Jalan-jalan tak lengkap tanpa wiskul alias wisata kuliner. Demikian pun jalan-jalan kami ke Salatiga ini.
Usai acara “sharing tentang homeschooling” di Padepokan Lebah Putih (19/2), kami meluncur ke rumah Wieda Nugvitri, sahabat homeschooling, yang berada di dekat toko roti “Wonder” di Salatiga. Rumah Wieda adalah tujuan kami menumpang dan menginap malam ini.
Setelah melepas keluarga Wiwiet dan bunda Siti Jauhar Amal yang harus kembali ke Jakarta, kami menuju rumah Wieda untuk meletakkan tas dan ransel bawaan, dan kemudian langsung meluncur ke Pasar Raya (Jl. Jenderal Sudirman) untuk menikmati Sate Sapi “Suruh” dan Wedang Ronde “Jago”.
Sate sapi “Suruh” ini unik. Berbeda dari sate pada umumnya yang terbuat dari ayam atau kambing, sate Suruh adalah sate yang terbuat dari daging sapi. Bumbunya pun khas, bumbu kacangnya terasa manis, berbeda dengan bumbu kacang sate lain yang umumnya gurih. Daging sapi yang empuk untuk sate ini didatangkan dari desa Suruh, yang kemudian digunakan sebagai nama untuk warung sate sapi ini. Membayangkan kembali sate sapi “Suruh”, rasanya air liur mengalir deras mengenang kembali kelezatannya.
Usai menikmati sate sapi “Suruh”, Wieda kemudian mentraktir kami wedang ronde “Jago”. Lokasi wedang ronde “Jago” ini di belakang sate sapi “Suruh”, tepatnya masuk gang kecil antara sate “Suruh” dan polsek. Jadi, beberapa orang berjalan ke sana memesan wedang ronde untuk dinikmati di rumah (karena kami sudah kekenyangan makan sate sapi).
Ada kejadian lucu berkenaan dengan wedang ronde ini. Karena kami harus berpisah jalan dengan mas Yuli yang setia mengantarkan dan menemani kami di Salatiga dan Boyolali, Wieda memisahkan wedang ronde untuk mas Yuli. Setelah sampai di rumah, Wieda baru tahu bahwa setiap porsi wedang ronde terdiri dua bungkus, yaitu air (kuah) dan isi. Sementara, yang dibawa oleh mas Yuli hanya satu bungkus, yaitu airnya saja. Sambil menelpon mas Yuli untuk meminta maaf, kami tergelak bersama membayangkan mas Yuli yang kebingungan menatap wedang ronde-nya yang tanpa isi, hehehe…
***
Di malam berikutnya, kami berkesempatan untuk melanjutkan wisata kuliner di Salatiga dengan mengunjungi Sate Kambing pak Lakon di Blontongan. Walaupun namanya warung sate kambing, di sini juga menjual bebek goreng nan lezat.
Rumah makan sate ini adalah milik keluarga Angga Laksitama, salah satu sahabat keluarga kami. Nikmat rasanya menikmati sate kambing muda dan bebek goreng yang empuk, dengan sambal pedas yang langsung membuat kepala berkeringat keenakan. Sambil menikmati hidangan, kami mengobrol santai bersama pak Lakon dan bu Lakon.
***
Di luar hidangan-hidangan itu, kami masih menikmati berbagai makanan khas Salatiga lainnya. Saat berada di Lebah Putih, kami menikmati nasi jagung yang lembut ditemani urap sayuran khas Salatiga. Juga, di lain kesempatan kami menikmati getuk kethek yang terbuat dari singkong rebus yang ditumbuk halus sehingga memiliki tekstur lembuat.
Sudah dulu ah, ini jadi lapar dan ngiler kalau mengingat makanan-makanan yang disantap di Salatiga… 🙂
Bersambung ke: Wisata Belajar (6): Taman Tani, Qaryah Thayyibah & Jarimatika
2 thoughts on “Wisata Belajar (5): Menikmati Kuliner Salatiga”
Solotigo pancen ngangeni. Kangen ronde, kangen bakso, lsp