fbpx

Belajar Mandiri: dari mana mulai?

Dari mana mulai mengajarkan belajar mandiri? Apa yang bisa dilakukan agar anak bisa menjadi pembelajar mandiri?

Dalam hal ketrampilan, salah satu hal yang bisa dilakukan adalah membangun ketrampilan untuk menceritakan ulang. Orangtua terbiasa memberikan perhatian pada hal-hal yang dilakukan anak-anak dan terbiasa bertanya. Proses ini disukai anak-anak karena mereka menikmati perhatian dari orangtuanya. Pada saat bersamaan, mereka sebenarnya sedang belajar banyak hal, mulai konsentrasi, perhatian, mengingat, membangun logika, dan berkomunikasi.


**

Dalam pengalaman keluarga kami, kegiatan yang terlihat sepele ini kami coba lakukan dengan sadar dan sungguh-sungguh. Begitu anak mulai bisa berkomunikasi, kami berusaha menjalin komunikasi dengan mereka dengan memperbesar ruang bagi mereka untuk bercerita/berpendapat. Kami berusaha untuk sering bertanya kepada anak-anak mengenai apa yang mereka tonton atau kegiatan yang baru mereka lakukan.

Setelah mereka sudah bisa membaca dan mulai suka membaca, kami berusaha untuk sering bertanya tentang apa yang mereka baca. Sambil bertanya, kami juga berusaha memberikan feedbacak dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan untuk memperdalam cerita mereka.

Untuk mengajarkan anak-anak kemampuan menceritakan ulang, kami bahkan secara khusus melakukan program membaca dan menceritakan ulang. Anak-anak kami minta memilih salah satu judul berita/artikel dari Koran Anak-anak untuk dibaca. Kemudian kami minta mereka untuk menceritakan apa yang baru saja mereka baca. Kegiatan ini kami lakukan secara rutin, hampir setiap hari, dalam jangka waktu yang cukup lama.

**

Beberapa tahun setelah kegiatan semacam itu menjadi bagian keseharian kami, tapi tak lagi dilakukan secara rutin, kami mulai merasakan manfaatnya. Anak-anak terbiasa membaca dan mengambil kesimpulan, bukan pasif minta diajari. Mereka juga terbiasa menceritakan ulang dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang baru saja mereka baca.

Satu hal yang cukup mengejutkan bagi kami, saat ini Yudhis (9) sudah mulai bisa dilepas untuk membaca buku pelajaran sendiri. Dia membaca satu bagian buku dan dia bisa menceritakan ulang materi yang baru dibacanya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan. Kalau ada materi yang belum dimengertinya, dia memilih untuk datang kepada kami dan bertanya, sebelum menyelesaikan materi yang dibacanya.

Beberapa materi seperti Matematika, IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum sudah relatif bisa dilepas dengan metode ini. Sementara materi yang padat teks dan agak teoritis seperti IPS dan PKN belum sepenuhnya bisa.

Dengan proses yang berjalan hingga saat ini, kami semakin yakin bahwa proses mengajar (seperti di sekolah) itu sebenarnya bisa diminimalkan. Ternyata anak bisa diajarkan untuk mandiri sejak kecil. Dan ketika anak semakin mandiri dalam belajar, peran terbesar orangtua dalam homeschooling sebenarnya bukanlah menjadi guru/pengajar, tetapi lebih pada peran sebagai fasilitator dan dinamisator untuk proses belajar yang mereka jalani.

8 thoughts on “Belajar Mandiri: dari mana mulai?”

  1. terima kasih mas aar, sharing pengalaman yg sangat berharga sekali 😮
    kedua anak sy saat ini belum bisa membaca, dan kami biasa melakukan seperti yang mas aar lakukan untuk melatih melatih ketrampilan komunikasi (menceritakan ulang). semoga bisa tetap konsisten spt halnya keluarga mas aar 😉

  2. Terimakasih atas pengetahuannya sangat berguna,

    Saya ibu bekerja dengan 3 anak, berharap tetap bisa melakukan kegiatan afterschool untuk menambah wawasan anak dan mempererat hubungan kami,

    Mas, saya tertarik dengan flash cardnya dan program matematika, untuk flash cardnya apakah hanya tersedia dalam bahasa indonesia atau juga dalam bahasa inggris?

    Untuk pengeprintan flash card sendiri sulit atau tidak yah?

    Terimakasih ,

  3. Mbak Tri,
    Salam kenal.. 🙂
    Flashcard-nya ada yg bahasa Indonesia, ada jg yg bahasa Inggris. Untuk printing tidak susah. File-nya adalah PDF (jadi bisa dibuka denga Adobe Reader yg biasanya ada di komp). Kertasnya juga terserah, bisa memakai kertas agak tebal yg dibeli di fotocopy/toko kertas atau kertas apapun yg ada di rumah.. 🙂

  4. sy memang pernah maelakukannya tapi belum intensif kr blum mnyadari kalau itu juga bntuk pembelajaran,trimaksh sharingnya
    😛

  5. Saya setuju dengan artikel ini. Dengan melakukan tanya jawab dengan anak-anak mengenai buku yang dibaca bukan hanya anak yang mendapatkan ilmu tetapi juga orang tuanya. Anak-anak juga bisa berpikir lebih kritis dan bisa menggali lebih dalam mengenai buku yang dibacanya. Thanks buat sharenya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.