Sudah sekitar 2 minggu ini Yudhis menjalani proses belajar di SecondLife. Proses dan hasilnya luar biasa. Yudhis sangat bersemangat belajar dan banyak lompatan belajar yang diperolehnya dalam proses ini.
Perkembangan Yudhis ini bisa terjadi berkat bantuan dan asistensi mbak Ines Setiawan. Terima kasih banyak mbak Ines.
Kebetulan, mbak Ines sedang ada summer class untuk murid-muridnya di Deutsche Internationale Schule (German International School). Jadinya Yudhis kemudian ikut belajar bersama mereka. Karena anak-anak inimasih di bawah 18 tahun dan berada dalam tanggung jawab orangtua, semua anak dipesankan untuk hanya boleh mengunjungi tempat-tempat yang ditunjukkan.
Sesi ke-1: membuat bola
Setelah pagi hari berkenalan dan beradaptasi dengan SecondLife, malam harinya Yudhis langsung bergabung dengan kelas pertamanya. Di kelas ini Yudhis dan teman-teman membuat obyek berbentuk bola yang bisa ditendang.
Proses berkenalan dengan SecondLife-nya berjalan relatif cepat karena Yudhis sudah terbiasa dengan game. Demikian pula, proses belajar membuat bolanya juga bisa diikuti Yudhis karena dia relatif banyak terekspos dengan aplikasi-aplikasi grafis.
Saat sesi belajar, mbak Ines mengajak anak-anak teleport ke sebuah lapangan; kemudian mereka di sana bersama-sama berlatih membuat bola mengikuti petunjuk mbak Ines.
Sesi ke-2: Bumi, gempa, dan tsunami
Kegiatan sesi ke-2 Yudhis di SecondLife lebih serius. Materinya tentang bumi, gempa, dan tsunami. Sebelum memasuki kelas, Yudhis harus membaca ebook berbahasa Inggris tentang lapisan bumi. Yudhis juga harus mengerjakan tugas awal yang diberikan mbak Ines.
Proses membaca ebook tentang lapisan bumi saja sudah merupakan lompatan bagi Yudhis. Dia harus membaca materi berbahasa Inggris. Kemudian, proses belajar dan tanya jawab selama belajar di SecondLife juga menggunakan bahasa Inggris. Walaupun terbata-bata, Yudhis sangat menikmati proses ini. Aku dan Lala bergantian menemani Yudhis, tergantung siapa yang sedang bisa.
Proses belajar pertama di kelas ini adalah belajar tentang gempa bumi. Diawali dengan perintah untuk memasuki sebuah rumah, kemudian disimulasikan terjadi gempa bumi dan setiap anak harus berusaha keluar dari rumah dengan selamat.
Proses belajar selanjutnya adalah simulasi tsunami. Prosesnya dilakukan dengan melakukan teleport ke sebuah tempat di pinggir pantai. Kemudian mbak Ines mensimulasikan tsunami, yang diawali dengan air yang tiba-tiba surut, disusul ombak besar hingga menghancurkan rumah yang ada di belakang dan kemudian air menggenangi daratan.
Proses terakhir adalah belajar tentang bumi. Mbak Ines menggunakan simulasi tiga dimensi untuk menggambarkan lapisan-lapisan bumi. Sepanjang proses ini ada pertanyaan dan tebak-tebakan yang harus dijawab anak-anak berdasarkan materi yang ada di buku.
Dari komentar-komentar selama sesi pelajaran, anak-anak terlihat sangat menikmati proses simulasi ini dan terkagum-kagum melihat apa yang terjadi.
Sesi ke-3: Tembok Besar China
Dalam kesempatan berikutnya, Yudhis belajar tentang budaya China di Tembok Besar China. Proses belajar ini diawali dengan membaca ebook tentang China dan mengerjakan tugas yang diberikan sebelumnya.
Setelah melakukan teleport ke Tembok Besar China yang alamatnya dikirimkan oleh mbak Ines, anak-anak kemudian belajar dan berdiskusi mengenai Tembok Besar China dan budaya China. Kegiatan ini dilakukan di sebuah menara pengawas yang ada di Tembok Besar China, disusul kegiatan terbang menyusuri tembok, melihat dan berdiskusi mengenai patung Buddha yang menjadi ikon di sana. Di tempat ini, anak-anak juga belajar tentang kalender China dan bermain tebak-tebakan zodiak China. Mbak Ines menyebutkan sebuah tahun, kemudian anak-anak berlomba menyebutkan zodiak (shio) untuk tahun itu.
Kegiatan belajar di Tembok Besar China itu diakhiri dengan berlatih Tai Chi secara virtual.
Sesi ke-4: Belajar Roket di NASA
Proses belajar di SecondLife sesi ke-4 yang dilakukan Yudhis bersama mbak Ines dan teman-temannya adalah belajar mengenai roket di pulau milik NASA. Sebelum mulai belajar, anak-anak harus membaca materi mengenai roket dan perjalanan ke luar angkasa yang dikirim mbak Ines.
Seperti sebelum-sebelumnya, Yudhis sangat excited dengan kegiatan belajar model baru ini. Dia belajar keras membaca materi mengenai roket. Dan kemudian juga memakai jaket biru NAsA saat mulai belajar.
Pelajaran dilakukan di fasilitas Museum Rocket NASA. Anak-anak melihat-lihat roket dan kemudian mendapat tugas menuliskan nama roket, negara asal, dan penjelasan ringkas tentang roket-roket yang ada di museum. Ini adalah kegiatan riset yang harus dilakukan anak-anak dengan mesin pencari.
Kegiatan ini diakhiri dengan bersama-sama naik Roket Gemini dan kemudian menikmati pengalaman meluncur (blast-off) menuju lower orbit. Yudhis sempat panik karena salah pencet tombol sehingga terlontar keluar roket. Untunglah kepanikan itu tak lama karena kemudian Yudhis dibantu mbak Ines untuk melakukan teleport ke dalam roket.
Sesi 5-Belajar Seni di Marie Antoinette’s Art Museum
Sesi ke-5 yang dilakukan Yudhis adalah belajar art work di Marie Antoniette’s Art Museum. Pelajaran utamanya adalah mengenai fine art tahun 1500-1900.
Proses belajarnya adalah fieldtrip. Anak-anak jalan-jalan di museum nan indah dan artistik. Kemudian mereka harus melihat-lihat lukisan yang ada untuk menyelesaikan tugas yang diberikan mbak Ines. Tugasnya adalah mengisi jawaban untuk 25 soal yang diajukan mbak Ines. Mbak Ines menuliskan 25 judul lukisan yang ada di museum itu. Anak-anak harus mengisi nama pelukis dan menjelaskan obyek yang menarik dari lukisan itu. Kegiatan itu membuat anak-anak harus berkeliling dan memandangi lukisan satu-persatu.
Dalam kegiatan di museum itu, Yudhis mengalami “kecelakaan”. Hasil kerjanya yang dia kirimkan ke mbak Ines isinya file kosong. Entah mengapa, hasil pekerjaan Yudhis tidak tersimpan. Jadilah Yudhis sedih dan bete mengalami kejadian ini. Dia harus mengulang proses belajarnya lagi. Padahal, proses mencari jawaban itu sendiri membutuhkan kerja keras dan waktu yang tidak sedikit.
Sesi Belajar Mandiri
Di luar sesi belajar bersama mbak Ines, Yudhis juga melakukan aktivitas mandiri di SecondLife. Picu utama aktivitas ini adalah Lala yang ikut masuk ke SecondLife yang kemudian membuat Yudhis makin semangat belajar. Dia ikut begadang dan melihat proses belajar yang dijalani Lala. Dan karena sudah familiar dengan software grafis, Yudhis tak canggung berkomentar dan nimbrung di dalam proses belajar yang dilakukan Lala.
Hasilnya, Yudhis mulai belajar bikin-bikin. Dia sudah mulai bisa membuat frame. Dan kemarin dia berhasil membuat baju (shirt) yang pertama. Baju itu dibuat dengan Photoshop dan kemudian diupload ke SecondLife. Yudhis memilih motif batik sebagai background bajunya dengan gambar wayang Yudhistira di depan dan tulisan Yudhistira di bagian belakang. Baju pertama itu dipakainya di sesi belajar di museum Marie Antoinette semalam.
Overall, kegiatan belajar di SecondLife ini sangat menarik dan menyenangkan. Yudhis sangat menikmati proses belajarnya. Banyak hal yang tak terbayangkan yang baru dapat terasa bila telah terlibat sendiri di dalam SecondLife.
Bagi kami, SecondLife sebuah cakrawala baru mengenai model belajar. Belum bisa banyak bercerita, tetapi rasanya banyak sekali peluang yang bisa dilakukan di SecondLife.