Salah satu kekhawatiran orangtua pada anak-anak generasi digital adalah perihal kecintaan mereka pada buku dan keterampilan literasinya. Maklumlah, anak-anak digital lebih banyak terekspos pada gadget, Youtube, dan aneka game yang dimainkannya.
Hal yang sama terbersit juga di hatiku. Bagaimana tidak, setiap hari anak-anak terekspos dengan aneka video tutorial Youtube. Kalau istirahat mereka menonton Playhouse Disney atau Cartoon Network. Bacaannya lebih cenderung komik.
Tetapi kekhawatiran itu tampaknya tak beralasan. Beberapa minggu yang lalu Yudhis tertarik membaca buku “Steve Jobs” karangan Walter Isaacson dan menyelesaikannya dalam beberapa hari. Buku biografi Steve Jobs itu tebalnya 700 halaman!
Peristiwa ini mengejutkan dan sekaligus melegakan. Aku tak tahu apa motivasi dan kekuatan yang mendorongnya untuk bertahan membaca buku itu selama berhari-hari. Mungkin dia benar-benar terpesona dengan karakter Steve Jobs. Mungkin dia ingin menceritakan buku itu pada teman-temannya saat Reading Club yang diselenggarakan Klub Oase. Mungkin dia terpesona oleh gaya bercerita Walter Isaacson.
Aku tak tahu. Tapi setidaknya ada beberapa lessons learned yang aku dapatkan dari peristiwa ini:
a. Memelihara budaya buku di rumah
Walaupun keluarga kami pada dasarnya sangat visual & teknologis, kami tetap memelihara budaya buku. Banyak majalah dan buku di rumah. Setidaknya anak-anak melihat bapak dan ibunya sesekali membaca buku dengan tekun.
b. Mengekspos anak dengan kecintaan pada buku
Anak-anak memang sangat terekspos dengan TV dan Youtube. Tetapi kami juga menyediakan buku untuk mereka. Sesekali kami ke toko buku bersama dan anak-anak memilih buku yang ingin dibacanya.
Walaupun ada saran sebagian ahli seperti Charlotte Mason untuk memilihkan buku-buku berkualitas (living books) untuk anak, kami tak menjalankannya. Anak-anak melahap apa saja, mulai komik, buku Disney, twaddle, dan buku apapun yang mereka ingin baca.
Target tentang buku memang sederhana. Yang penting anak suka buku dan suka membaca. Dan untuk itu, kami berangkat dari kebiasaan sederhana yang berakar di keluarga dan mampu kami jalankan.
c. Membaca buku bersama
Walaupun tak rutin, anak-anak pernah mengalami kegiatan mendengarkan cerita atau mendengarkan ibunya membacakan buku menjelang tidur malam. Atau, kami berkegiatan bersama di kamar sambil membaca buku masing-masing.
d. Mengenal Living Books
Kami beruntung karena punya teman-teman yang sangat cinta buku di Komunitas Charlotte Mason Indonesia. Mereka memperkenalkan tentang Living Books, yaitu kategori buku-buku “klasik” yang menginspirasi.
Lebih beruntung lagi, kami pernah mendapatkan hadiah buku-buku dalam kategori living books ini seperti Tom Sawyer (Mark Twain), Huckleberry Finn (Mark Twain), Kim (Rudyard Kipling), Black Beauty (Anna Sewel), The Prince and the Pauper (Mark Twain). Buku ini menurutku sangat berpengaruh daya tahan Yudhis membaca dan kemampuan literasinya.
e. Reading Club Klub Oase
Beberapa waktu yang lalu, Klub Oase yang berisi keluarga-keluarga homeschooling memulai kegiatan Reading Clubs. Acara sesi pertama adalah “Show & Tell”, menceritakan buku-buku yang pernah dibaca dan yang menjadi kesukaan anak-anak.
Wadah seperti ini penting untuk membangun literasi anak-anak. Pergesekan positif dengan temannya menjadi katarsis untuk proses pembelajaran pribadi mereka. Mereka belajar bercerita, mendapat apresiasi, dan sekaligus melihat buku-buku lain yang disukai temannya.