fbpx

Yla & Vyel: Anak Homeschooling Juara Wushu di Singapura

Model homeschooling itu beragam, tak melulu tentang urusan akademis dan ijazah yang selalu menjadi concern dalam model school-at-home. Dua anak homeschooling ini, Yla & Vyel, menjadi contoh model homeschooling yang berbeda karena menjalani proses belajar kesehariannya dengan pintu masuk minatnya, yaitu wushu. Oleh karenanya, G. Lini Hanafiah, ibunda kedua anak itu lebih suka menyebutkan model homeschooling yang dijalaninya dengan istilah unschooling.

Baru-baru ini, Yla (10 tahun), yang memiliki nama lengkap Mikayla Karissa Denel baru saja memenangkan 1 medali emas dan 1 perak dalam Singapore International Wushu Trail Blazer Championship 2013. Yla meraih medali emas untuk Daoshu (golok utara) dan changquan (tangan kosong utara). Sementara adiknya, Vyel (7 tahun), yang memiliki nama lengkap Gavryel Griffin Denel meraih 2 emas untuk Daoshu dan Changquan. Keduanya masuk dalam kategori usia < 12 tahun.

Singapore International Wushu Trail Blazer Championship 2013 adalah kejuaraan wushu terbuka yang diadakan Sino Wushu, sebuah sasana wushu di Singapore. Walaupun tidak termasuk agenda resmi IWUF (International Wushu Federation), kejuaraan taolu (peragaan jurus) wushu dan taiji ini mendapat sambutan luas dan diikuti 618 peserta dari 32 tim berasal dari 3 negara, yaitu Indonesia, Singapore, dan China. Acaranya sendiri diselenggarakan di Jurong East Sports and Recreational Complex, Singapore, pada 18-19 Oktober 2013.

Dalam kompetisi ini, Yla dan Vyel mewakili kontingen DKI Wushu Team dari Indonesia. Kontingen ini berisi anak-anak pelatda dan non pelatda yang prosesnya diakomodir oleh Pengda Wushu DKI Jakarta.

(c)  Eric SC Lim
(c) Eric SC Lim
(c) Wushu Trail Blazer 2013
(c) Wushu Trail Blazer 2013

***

Perjalanan prestasi Wushu yang diperoleh Yla dan Vyel tidak diraih begitu saja. Mereka berlatih keras 5 kali dalam seminggu, baik untuk meningkatkan kemampuan Wushu-nya yang sekarang berada di level 4 maupun sebagai atlet.

Dan tentu saja, kesibukan Yla dan Vyel itu pasti memengaruhi jadwal kesibukan ibunya yang setiap saat harus mengantarkan, mempersiapkan, dan mendampingi mereka.

Perjalanan wushu Yla yang dimulai sejak pertengahan tahun 2011 berjalan relatif lancar. Baru beberapa bulan, Yla sudah naik ke tingkat 2. Tak lama kemudian, Yla ikut kejuaraan open Wushu yang pertama.

Perjalanan wushu Vyel sebaliknya. Mau mendaftar ditolak. Ikut kejuaraan pertama (waktu itu, Yla kejuaraan kedua), dengan modal belajar jurus di rumah, jatuh gedubrak, sangat memalukan. Tapi itu yang membuat Vyel “balas dendam”. Semangatnya berapi-api sampai akhirnya di Pekan Olah Raga Provinsi (PorProv) dia berhasil mengalahkan Jason, anak juara dunia berumur 12 tahun. Sejak itu, Vyel yang diingat orang karena jatuh gedubrak berubah menjadi diingat karena mengalahkan Jason.

Bagi orangtua yang ingin mendampingi anaknya untuk menjadi atlet, Lini mengingatkan bahwa prosesnya tak mudah.

“Perjalanan menjadi atlet itu panjang dan tidak mudah. Atlet dan pemusik itu hampir sama. Sama-sama mengasah insting dan otot. Perlu latihan tekun. Semuanya akan sempurna kalau didukung orang tua yang rajin mendampingi plus pelatih yang tepat.”

Sebagaimana prestasi lain yang tak boleh dilihat hanya pada ujungnya, Lini juga mengingatkan kepada para orangtua: “Jadi, ortu nggak boleh cuma komentar, “Enak ya, anaknya juara…” sementara dia nggak mau mengantar anaknya ke sana-sini (untuk berlatih).”

 

3 thoughts on “Yla & Vyel: Anak Homeschooling Juara Wushu di Singapura”

  1. Tersanjung banget. Artikel ini bikin adem saat kami jenuh n chaos. Terutama saat ditanya, “ikut hs (lembaga) mana?”
    Memilih hs tidak mudah, memilih jalur atlet tidak mudah. Seperti halnya mas Aar-Lala yang juga punya jalan gak mudah.
    So, jangan main2 dengan hser :p
    Jiayoouu!!

    1. Hehehe… aku senang melihat perkembangan dan prestasi Yla & Vyel. Kebayang perjuangan latihan dan kompetisi2 yang menguras waktu, energi, dan pasti juga dana. Komitmen Lini & mas Danny sangat luar biasa!

  2. Kisah yang menarik….butuh usaha yang ekstra keras menemani anak yang ingin menjadi atlet.
    Hampir mirip dengan anak saya, Arkan. Dia menekuni badminton sejak 4 tahun yang lalu. Sekarang umurnya jg 10 tahun. Berlatih setiap hari, tanpa kenal lelah. Karena memang anaknya senang. Arkan mengajari saya arti sebuah Passion dalam hidup. Dan sekarang Arkan mulai merasakan nikmatnya mendapat piala dari kejuaraan – kejuaraan yang diikutinya. Dalam kelompok usia dini.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.