Memanajemeni harapan adalah memilih untuk melakukan aksi daripada sekedar berkeluh-kesah. Keluh kesah mungkin bermanfaat sebagai katarsis untuk mengeluarkan kotoran yang menyumbat diri. Tetapi, melakukan aksi jauh lebih bermanfaat dan sehat; bukan hanya karena menghasilkan solusi, tetapi juga menyehatkan jiwa dan raga kita.
Sebagai contoh tentang dunia pendidikan kita. Banyak masalah yang ada di dunia pendidikan, banyak kritik dan keluhan baik di tingkat kebijakan maupun praktik lapangan di sekolah. Lalu apa yang bisa kita lakukan?
Aku bukan pejabat negara di bidang pendidikan. Aku juga bukan pemilik atau pengelola sekolah. Aku hanya orangtua dan rakyat biasa.
Sebagai orangtua, tanggung jawab utamaku dalam bidang pendidikan adalah menyediakan pendidikan terbaik untuk anak-anakku. Itulah yang akhirnya membuatku memilih homeschooling atau home education untuk anak-anakku.
Buatku, ini pilihan yang paling masuk akal. Bukan hanya karena aku suka gagasan homeschooling. Tetapi, pilihan ini membuatku merasa berdaya. Aku yang menjadi penanggung jawab dan sekaligus pengendali proses pendidikan anak-anakku. Itu membuatku dapat semakin berorientasi pada solusi untuk berbagai masalah yang berkaitan dengan pendidikan anak-anakku.
***
Manajemen harapan adalah bagaimana kita mengelola keseharian agar kita tidak tersandera oleh masalah yang membuat kita tak bisa maju. Kita adalah tuan untuk diri kita sendiri. Nasib kita tergantung pada diri kita sendiri (dan tentu saja karunia Tuhan), bukan pada pemerintah atau orang lain.
Jadi, memulai hari baru dengan sikap yang lebih proaktif adalah pilihan yang paling masuk akal untuk kehidupan kita yang lebih baik.
Sebagaimana dikatakan oleh Robert T. Kiyosaki, “Setiap pilihan memiliki konsekuensi. Jika kita tidak menyukai sebuah pilihan dan konsekuensinya, kita harus mencari pilihan baru dengan konsekuensi baru.”