Salah satu pendidikan karakter yang kami bangun bersama anak-anak adalah etos kerja keras, disiplin pada diri sendiri, dan tekun mengerjakan sebuah hal. Kami percaya, etos-etos itu adalah pondasi bagi mereka agar dapat berkarya dengan profesional saat mereka dewasa.
Salah satu alat yang kami gunakan untuk membangun disiplin dan ketekunan dalam homeschooling adalah jadwal kegiatan belajar dan materi belajar online. Anak-anak punya jadwal yang kami susun berdasarkan kesepakatan bersama dan mereka belajar memenuhi kesepakatan yang sudah dibuat.
Sebagai contoh adalah jadwal kegiatan belajar matematika menggunakan alat bantu IXL Math. Hampir setiap hari mereka belajar 1-2 set soal matematika. Jika ada yang tidak dimengerti, mereka mempelajarinya secara mandiri atau sesekali bertanya kepada kami.
Dan ini adalah salah satu buah dari ketekunan ini. Seperti pepatah, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Proses belajar tak terasa berat karena dilakukan secara bertahap. Otot logika dan matematika mereka terbangun karena rajin berlatih.
Tanpa terasa, Tata sudah menyelesaikan hampir 50 ribu soal matematika dan belajar selama 600 jam menggunakan materi IXL Math.
4 thoughts on “Melatih Ketekunan dan Disiplin dalam Homeschooling”
Selamat siang, bagaimana cara mendaftar, mendapatkan materi/turorial, ujian dsb mohon penjelasan dari Rumah Inspirasi Homeschooling
terimakasih.
Kami tidak punya materi tutorial dan ujian. Materi ujian paket bisa dipelajari menggunakan materi anak2 sekolah
Salam, Mas Aar dan Mbak Lala.
2 anak saya (usia kelas 3 dan 4 SD) baru hampir sebulan ini menjalani HS. Awalnya mereka semangat karena mereka meminta sendiri, dan terus terang keduanya tidak ada masalah dalam hal akademis sewaktu di sekolah formal.
Tapi makin ke sini mereka malah makin tidak mandiri dalam belajar. Misal, malas mencari tahu sendiri dan jika diminta mencari jawaban sendiri mereka mengeluh.
Untuk si kakak malah belum bisa mengatur waktu sebab sangat santai dalam melakukan pekerjaannya, sehingga jam belajarnya sangat molor padahal yang dipelajari hanya sedikit. Hal2 tadi akhirnya membuat saya terpancing untuk mengomel dan suasana jadi tidak nyaman tuk beberapa saat.
Apakah masa transisi pada umumnya mmg srperti itu? Adakah yang salah dengan metode saya? Mohon saran.
Memang ada transisi yang disebut deschooling, peralihan dari budaya eksternal (semuanya sudah ditentukan/diharuskan dari luar) menjadi kegiatan yang didasarkan motif internal. Prosesnya bisa berbulan-bulan. Butuh kesabaran orangtua dalam masa-masa ini. Silakan pelajari tentang “deschooling”