fbpx

Bakat Anak: menggali Potensi yang Terpendam

Salah satu tantangan kita sebagai orangtua adalah mengembangkan bakat atau potensi yang dimiliki anak. Bakat atau potensi adalah karunia dan titipan Tuhan pada setiap individu untuk menjalani peran uniknya di dunia ini.

multiple-intelligences
a. Potensi Anak Unik & Beragam

Sebagaimana setiap anak adalah unik, demikian pula bakat dan potensi yang dimilikinya. Keunikan setiap anak ini harus disadari sepenuhnya oleh orangtua, sehingga orangtua tak jatuh pada tindakan membanding-bandingkan anaknya dengan anak lain. Padahal, sudah jelas setiap anak berbeda dan unik, baik keunikan yang berasal genetika maupun lingkungan tempatnya bertumbuh sejak bayi.

Potensi dan bakat anak itu sendiri sangat beragam. Bakat itu bisa terkait dengan hal-hal akademis yang bisa dikenali dengan nilai-nilai rapor, tetapi bisa juga tak berhubungan dengan akademis. Penilaian bakat dan prestasi anak yang didasarkan pada nilai rapor adalah terlalu menyempitkan makna kecerdasan dan potensi anak.

Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) menyebutkan ada 8 jenis kecerdasan anak, yaitu: kecerdasan logika/matematika, kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan interpersonal, kecerdasan fisik/kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan alam.  Tapi kalau kita bicara tentang potensi anak, tentu saja cakupannya bisa lebih luas dari itu.

Jadi, kesempatan bagi anak-anak kita untuk berkembang itu sangat luas dan tak terbatas. Yang penting dia tekun dan bekerja keras pada hal-hal yang diminatinya.

b. Peran orangtua sebagai pembantu

Bakat anak adalah titipan yang diberikan Tuhan kepada anak. Titipan itu melekat pada anak dan menjadi milik anak, bukan milik orangtua. Oleh karena itu, setiap saat orangtua harus menyadari bahwa fungsinya adalah membantu anak.

Orangtua bukanlah penentu masa depan anak. Tetapi orangtua berperan untuk membantu agar potensi-potensi yang dititipkan Tuhan kepada anak itu bisa keluar, ditemukan, dan tumbuh berkembang.

Membantu menemukan dan menumbuhkan bakat, berarti orangtua perlu berfokus pada kekuatan (strength) anak, bukan pada kelemahannnya. Menumbuhkan bakat adalah usaha untuk mengasah kekuatan anak. Ibaratnya, mengembangkan bakat adalah seperti membangun bukit, bukan menutupi jurang.

c. Menciptakan Lingkungan, memberikan Stimulasi

Untuk mengenali bakat dan potensi anak, peran orangtua utama adalah memberikan lingkungan yang nyaman untuk tumbuh dan berkembangnya potensi anak itu. Anak tidak merasa takut mengeluarkan dirinya. Anak juga merasa nyaman untuk berproses dengan hal-hal yang menjadi minatnya, yang terkadang masih berubah-
ubah.

Karena anak masih berkembang, tugas orangtua adalah mendampingi. Terkadang orangtua mengekspos anak pada sebuah hal tertentu, terkadang menemani, menyemangati, menjadi teman diskusi, menguatkan anak agar terus bersemangat menempa diri. Tapi terkadang, orangtua juga berperan membantu anak untuk
mengeksplorasi hal-hal baru di luar bidang yang selama ini digelutinya.

d. Bertumbuh bersama Waktu

Karena setiap anak tumbuh dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda, demikian pula perkembangan potensi anak tumbuh dengan cara yang beragam pula. Ada anak yang cepat kelihatan dan mudah dikenali bakatnya. Ada anak yang tak tahu dan terus mencari apa yang menjadi kesenangannya. Ada anak yang sudah
tetap minatnya. Ada yang anak yang masih berubah-ubah.

Demikianlah memang dunia anak-anak. Orangtua memang perlu memfasilitasi anak, tetapi pada saat bersamaan perlu memelihara kesabaran dan kelapangan hati kala anak tak berkembang seperti yang diharapkannya.

Yang penting, jangan berhenti berharap. Jangan berhenti berusaha dan memberikan stimulasi pada anak. Kita tak pernah tahu kapan benih itu merekah dan benih apa yang merekah diantara beragam benih kebajikan yang kita sebarkan pada anak.

e. Antara Kepentingan Anak & Ambisi Orangtua

Dalam proses pengembangan bakat pada anak, peran orangtua sangat dominan. Sebab, anak masih sangat bergantung pada orangtua. Apa yang disukai dan didorong orangtua, anak akan berusaha memenuhinya. Anak akan berusaha menggapai harapan-harapan yang digantungkan orangtua kepadanya.

Di sinilah fungsi orangtua menjadi penting untuk menjaga agar aktivitas-aktivitas pengembangan bakat anak itu berada dalam koridor yang sehat. Koridor yang sehat berarti aktivitas itu memang betul-betul untuk kepentingan anak, bukan sekedar wujud ambisi orangtua. Ukuran sederhananya adalah anak menikmati proses yang dijalaninya, bukan melakukan kegiatannya dengan terpaksa.

Dengan menjaga agar pengembangan bakat berada dalam koridor yang sehat, pertumbuhan potensi anak bisa terus berkembang dalam jangka panjang. Kalau tidak, setiap waktu anak dapat memberontak karena tak mau dipaksa lagi oleh orangtuanya.

Tentunya kita tak menginginkan hal seperti ini, kan?

 

15 thoughts on “Bakat Anak: menggali Potensi yang Terpendam”

  1. Thanks mas aar atas postingnx ini… saya juga msh penasaran dgn bakat anak saya (1 thn 4 bln)…selalu menggerakkan anggota badanx klo mendengar musik, apa mungkin dia punya bakat bermain musik

  2. erawita moegni

    Terima kasih mas Aar untuk kisah, cerita, asupan dan info infonya yang sangat aspiratif dan bermanfaat….semoga makin banyak orangtua yang bisa mengaplikasikannya pada anak anaknya…

  3. Terima kasih atas sharing ilmunya. Sangat bermanfaat. Namun masih ada yg saya kurang paham, jika saya merasa anak saya suka sekali menggambar dan stelah menggambar dia akan menceritakan apa yg dia gambar dan biasanya itu hal2 yg ada dikepala & dipikirannya. Hampir stiap hari anak 4.5 tahun saya memamerkan gambarnya yg tentu part yg paling saya tunggu adalah cerita dari gambar tersebut. Dan gambarnya tidak bagus namun unik. Saya bingung, bagaimana cara yg tepat untuk mengembangkan hobi tersebut? Apa cukup dg dibebaskan menggambar dg dberi pralatan menggambar? Saya merasa ad potensi yg bs saya kembangkan dr hobi gambar & berceritanya.

    1. Terus saja fasilitasi kegiatan menggambar, ikut kegiatan2 menggambar bersama, ikut lomba gambar (tapi bukan utk mencari menang), melihat2 pameran lukisan2 & gambar, dll

  4. Pak Aar, putri saya umur 3.5 thn (PG) senangnya mendengarkan semua lagu tentang FROZEn, dari milih baju pun serta mewarnaipun senangnya yang berbau frozen. Bagaimana cara mengalihkan perhatiannya ke obyek yang lain? terima kasih sarannya.

    1. Caranya adalah mencari hal lain yang tak kalah menariknya dari Frozen. Biasanya distraction itu bisa dilakukan dengan memperbanyak kegiatan outdoor. Jika sulit dialihkan, berarti Frozen harus dimanfaatkan menjadi hal positif yang meningkatkan kualitas anak.

  5. Tutikkhoeriyah

    Mas Aar sy mo sdkt bertanya…bgm sikap qt sbg ortu thd anak yg pernah berprestasi(juara 1 pidato bhs inggris tkt.kab)di sklh alhamdulillah selalu juara 1..
    Tp skrg ko sy liat (terutama dlm prestasi yg pernah diraihnya)seakan stagnan ga ada peningkatan ato kelanjutannya…kira2 apa yg perlu kami lakukan selalu ortu dpt dia semakin berprestasi..mksdx meningkat dlm prestasi x..tx utk saran2x

    1. Untuk keberlanjutan semangat belajar anak, ada 2 hal yang perlu ditumbuhkan dan dikembangkan:
      a. Motif internal yang berasal dari anak
      b. Kesadaran orangtua bahwa anak masih berproses dan minatnya bisa berubah-ubah

      Untuk prestasi, banyak hal yang berpengaruh baik internal anak maupun lingkungan (orangtua, keluarga, teman2, dll). Yang penting adalah memelihara agar anak bersemangat menjalani apapun bidang yang sedang diminatinya, sambil secara bertahap membangun daya tahan (endurance) dan konsistensinya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.