Ketrampilan berbahasa (literacy) adalah salah satu bagian dari kebutuhan anak untuk fit-in dalam dunia modern tempat kita hidup pada saat ini.
Untuk melatih ketrampilan berbahasa, sejak dini kita dapat menstimulus anak dengan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bercerita dan berpendapat. Jika dalam model yang umum biasanya anak minta kita (orangtua) untuk bercerita, dalam model eksploratif kita bisa minta anak untuk bergantian bercerita mengenai apa yang dilihatnya, khayalannya, buku yang dibacanya, film yang ditontonnya, dan sebagainya.
Bercerita adalah satu bentuk sederhana dari ketrampilan logika dan berbahasa. Mendorong anak bercerita dapat menstimulus anak untuk memberikan perhatian lebih banyak pada apa-apa yang dilihat, dibaca, dan dialaminya. Anak tak hanya melewatkan apapun yang dijalaninya dengan otomatis dan begitu saja, tetapi berusaha mendapatkan “sesuatu” yang bisa diceritakannya.
Ketika kita ingin anak-anak suka bercerita, tugas kita sebagai orangtua HS adalah melatih diri mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan eksploratif untuk membangkitkan minat anak bercerita. Dan yang lebih penting lagi, yang dibutuhkan adalah perhatian penuh (apresiasi) dan kesediaan kita untuk mendengarkan mereka.
Menumbuhkan ketrampilan bercerita adalah menumbuhkan penghargaan anak atas setiap peristiwa yang dialaminya. Anak belajar menghargai kehidupan dan melihat detil-detilnya sebagai sebuah hal yang bernilai. Dengan membimbing anak untuk pandai bercerita, orangtua membiasakan anak membangun sudut pandang yang positif atas hidupnya.
Hidup menjadi lebih bermakna dan kaya karena diperhatikan.
1 thought on “Menumbuhkan Ketrampilan Berbahasa”
“yang dibutuhkan adalah perhatian penuh (apresiasi) dan kesediaan kita untuk mendengarkan mereka”
meski dirasa gampang, meluangkan waktu ketika anak sedang semangat bercerita dan bertanya, adalah hal yg sangat jarang dilakukan oleh para orang tua. Dari observasi yg saya lihat secara langsung, orang tua cenderung bosan dan merasa capek dg anak2 yg banyak bertanya. Padahal disaat itulah neuron2 pembentuk bahasanya mulai berkembang.
*saya sendiri masih berlatih tentang ini.