Homeschooling: Sebuah Inisiatif Warga Negara

Hari ini 2 Mei 2012, Hari Pendidikan Nasional. Kami ingin berbagi sedikit tentang proses homeschooling yang kami jalani.

Di awal pernikahan kami, 11 tahun yang lalu, diantara obrolan kami adalah tentang “visi tentang keluarga” adalah tentang pendidikan. Bentuknya tentu saja tidak formal. Kami sendiri sudah lupa bagaimana prosesnya, yang kami ingat kami kemudian sepakat tentang perlunya model pendidikan alternatif untuk anak-anak.


Alasan Memilih Homeschooling
Kami berangkat dari dua titik berbeda, tetapi ujungnya sama. Lala yang “anak gaul” mengharapkan anak-anak yang punya kesempatan sosialisasi yang luas. Aku mengharapkan proses pendidikan yang cutomized, memberikan kesempatan yang lebar untuk pertumbuhan anak. Mungkin aku terpengaruh oleh buku “Totto Chan” yang pernah kubaca saat kuliah, sebuah model pendidikan dengan model “menu belajar”.

Proses diskusi itu membawa kami ke istilah “homeschooling” saat kami melakukan riset pribadi di Internet. Dan itulah awal perjalanan kami menjalani homeschooling hingga saat ini.

Anak Kami Normal dan Biasa
O iya, anak-anak kami bukan termasuk anak jenius yang “unik”. Anak kami juga tak berkebutuhan khusus. Tiga anak kami (Yudhis, Tata, dan Duta) semuanya normal-normal saja. Kami pun tak mempunyai pengalaman buruk yang traumatis dengan sekolah. Lala “anak gaul” yang bersekolah dengan baik. Aku menikmati proses sekolahku yang berjalan hingga S2.

Jadi, kami memilih homeschooling karena memang kami suka dengan gagasannya; bukan karena kami atau anak-anak kami tak cocok dengan sekolah. Dan pilihan ini adalah legal, tak melanggar hukum apapun di negeri ini.

Kami bukan Artis atau Orang Kaya Raya
Homeschooling biasanya diidentikkan dengan artis atau orang kaya raya. Sebab orang membayangkan homeschooling sebagai model pendidikan berbiaya mahal.

Nah, kami ini hanya orang biasa, bukan artis atau orang kaya raya. Kami harus bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Kami harus mencari cara menyeimbangkan kegiatan mencari uang dan menjalani homeschooling, dan itu tak mudah. Sampai sekarang kami terus berjuang untuk membuat keseimbangan keduanya menjadi lebih baik.

Tentang biaya pendidikan, bagi kami homeschooling justru menjadi berkah besar karena fleksibilitasnya. Kami tak harus membayar guru dan gedung yang mahal, kami bisa menggunakan materi apapun untuk proses belajar. Bagi kami, biaya pendidikan justru menjadi lebih berkualitas dan murah karena homeschooling karena kami banyak menggunakan materi berbasis Internet.

Homeschooling Asyik tapi Repot
Kami menikmati proses homeschooling yang sudah berjalan sekitar 10 tahun ini. Dengan segala ketidaksempurnaannya, kami merasa puas. Tapi harus kami akui, homeschooling itu repot karena kita harus mengurus mengurusi sendiri pendidikan anak-anak. Beda dengan sekolah di mana kita hanya tinggal cari uang yang banyak dan titip anak kita kepada para guru & sistem yang sudah baku.

Untunglah kami tak bermasalah dengan kerepotan itu. Kami melihat kerepotan itu sebagai harga yang harus kami bayar dengan pilihan homeschooling. Dan ternyata, seiring berjalannya waktu kerepotan mengurusi pendidikan anak semakin berkurang karena anak-anak makin mandiri.

Homeschooling Membuat Lebih Berdaya
Karena homeschooling, kami relatif tak terpengaruh dengan berbagai isu dan guncangan tentang pendidikan. UNAS, contekan massal, tawuran, dan kebijakan pemerintah dan praktek pendidikan yang dianggap bermasalah di masyarakat.

Berkat homeschooling, kami menjadi lebih berfokus pada hal-hal yang bisa kami lakukan. Kami tak khawatir dengan hal-hal eksternal di luar kontrol kami. Dan itu membuat suasana hati dan kebahagiaan seluruh anggota keluarga menjadi lebih baik.

***

Masih banyak lagi hal tentang homeschooling yang bisa dituliskan. Tapi waktu sudah menunjukkan pukul 07.00. Saatnya mulai bekerja dan berkegiatan lain.

Selamat Hardiknas bagi para pendidik, pecinta dan aktivis pendidikan, serta keluarga-keluarga yang peduli pendidikan di manapun berada. Berkat Anda semua, kita selalu memiliki harapan yang lebih baik untuk Indonesia kita tercinta.

2 thoughts on “Homeschooling: Sebuah Inisiatif Warga Negara”

  1. sebenarnya, ide homeschooling untuk anak2 sudah lama saya pikirkan, waktu terus berjalan, anak terbesar hampir menyelesaikan smu nya, adiknya 11th saat ini kelas 4 sd konsep alam. kemarin hari minggu 6/5/2012 seharian saya mmantapkan diri bertekad bulat meng-homescoolingkan si bungsu. Semoga Allah memberikan jalan. Amin. Terimakasih atas postingan2 ini, sangat membantu semangat saya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.