbak Dwi yang dijemput oleh suaminya. Nggak cuma dianter sampai depan rumah, ditraktir duren pula!!

Waaa .. terima kasih banyak mbak Dwi! Betul-betul tiga hari yang sangat berkesan.

Terima kasih banyak untuk cintanya saudara2ku ^_^

Sampai ketemu lagi semuanya. *peluuuuuuuuuuuuuuuuk*

2 thoughts on “Wanna be Trainer – Pengalaman hari ketiga”

  1. Wow jadi menyesal tidak jadi ikutan, tapi baca cerita mbak Lala jadi seperti merasakan suasanya. Thanks sharingnya 🙂 #HugSebakoel

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.