Pertengahan Agustus kemarin, Yudhis menyelesaikan 45% untuk tingkat K-6 pelajaran matematika online yang dikerjakannya melalui IXL Math. Untuk kurikulum berbahasa Indonesia, dia sudah menyelesaikannya beberapa bulan yang lalu.
Menurt kami, ini sangat lumayan untuk proses belajar Yudhis yang relatif santai, belajar mandiri 1 skills selama kurang lebih 1/2 jam per hari (tidak setiap hari).
Hari aku mencoba melihat laporan catatan proses belajar Yudhis, ternyata ada hal-hal yang perlu diperbaiki.
Kecepatan perkembangannya di Q2 menurun dibandingkan Q1. Kelihatannya materi-materinya sudah semakin sulit dan Yudhis banyak melewatkan materi yang sulit baginya.
Aku tak menyalahkannya. Ini tanggung jawabku.
Untungnya, proses belajar matematika online di IXL Math dicatat perkembangannya di sistem. Semua kegiatan anak tercatat. Anak tak bisa berbohong atau mengakali sistem karena seluruh proses (waktu kegiatan) maupun hasil (nilai)-nya selalu tercatat. Inilah salah satu keuntungan menggunakan materi online karena kita aktivitas anak tetap tercatat walaupun kita (orangtua) sibuk dan tidak sempat memantau setiap saat.
Menurutku, problem utama dari ketertinggalan Yudhis adalah kurangnya proses asistensi dan pendampingan yang aku lakukan. Selama beberapa bulan terakhir ini, aku memang melepaskan Yudhis belajar sendiri. Aku tak memantaui efektivitas proses belajarnya. Yang penting dia sudah belajar secara mandiri.
Kelihatannya sekarang saatnya “intervensi” untuk proses pendampingan belajar. Ada beberapa area yang membutuhkan asistensi dan perlu diperkuat. Mudah-mudahan kinerja matematikanya di Q3 menjadi lebih baik.