Hari Minggu, 26 Oktober 2014 aku berkesempatan untuk terlibat dalam persiapan acara ulang tahun ibu Sulistina Sutomo atau yang biasa dikenal dengan sebutan bu Tomo. Beliau adalah istri dari pejuang 10 November, bung Tomo. Hubungan antar keluarga kami sangat dekat sehingga aku sudah menganggap beliau seperti eyangku sendiri.
Semangat yang Tak Pernah Padam
Untuk seorang wanita yang sudah tidak bisa dibilang muda, bu Tomo masih sangat bersemangat. Semangatnya terkadang mengalahkan generasi yang lebih muda. Salah satunya adalah semangat bu Tomo dalam mengejar mimpi terakhirnya, yaitu menjadikan Taman Perdamaian Suryo Mojopahit (TPSM) menjadi kenyataan. Bu Tomo membayangkan taman ini seperti TMII tapi berisi budaya beragam negara. Dalam visinya, beliau ingin sekali generasi muda Indonesia bisa merasakan indahnya perdamaian melalui perkenalan aneka budaya luar negeri. Dan sebaliknya, berharap taman ini bisa jadi jendela budaya kita kepada sahabat-sahabat di luar negeri.
Yang membuatku kagum adalah, bu Tomo kerap turun tangan sendiri dalam proses TPSM ini. Beliau tak ragu mengejar anak-anaknya serta kerabat & kolega yang dikenalnya agar perlahan tapi pasti mimpinya bisa terwujud. Ketika banyak orang dalam posisi nyaman & mapan seperti beliau biasanya memilih untuk menikmati hari-harinya dengan beristirahat, Bu Tomo bersedia melangkahkan kakinya ke sana kemari, mengetuk pintu birokrasi, membujuk para ahli serta pemerhati untuk mau bergandengan tangan membangun Taman Perdamaian Suryo Mojopahit.
Bu Tomo sering merasa kalau waktunya tak lama lagi, dan dia sangat ingin sisa usianya tidak berlalu sia-sia. Katanya, “Aku terkesan dengan seorang pemuda compang-camping yang datang mendaftar ingin berjuang. Ketika ditanya oleh bung Tomo apa yang membuatnya ingin berjuang padahal mungkin nyawa taruhannya, anak muda itu menjawab kalau apalah yang dia punya yang bisa dia berikan untuk bangsa ini selain diri & semangatnya walau nyawa taruhannya.” bu Tomo merasa, anak semuda itu saja mau berjuang, masa dirinya yang sudah lebih tua mau menyia-nyiakan sisa usianya.
Jleeb, aduuh rasanya seperti kesindir euy. Kalau bu Tomo yang sudah harus pakai kursi roda untuk jalan jauh saja masih punya semangat memajukan bangsa seperti itu, berarti aku yang masih muda harusnya punya semangat dua kali lipat lebih banyak dari beliau.
Ulang Tahun & Dora Sahertian
Hari Minggu kemarin adalah perayaan ulang tahun bu Tomo.
Rasa hormat & sayang kepada beliau membuatku mau terlibat dalam persiapan acara ulang tahun bu Tomo ke 89 yang dihadiri oleh keluarga & kerabat dekat keluarga bung Tomo. Menarik rasanya berada di antara para “sesepuh” yang datang silih berganti. Ada yang masih tegap, ada yang jalan dituntun, ada yang sudah menggunakan kursi roda. Sebagian besar dari mereka masih memancarkan semangat & vitalitas hidup yang baik. Membuatku merenung, kira-kira ketika aku sudah seumur mereka apakau aku masih sesemangat itu? Apakah aku masih bisa berfikir dengan baik bahkan berkarya seperti bu Tomo?
Untukku, Acara ulang tahun bu Tomo semakin menarik dengan hadirnya Dora Sahertian, seorang pianis senior yang pernah menjadi personil grup Dara Puspita di era tahun 70an. Wanita ini adalah seorang pianis legendaris sekelas pemain jazz seperti Bubi Chen, Jack Lesmana (ayahnya Indra Lesmana) dan yang lainnya.
Sekarang tante Dora (begitu panggilan akrabnya) konon lebih banyak berkecimpung di musik rohani. Walau sudah tidak muda lagi, tapi permainan piano & suara tante Dora masih prima dan kereeeeen banget! Wiii, kapan aku bisa main piano seenak tante Dora ya?
Buat yang belum pernah mendengar kepiawaian tante Dora main piano bisa dengar lagu ini:
Hal yang lebih membahagiakan lagi adalah ketika aku berkesempatan untuk duet menyanyikan beberapa lagu bersama tante Dora. Kapan lagi coba? Memang kalau bernyanyi dengan orang yang pro tuh asyik, tanpa latihan tapi rasanya jadi keren gitu. Nadanya pas, mainnya lancar, plus langsung bagi suara pula. huhuhuhu pengen lagi deh rasanya…
Dari acara ini pula aku belajar untuk memahami bahwa setiap dari diri kita punya masa. Sebagian besar orang yang hadir di acara ini adalah orang yang berjaya di masanya, memaksimalkan masa produktif mereka, dan berperan pada titik-titik penting bangsa ini. Tapi ketika masa itu sudah berlalu & keterbatasan fisik mulai mengambil alih, maka yang tersisa adalah paduan getaran semangat & kearifan yang memancar dari mereka.
Semoga ketika saat itu tiba bagiku masih tersisa getaran semangat yang bisa kuberikan untuk generasi berikutnya.
1 thought on “Sulistina Sutomo, Wanita berusia 89 tahun yang Inspiratif”
Dear mb lala, ikut mewek baca tulisan ini..seperti apakah tuaku nanti dan seperti apa aq dikenang nanti..? Huhu… mbaak, caranya gimana kl mo save/download album piano itu..wenak bgt…boleh ga di save?