Dalam homeschooling, persahabatan tak hanya melibatkan anak. Tetapi, biasanya persahabatan itu juga meliputi persahabatan keluarga, para orangtuanya. Itulah salah satu sumber sosialisasi yang kami nikmati selama menjalani homeschooling.
Pintu-pintu persahabatan keluarga
Persahabatan muncul ketika ada persamaan nilai dan kebutuhan. Sebagai sesama praktisi homeschooling, kami membutuhkan teman untuk sharing dan sekaligus menambah teman buat anak-anak.
Sumber awal persahabatan ini bisa dari mana saja. Bisa dari kelompok pengajian, gereja, atau kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan orangtua.
Kami sendiri mendapatkan pintu persahabatan dari kegiatan online, sejak milis SekolahRumah hingga era Facebook. Persahabatan online itu disambung dengan kontak-kontak dan pertemuan offline.
Mencari persamaan, tak memperbesar perbedaan
Perbedaan diantara keluarga sudah pasti ada, bahkan banyak. Untuk bisa menjadi sahabat, kita harus menemukan keluarga-keluarga lain yang memiliki kesamaan nilai dengan kita.
Kesamaan itulah yang harus dicari. Tentu saja, tak mungkin kita bisa mendapatkan keluarga yang sama persis nilai-nilainya dengan kita. Setidaknya, nilai-nilai yang kita anggap penting yang membuat kita merasa nyaman bersama mereka dan mereka merasa nyaman dengan kita harus ada. Di sinilah kedewasaan itu diuji.
Dalam persahabatan kami, kami memiliki sahabat keluarga dengan latar belakang profesi yang berbeda. Para keluarga ini juga memiliki latar belakang profesi yang berbeda.
Pupuk persahabatan keluarga
Persahabatan antar-keluarga homeschooling biasanya dimulai dengan persahabatan antar-para ibu. Medianya bukan konsultasi, tetapi hubungan yang lebih horizontal, setara. Jadi ngobrolnya isinya sharing, curhat, dan saling-berbagi.
Persahabatan itu dipupuk dengan ketulusan dan kepedulian. Kita bisa bersahabat dengan orang lain kalau bisa menerima orang itu apa-adanya, termasuk menerima perbedaan-perbedaannya dengan kita. Menerima itu bukan berarti setuju, tetapi bersikap dewasa dengan batas minimal toleransi (tidak bersikap buruk) hingga bertumbuh menjadi apresiasi.
Persahabatan juga dipupuk dengan spirit berkontribusi dan tumbuh bersama, bukan hanya ingin memanfaatkan. Dalam konteks pengalaman kami, salah satu pupuk dan sekaligus ujian persahabatan itu adalah dengan sama-sama terlibat dan mengurusi Klub Oase.
Kegiatan dalam persahabatan keluarga
Dalam persahabatan keluarga, kegiatan apapun bisa dilakukan. Intinya perkenalan bukan hanya diantara para ibu, tetapi para bapak pun saling kenal, demikian pula anak-anak.
Kegiatan persahabatan dalam keluarga homeschooling tak harus dalam bentuk kegiatan belajar bersama. Kegiatan yang penting bahkan dan mempererat persahabatan terkadang malah dalam bentuk informal dan “tidak penting”, seperti nonton bareng, berenang, kunjungan ke rumah, dan sebagainya.
Dalam pengalaman kami, kegiatan yang paling sering dilakukan adalah main bersama di rumah. Orangtuanya ngobrol, anak-anaknya main bareng. Selain itu ada kegiatan-kegiatan lain sesuai minat/waktu anak, misalnya: astronomi, renang, dan lainnya. Sesekali nonton, makan, nginep bareng. Kami pernah menginap bersama di Puncak, bahkan pernah melakukan perjalanan bersama selama 2 minggu ke Salatiga-Boyolali-Yogyakarta.
Persahabatan keluarga itu asyik. Dengan persahabatan keluarga, banyak manfaat yang bisa kita peroleh. Bukan hanya orangtua bisa saling memperkuat dan bertumbuh, anak-anak pun menjalin persahabatan untuk berkembang bersama.
5 thoughts on “Membangun Persahabatan keluarga”
Saya juga ada 2 anak , pengalaman paling menyenangkan kalau perjalanan jauh.. kemudian ke 2 saling bermain dan bercanda di perjalanan 😀
iyaaaaaa… bener Pak 🙂
Thanks
Indahnya persahabatan…semoga pertemuan-pertemuan di Klub Oase terbangun persahabatan yang manis…meski saya baru dua kali ikutan hehheeh.
Amin.. 🙂