fbpx

Belajar Melalui Mengajar

Online Photo Editor

Mas Aar dan aku percaya kalau belajar itu bukan “memasukkan” tapi “mengeluarkan”. Kami sepakat bahwa salah satu parameter untuk mengetahui anak memahami suatu hal itu adalah dengan meminta mereka menceritakan kembali hal tersebut, menuangkannya dalam bentuk tulisan atau mengajarkan kepada orang lain ilmu yang mereka miliki tersebut. Itulah mengapa kami membuatkan mereka blog untuk menunjang proses belajar mereka.

Kami seringkali lebih memilih mereka untuk mencari tahu materi, membacanya dan kemudian menceritakan dalam bahasa mereka sendiri apa yang baru saja mereka pelajari daripada mengajari mereka sebuah materi secara bulat2 seperti layaknya guru di kelas.

Yudhis dan Tata kami biasakan untuk membuat project dan mempresentasikannya. Pelajaran dari kami baru masuk ketika mereka selesai bercerita/presentasi. Fakta-fakta yang terlewat atau salah kami cari bersama dan didiskusikan setelahnya.

Ketika aku mengenal SecondLife, proses belajar pun semakin kaya. Mungkin karena keseringan melihatku mengajarkan building (membentuk materi 3D di SL), Yudhis pun akhirnya mulai memberanikan diri untuk mengajar building. Proses ini menyenangkan sekaligus menguntungkan. Menyenangkan karena memang materinya disukai Yudhis, tanpa terasa dia belajar konsep ruang (3D) dengan mudah, bahasa Inggrisnya pun makin lancar karena mau tidak mau harus berkomunikasi dengan guru/teman yang berbahasa Inggris. Menguntungkan, karena aku hampir bisa mengajarinya tanpa peluh.

Misalnya, aku tinggal membawanya ke sebuah museum virtual, menunjukkannya sebuah materi dan menantangnya untuk membuatnya. Yudhis kemudian mencoba membuatnya dan tak lama kemudian mencoba untuk mengajarkannya ke orang lain.

Diawali dari itu, ternyata salah satu ibu dari murid Yudhis kemudian minta diajari Yudhis belajar photo editing. Mbak Eka bilang dia suka cara Yudhis mengajar dan bersedia membayar Yudhis untuk mengajarinya belajar privat. Waktu aku tanya ke Yudhis apakah dia bersedia, matanya langsung berbinar2. “Mau dong” katanya.

Jadilah, setelah sempat tertunda satu minggu, tadi siang Yudhis mulai mengajar photo editing pertama kali. Karena mbak Eka tidak memiliki Photoshop, maka pelajaran pun dilakukan memakai Pixlr software online yang lumayan bagus dan mirip dengan Photoshop.

Belajar edit foto dengan screen-sharing

Proses belajar/mengajar semuanya dilakukan melalui Internet. Voice chat dilakukan menggunakan Skype dengan metode Share Screen. Jadi, baik Yudhis dan mbak Eka bisa langsung bertukar tampilan monitor sehingga sangat memudahkan proses mengajar/mengajar. Yudhis dengan santai bisa bilang “klik yang ini Tante, trus drag ke sini, nah ganti warnanya begini, jangan lupa diginiin” -> sebuah rentetan kalimat yang pasti susah sekali dimengerti tanpa adanya screen sharing.

Dalam proses ini Yudhis sangat mandiri. Dia sendiri yang menyiapkan materi yang mau diajarkan. Dia menuliskan dalam notes apa-apa yang akan dia ajarkan sore ini, mana dahulu, projectnya apa dll.

Aku betul-betul terkejut dengan antusiasmenya. Untuk hal ini, sekali lagi aku berterima kasih kepada mbak Eka atas kepercayaan dan kesempatannya sehingga Yudhis dapat menempuh sebuah tangga baru dalam proses belajarnya 🙂

6 thoughts on “Belajar Melalui Mengajar”

  1. quote : Kami seringkali lebih memilih mereka untuk mencari tahu materi, membacanya dan kemudian menceritakan dalam bahasa mereka sendiri apa yang baru saja mereka pelajari daripada mengajari mereka sebuah materi secara bulat2 seperti layaknya guru di kelas.

    utk anak usia tk mba, misalnya 4 thn dan blm bs membaca.. bagaimana penerapannya ya?

  2. Utk anak-anak TK, modelnya adalah belajar bercerita secara lisan ttg apapun: ttg film yang mereka lihat, tentang kegiatan yang baru mereka ikuti, tentang rencana mereka, tentang apapun. Tugas kita adalah mengajukan pertanyaan terbuka dan eksploratif utk memancing anak bercerita/menyampaikan pendapat dan pandangan-pandangannya.. 😐

  3. amazing…seorang anak sudah bisa mengajari orang lain karena sudah menguasai materi yang dipelajari dan dilakukan dengan senang hati…syukurlah,jadi menginspirasi kami untuk melalukan hal yang sama.terimakasih

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.