Indonesia memiliki potensi yang sangat beragam dan luar biasa. Bukan hanya pemandangan alam, banyak aspek budaya, potensi ekonomi, maupun kekayaan lainnya bisa menjadi khazanah untuk wisata ataupun pengembangan daerah. Salah satunya adalah potensi kekayaan & keragaman kopi di sepanjang pulau Sumatera sebagaimana yang diliput dalam acara “Terios 7 Wonders“.
***
Touring Menjelajah Kekayaan Nusantara
Terios 7 Wonders adalah ajang touring menggunakan mobil Daihatsu Terios, menjelajahi 7 daerah (7 Wonders) di Sumatera yang memiliki khazanah kopi yang khas. Tim ini membuktikan bahwa Sumatera memang memiliki potensi luar biasa dalam industri kopi, layaknya Coffee Paradise, yang perlu lebih dikenal bukan hanya oleh masyarakat Indonesia tetapi juga dunia.
Bukan hanya menjelajahi surga kopi, tim Terios 7 Wonders yang berangkat dari Jakarta menyusuri kota, hutan, bukit, pantaidan lembah-lembah di sepanjang pulau Sumatera hingga menyeberang ke pulau Sabang. Jarak perjalanan yang ditempuh adalah 3.657 km dan diselesaikan dalam waktu 15 hari.
Ajang Terios 7 Wonders juga menjadi pembuktian kemampuan Terios sebagai mobil Sahabat Petualang. Penggunaan istilah “Sahabat Petualang” mengimplikasikan karakteristik mobil yang tahan melakukan perjalanan panjang dengan kondisi jalan yang beragam. Dan perjalanan melintasi jalan selama lebih dari dua minggu dengan beragam kondisi medan di sepanjang Sumatera menunjukkan bahwa Terios memang layak menyandang nama Sahabat Petualang.
Dalam uji kendaraaan sepanjang perjalanan, Terios telah berhasil menaklukkan pegunungann terjal berliku, tikungan pendek dan jalan terjal di Liwa, Lampung Barat. Jalanan bergelombang yang menguji suspensi mobil dari Lahat menuju kota Pagaralam pun bisa dilalui dengan mulus. Demikian pula jalanan pantai di sepanjang pantai barat trans Sumatera yang panas, tikungan yang lebih tajam, sementara karakter tanjakan dan turunannya kurang lebih sama dengan jalur sebelumnya.
Tim juga berhasil menyelesaikan ujian ketahanan, pantai, panas dalam perjalanan panjang selama 18 jam dari Bengkulu menuju Bukittinggi melalui Muko-muko.
Bukan hanya bukit dan gunung, perjalanan dalam bentuk light off-roads juga dialami di Mandailing Natal dan bukit Oregon, menjelang Takengon. Jalanan tanah, berbatu-batu menguji ketangguhan suspensi Terios.
Problem kendaraan yang dialami selama perjalanan hanya satu kali slip di salah satu tikungan menjelang Tarutung. Selain itu, satu kali terjadi masalah di rem akibat beberapa kali melewati kubangan lumpur dan air yang membuat disc brake basah sehingga pengereman tak seimbang. Masalah rem bisa diatasi segera dengan cara menjalankan mobil lalu direm bersamaan menginjak gas selama beberapa kali.
Membaca kisah perjalanan menyusuri Sumatera ini, aku jadi teringat perjalanan berkendara mobil dari Jakarta hingga Bali bersama teman-teman yang pernah kulakukan beberapa tahun yang lalu. Kegiatan semacam ini memang menantang, mengasyikkan, dan penuh kenangan.
***
Sumatera, Surganya Kopi
Sebagai salah satu minuman yang sangat populer di seluruh dunia, kopi memiliki beragam varian, tergantung pada bijih kopi maupun proses yang dilakukan untuk menghidangkannya. Walaupun ada 2 varietas utama kopi, yaitu Arabica dan Robusta, bijih kopi yang berasal dari dua tempat yang berbeda biasanya memiliki karakter yang berbeda pula, baik aroma, kandungan kafein, tingkat keasaman, dan tentu saja rasanya.
Hal ini pun terjadi di 7 tempat yang menjadi tujuan kunjungan tim Terios 7 Wonder, yaitu: Liwa, Lahat, Pagaralam, Empat Lawang, Curup-Kepahiang, Mandailing Natal, dan Takengon.
1. Kopi Liwa
Liwa adalah daerah pegunungan yang ada berada di wilayah Lampung Barat, menghubungkan tiga provinsi: Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan. Kopi Luwak, penangkaran Luwak serta menghirup aroma kopi dari perkebunan kopi yang terletak tidak jauh dari Danau Ranau.
Kopi Luwak dari Liwa sudah terkenal hingga mancanegara. Harga per kilo kopi Luwak berkisar antara Rp 400 ribuan sampai jutaan.
Mengapa harga kopi Luwak sangat mahal? Sebab proses yang dibutuhkan untuk menghasilkan kopi Luwak jauh lebih rumit. Sesudah kopi disortir dan dipilih yang bagus (yang tenggelam pada saat direndam air), kopi diberikan pada luwak (Paradoxurus hermaphroditus).
Biji kopi yang dimakan ini selanjutnya terfermentasi dan keluar jadi kotoran berwujud biji kopi. Kotoran ini dikumpulkan dan dipisahkan agar tak lagi berbentuk gumpalan. Setelah itu baru dijemur hingga kering. Barulah biji kopi yang sudah bersih dan kering dibawa ke pabrik pengolahan kopi. Inilah alasannya mengapa Kopi Luwak mahal sekali. Jadi, bukan hanya proses pembuatan kopi Luwak yang lumayan ribet, hanya kopi terbaik saja yang dimakan Luwak. Itulah yang menyebabkan kowi Luwak istimewa dan berharga mahal.
2. Kopi Lahat
Kota Lahat adalah kota tertua di Sumatera. Usia kota Lahat saat ini sudah mencapai 130 tahun dan merupakan kota yang dirancang khusus oleh Belanda ketika menjajah Indonesia.
Budaya minum kopi di Lahat sudah berlangsung sejak dahulu. Di kabupaten Lahat banyak terdapat kebun kopi. Hanya saja karena pemasarannya dikuasai tengkulak maka harga beli kopi dari petani kerap dipermainkan.
3. Kopi Pagaralam
Letak pagaralam yang berada kurang lebih 1.000 m dpl di atas permukaan laut membuat udara lumayan sejuk. Selain menjadi sentra perkebunan kopi dan teh, di kanan kiri jalan di Pagaralam juga ada persawahan yang lumayan luas. Kesuburan tanahnya pagaralam memang sebagai salah satu lumbung padi di Sumatera Selatan.
Pagaralam adalah daerah penghasil kopi terbesar di Sumatera. Banyak kebun kopi yang ada di Pagaralam, tetapi sedikit tempat pengolahannya.
Biasanya para petani kopi Pagaralam menyimpan buah kopi dalam kondisi masih terbungkus dengan kulitnya supaya lebih awet dan tak mudah menyusut. Jika harga kopi lagi kurang baik para petani biasanya menyimpan buah kopi dalam karung-karung besar. Ketika harga membaik barulah diolah menjadi kopi.
4. Kopi Empat Lawang
Kabupaten Empat Lawang (Tebing Tinggi) merupakan daerah hasil pemekaran Kabupaten Lahat. Kota ini memiliki ikon/maskot Biji Kopi karena kopi adalah salah satu komoditas andalan kabupaten Empat Lawang. Hampir di semua tempat di daerah Empat Lawang memiliki kebun kopi yang hasilnya dapat diandalkan.
Kopi di Empat Lawang memiliki kekhasan, karena merupakan hasil percampuran kopi Arabica dan Robusta. Wujud aslinya Robusta tapi aromanya Arabica. Kopi dari Empat Lawang sangat terkenal sehingga diminati para pedagang dari kota lain. Sebagian besar hasil panen kopi Empat Lawang mengalir keluar dari kota itu dan diberi cap atau diaku kopi daerah lain.
Sebagai bukti perhatian serius terhadap komoditas kopi, seragam batik yang dipakai seluruh pegawai di pemerintahan Empat Lawang setiap Kamis juga memakai motif biji kopi. Kota ini juga mengembangkan showroom khusus perkopian. Selain itu, materi dari kopi dimanfaatkan untuk berbagai hal lain, semisal souvenir khas Empat Lawang berbahan kayu kopi serta tempat tissue dari daun kopi.
Tapi seperti kondisi yang terjadi di daerah lain, para petani kopi masih sangat tergantung dari tengkulak sehingga nasibnya sangat ditentukan oleh fluktuasi harga kopi yang terjadi pada tengkulak.
5. Kopi Curup-Kepahiang
Curup adalah salah satu sentra penghasil kopi di daerah Bengkulu. Kopi daerah Curup juga sering dikenal dengan sebutan Kopi Bengkulu.
Perkebunan lokal kopi di Curup dan Kepahiang berjenis kopi Robusta dan biasanya diolah secara tradisional.
Selain kopi, tumbuhan yang paling sering ditemukan di kanan-kiri jalan Curup-Kepahiang adalah pohon durian.
6. Kopi Mandailing Natal
Mandailing Natal adalah daerah penghasil kopi berkualitas yang terkenal sejak zaman Belanda.
Dalam sejarah perkopian Indonesia desa yang jadi pusat kopi Arabica pertama kali di tanam adalah Desa Pakantan – Mandheling Natal. Di salah satu desa di Mandailing Natal, yaitu desa Sambang Banyak Jae Ulu Pungud banyak sekali kebun kopi yang sudah berumur puluhan, bahkan ratusan tahun. Kebun kopi ini diyakini memiliki hubungan dengan sejarah kopi Arabica yang pertama kali dimasukkan oleh Belanda ke Indonesia pada 1699.
Ada 2 jenis kopi yang ditanam di Mandailing Natal. Paling banyak adalah kopi jenis Arabica, baru kemudian Robusta.
7. Kopi Takengon
Takengon memiliki letak geografis yang menjadi salah satu rangkaian bukit barisan tentu punya kelebihan tersendiri. Tanahnya subur dan curah hujannya juga lumayan tinggi. Karena letaknya kurang lebih 1.300 m dpl maka sangat cocok untuk menanam kopi jenis Arabica.
Selain Mandailing Natal, masyarakat Gayo (Takengon) merupakan salah satu bagian sejarah penting dalam perkembangan kopi Arabica di Sumatera bahkan hingga mendunia. Di Takengon, masyarakat tak bisa lepas dari kebun kopi. Hampir semua penduduk di kota ini memiliki kebun kopi. Minimal satu keluarga punya setengah hektar luasnya.
Penduduk Takengon biasa diesebut sebagai masyarakat Gayo dan istilah masyarakat Gayo ini lebih terkenal di luar dan juga sebagai nama kopi. Kopi Gayo sendiri merupakan kopi jenis Arabica dengan citarasa yang khas. Kopi ini sudah merambah ke Eropa Timur dan juga Amerika.
***
Cerita perjalanan eksplorasi pulau Sumatera yang dilakukan oleh tim Terios 7 Wonder dan dituangkan dalam blog Daihatsu merupakan perjalanan yang luar biasa.
Tetapi ada catatan-catatan kecil yang penting untuk diperhatikan jika daerah-daerah yang luar biasa ini ingin dikembangkan sebagai kawasan wisata, yaitu pungli alias pungutan liar dan pungutan tak resmi yang terjadi di beberapa kota.
Setidaknya, tim Terios 7 Wonder mencatat pungutan karcis oleh anak-anak kecil di kota Pagaralam yang meminta uang Rp 30 ribu, padhal nilai karcis yang diberikan hanya senilai Rp 7500. Demikian juga yang terjadi di Liwa, biaya yang diminta Rp 60 ribu, tapi ternyata biaya/karcis yang diberikan hanya senilai Rp 16 ribu.
Walaupun terlihat sepele, hal-hal seperti ini sangat menjengkelkan dan sangat tak kondusif untuk perkembangan pariwisata daerah itu.
1 thought on “7 Kekayaan Kopi Sumatera – Terios 7 Wonders”
Saya sangat tertarik dengan situs ini karena sangat menarik dan bermanfaat.
Saya juga mempunyai tulisan sejenis mengenai jurnal serupa yang bisa Anda kunjungi di http://indonesia.gunadarma.ac.id/