Ketika seseorang tertarik menjalani homeschool, pertanyaan yang paling sering muncul adalah: bagaimana ijazahnya? Bagaimana kurikulumnya? Bagaimana rapornya? Apakah bisa melanjutkan kuliah?
Pertanyaan semacam itu muncul karena penanya membayangkan homeschooling adalah seperti sekolah tapi di rumah.
Nah, homeschooling berbasis akademis adalah homeschooling yang menjadikan sekolah sebagai acuan utama.
Ciri-ciri Homeschooling berbasis akademis
Berikut ini beberapa karakteristik pokok jalur homeschooling berbasis akademis:
1. Menggunakan sekolah sebagai acuan
Model homeschooling dijalani dengan struktur dasar seperti sekolah, yaitu kurikulum, penjenjangan K1-K12, materi belajar, cara belajar, sistem evaluasi.
2. Belajar mata pelajaran
Materi belajar yang utama adalah mata pelajaran seperti di sekolah. Materi dan kegiatan belajar non-mata pelajaran hanya menjadi pelengkap.
3. Mengikuti Ujian Paket
Kegiatan utama anak disiapkan untuk Ujian Paket, mulai Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP) dan Paket C (setara SMA). Ujian dilaksanakan melalui PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
4. Berorientasi kuliah
Setelah mendapat ijazah Paket C, anak disiapkan untuk kuliah di Perguruan Tinggi tempat mereka membangun keahlian khusus sebagai bekal masuk dunia profesi.
5. Hal non-akademis tidak diutamakan
Kegiatan pengembangan minat-bakat dan organisasi mungkin dilakukan, tapi tak dipentingkan. Jargonnya: kegiatan lain tak boleh mengganggu Ujian.
Lho, bukankah pendidikan memang harus seperti itu?
Iya jika memang Anda memandang sekolah sebagai satu-satunya model pendidikan dan cara ideal untuk belajar. Dan sekolah memang satu-satunya model yang digunakan di masyarakat. Setidaknya saat ini.
Jika kita memandang ada cara belajar dan berhasil selain melalui “cara sekolah”, Anda akan bisa melihat model pendidikan lain.
Pertanyaan kritisnya begini:
- apakah kuliah adalah jaminan dan satu-satunya jalan untuk sukses?
- apakah seorang atlit atau seniman harus belajar semua mata pelajaran seperti anak SD-SMA umum agar berhasil di bidang yang ditekuninya?
- jika anak memiliki kelemahan pada satu mata pelajaran tertentu, misalnya matematika, apakah dia harus dipaksa mempelajarinya dengan tingkat kedalaman yang sama dengan anak yang mau kuliah?
- apakah semua profesi dan pekerjaan mensyaratkan ijazah sekolah untuk berkarya?
Jika Anda menjawab “Tidak” pada salah satu pertanyaan di atas, Anda sebenarnya membuka diri untuk cara belajar lain di luar model sekolah.