Buku “Gesang di Lahan Gersang” adalah sebuah buku cerita pengalaman pribadi Diah Widuretno, seorang ibu yang peduli dengan masyarakat, yang mendampingi proses perkembangan anak-anak di Gunung Kidul, Jawa Tengah, yang gersang dan terbelakang sejak 2008.
Diawali dengan pendampingan dalam pendidikan untuk mencari solusi riil atas kondisi masyarakat yang sebagian besar hanya lulusan SD, Diah terus memberdayakan anak=anak melalui rintisan Sekolah Pengesangan, sebuah model pendidikan non-formal berbasis komunitas. Proses pendampingan ini terus berkembang dengan pemberdayaan ekonomi yang melibatkan orang dewasa melalui gerakan pangan lokal.
Kesan pertama
Buku ini menggentarkan buatku. Bukan karena gagasan-gagasan wow atau tawaran-tawaran yang diberikannya, tetapi justru karena kesederhanaannya. Sebuah kesederhanaan subtil, yang dihidupi secara nyata melalui laku kehidupan, bukan sekedar menjadi gagasan.
Menerima buku berjudul “Gesang di Lahan Gersang” yang ditulis oleh mbak Diah Widuretno, aku sempat terhenti cukup lama karena kegentaran ini.
Buku ini menceritakan tentang pengalaman pribadi mbak Diah mendampingi anak-anak di dusun Wintaos, desa Girimulya, Panggang, Gunung Kidul. Ini adalah wilayah kering di daerah Selatan Yogyakarta yang terpinggirkan karena arus modernisasi yang menggerus tradisi pertanian subsisten (menanam untuk pemenuhan kebutuhan sendiri) dan kehidupan sosial mereka.
Ada 4 hal yang diceritakan mbah Diah dalam buku ini: pengorganisasian anak-anak remaja di wilayah perdesaan, pendekatan pendidikan, pendekatan pertanian alami, dan kemandirian dalam proses pengorganisasian.
Secara khusus, yang menggentarkan bagi saya adalah totalitas mbak Diah dalam melakukan pendampingan dan mencari solusi alamiah untuk setiap masalah yang dihadapi di lapangan.
Mbak Diah tak datang bak Sinterklas dengan bantuan program dan sumber daya sebagai resep untuk sukses. Mbak Diah juga tak datang ala kolonialisme yang ingin mengubah gaya hidup masyarakat yang didatanginya agar lebih “berbudaya”.
Mbak Diah dengan sabar berproses memanusiakan anak-anak Wintaos dan membantu anak-anak mencari solusinya sendiri. Tentu saja, semua itu lengkap dengan kerumitan masalah dan dinamika yang terjadi di Sekolah Pagesangan, sebuah model pendidikan yang menjadi alat mbak Diah untuk berproses bersama anak-anak.
Kekukuhan mbak Diah untuk bukan hanya melibatkan, tetapi menempatkan anak sebagai pengambil keputusan dalam proses pencarian solusi masalah kehidupan mereka sendiri, adalah kisah kesabaran dan keuletan yang luar biasa.
Buatku, proses itu merupakan sentral dalam gagasan pendidikan mandiri (self-education). Seperti menumbuhkan tanaman, prosesnya panjang dan melelahkan, tetapi bunga dan buahnya akan menghasilkan benih yang berkelanjutan bagi kehidupan.
Saya merekomendasikan buku ini!
1 thought on “Review Buku Gesang di Lahan Gersang”
thankyou min, fighting nd god bless