Belajar tentang budaya yang paling asyik itu memang melalui interaksi dan pengalaman sehari-hari. Itulah yang dilakukan anak-anak kemarin (Selasa, 22/12/2010) dalam kegiatan belajar membatik bersama.
Dikoordinir oleh mbak Mira Kurniasari, 65 orang menjadi peserta (dari milis Sekolahrumah dan Komunitas Homeschooling Berkemas) ikut kegiatan membatik di Rumah Batik Nusantara, Kalimalang, Jakarta Timur. Bukan hanya anak-anak yang belajar membatik, tetapi para orangtua pun tertarik untuk mencoba belajar membatik juga.
**
Acara dimulai pukul 13.00, dimulai dengan penjelasan pengantar tentang proses membatik. Setelah itu, anak-anak langsung mulai proses belajarnya.
1. Menggambar pola
Kegiatan pertama yang dilakukan anak-anak adalah menggambar pola batik (molani, Jw.) di atas kain putih. Ada gambar-gambar yang sudah disediakan, baik motif batik maupun gambar sederhana seperti mobil, kupu-kupu, dinosaurus, dan lain-lain. Anak-anak belajar menyalin gambar pilihannya dengan pensil atau membuatnya sendiri di atas kain.
2. Melukis batik
Setelah pola gambar selesai, kain kemudian dijepit agar rata di penjepit berbentuk lingkaran. Setelah itu, mulailah proses membatik alias melukis dengan lilin (malam) yang dipanaskan. Alat lukisnya adalah canting, peralatan khas untuk membatik. Di sini, anak-anak belajar mengikuti pola yang sudah mereka buat sebelumnya.
Kegiatan ini kelihatannya mudah, tapi ternyata prakteknya tidak semudah yang dibayangkan. Penggunaan canting sebagai alat lukis ternyata tak semudah pensil. Aliran lilin panas dari canting harus dikontrol agar sesuai dengan yang dikehendaki. Kalau tidak, hasilnya tak seperti yang diharapkan. Belum lagi kalau ada lilin yang tumpah dari canting.
3. Motif pinggir
Setelah selesai melukis motif dengan lilin, kain itu kemudian dibuatkan polanya di pinggirnya menggunakan parafin dengan alat kuas. Proses ini sebenarnya sama seperti melukis dengan lilin tadi. Hanya saja, sekarang dibuat dengan kuas.
4. Mewarnai/mencelup
Tahapan selanjutnya adalah mewarnai. Sebelum kain dicelup ke pewarnai, bagian pinggir yang sudah dibuat dengan parafin tadi harus diremas-remas dahulu agar ada retakan sehingga nantinya bisa dimasuki warna dan membentuk pola yang bagus. Kain kemudian dimasukkan ke ember pewarna. Setelahnya dimasukkan dimasukkan ke “garam” agar warna yang dihasilkan tak luntur.
5. Meluruhkan lilin
Setelah kain dicelupkan ke pewarna, tahapan selanjutnya adalah melepaskan lilin-lilin yang menempel pada kain. Proses yang dilakukan adalah dengan cara merebus kain hingga lilinnya larut. Kain yang sudah selesai direbus itu kemudian dicuci dengan air dingin dan digosok-gosok dengan tangan untuk memastikan seluruh lilinnya lepas.
6. Mengeringkan kain
Proses terakhir adalah menjemur kain.
Proses yang dijalani anak-anak itu tentunya sangat sederhana dan disederhanakan. Tapi lumayan untuk menjadi proses pengenalan mereka tentang membatik. Jika mereka tertarik, mereka bisa belajar lagi membatik dengan lebih serius di lain waktu.
**
Senang melihat anak-anak belajar membatik, juga para orangtua yang ikut belajar menggunakan canting untuk membatik. Ada anak-anak yang asyik menikmati proses belajarnya, tapi ada juga anak-anak yang masih bingung, terutama anak-anak yang masih kecil. Dan karena tempat belajarnya luas, begitu usai sebuah proses, anak-anak langsung main di halaman bersama-sama.
Kegiatan ini menjadi semacam ajang sosialisasi anak-anak homeschooling. Selain itu, acara semacam ini berfungsi untuk menjalin interaksi antar orangtua homeschooling. Ngobrol-ngobrol informal di sela kegiatan mudah-mudahan bisa menjadi peneguhan dan pencerahan bagi sesama praktisi homeschooling.
6 thoughts on “Membatik di Rumah Batik Nusantara”
Mas Aar, di Museum Tekstil di KS Tubun (dekat pasar tanah abang) juga ada kegiatan membatik tiap hari. Kalau utk anak2 kecil membatik saputangan, utk yg lebih besar tentu kainnya lebih besar lagi. 2 th yg lalu wkt saya ke sana ada beberapa orang asing (jepang, india) yg membatik kain sebesar jarit, datang ke sana tiap hari sampai batiknya selesai.
Wah… asyik ya mbak. Terima kasih informasinya. Bisa menjadi alternatif tempat belajar yang lain. Kemarin anak-anak belajarnya juga membuat batik ukuran sapu tangan, kelihatannya sekitar 30x30cm. 😀
Mas Aar, di Museum Tekstil untuk selembar saputangan itu biayanya sekitar 30 ribuan. Saya tambahkan info dikit : setelah proses selesai batik tidak boleh dijemur di bawah matahari langsung karena warnanya jadi cepat pudar tapi setengah diangin2
di kedua tempat saya lihat mewarnai batiknya cuma dengan satu warna. Di Jogja kalau pas kebetulan Mas Aar & fam ke sana, ada Museum Batik , yg membatiknya menggunakan beberapa warna yg dioleskan setelah anak2 menggambar dgn malam. Jadi penampakan lebih seperti batik pesisiran , warna warni
Terima kasih masukan dan koreksinya mbak.
Kemarin di Rumah Batik Nusantara biaya juga Rp. 30 ribu. Berarti sama ya dengan di Museum Batik.
Bagus juga itu ide pewarnaan beberapa warna dengan teknik dioleh. Jadinya bisa lebih kaya warnanya. Kalau kemarin memang tekniknya dicelup. Kalau mau beberapa warna, harus mengulang proses membatik dan mewarnai.. 😀
Salam sejahtera.
Melihat foto2 di internet, rasanya sy tdk asing dg gmbr yg ada, maka sy buka situsnya. Bagus sekali. Kebetulan saya adalah pemandu yang diminta ibu Lolo dr RBN untuk menemani anak-anak belajar membatik. Memang benar bahwa teknik pembuatan batik sangat beragam. Bahkan saya sendiri telah memperlakukannya sebagai media senirupa dengan membuat lukisan yang cenderung ke aliran realis-naturalis. Untuk anak didik saya, saya lebih menyarankan penggunaan bahan pewarna yang tdk terlalu merusak lingkungan seperti indigosol atau warna alam.
Senang sekali bisa berbagi tentang kearifan lokal kepada anak-anak kita.