Hari Rabu (05//01), tiba-tiba ada telepon dari Studio 25. Ada tawaran buat Yudhis untuk mengisi iklan. Tentu saja tawaran itu kami terima. Jadilah hari Kamis kemarin Yudhis rekaman untuk menjadi pengisi suara iklan.
Kami tak diberi tahu materinya apa. Begitu sampai di studio, ternyata materinya adalah mengisi suara untuk sebuah iklan animasi versi bahasa Indonesia (aslinya bahasa Inggris). Sudah ada teks dialog yang disiapkan. Setelah mempelajari dan mendapat arahan sebentar, Yudhis kemudian mulai rekaman.
Ini adalah pengalaman pertama bagi Yudhis, pengalaman membuat iklan beneran dan bekerja profesional (dengan orang luar dan digaji). Kami memang pernah beberapa kali melibatkan Yudhis dengan pekerjaan dan “membayarnya”, tetapi yang kali ini terasa berbeda karena Yudhis bekerja bersama orang lain.
**
Terima kasih Om Tri yang telah memberikan kepercayaan kepada Yudhis.
Bagi kami, proses seperti ini sangat berharga. Banyak sisi yang bermanfaat dalam proses pendidikan Yudhis. Banyak hal yang menjadi semakin mudah didiskusikan dengannya, misalnya tentang bagaimana orang memperoleh penghasilan, how money works, ragam profesi, sikap kerja, standar kualitas kerja, dan tentu saja hal-hal teknis yang terkait dengan kegiatan yang dilakukannya (teknis rekaman, ekspresi, penghayatan, intonasi, dsb). Ini juga bagian dari proses belajar “melek uang” (financial literacy).
Tentang bagaimana uang didapatkan, kami ingin Yudhis terbebas dari paradigma yang memisahkan proses belajar dan bekerja secara kaku. Bekerja (mendapatkan uang) itu dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja kalau memiliki kemampuan dan kesempatan.
Kami ingin melepaskan Yudhis dari paradiga belajar untuk mendapatkan ijazah dan setelah lulus melamar pekerjaan menjadi menjadi pegawai. Menghasilkan uang itu sumbernya bisa sangat beragam, tak hanya menjadi pegawai di kantor. Bekerja juga tak harus menunggu setelah lulus SMA atau selesai kuliah.
Bagi kami, belajar dan bekerja bisa menjadi dua hal yang saling berkelindan. Belajar sambil bekerja; bekerja dan terus belajar.
**
Dengan memperkenalkan dunia profesi sejak dini, kami berharap mudah-mudahan jiwa entrepreneurship Yudhis terbangun. Apakah setelah besar nanti dia menjadi seorang entrepreneur, intrapreneur, atau pekerja mandiri; itu terserah kepadanya nanti. Yang pasti, proses semacam ini dapat menjadi pembelajaran untuknya.
3 thoughts on “Belajar profesi dan entrepreneurship”
seneng banget bacanya. selamat ya, yudhis.
semoga makin semangat tuk belajar dan berkarya 🙂
Wah selamat deh, jadi bintang iklan