Ternyata, cluttering benda-benda besar memang jauh lebih mudah dari benda kecil. Jika kemarin aku merasa seperti mendapat sebuah “kemenangan besar” dengan terangkutnya seabrek-abrek rongsokan dari taman samping, maka hari ini aku merasa agak mellow karena hanya mendapat setengah kantung kresek.
Target hari ini sebenarnya sederhana, 1 spot dari ruang kerja. Tapi ternyata hasilnya tidak sederhana. Pilihanku jatuh pada laci meja kerja. Tempat ini betul-betul kacau. Salah satu kebiasaan burukku adalah “memasukkan semuanya” ke situ. Apa aja, dari mulai bukti pembayaran, catatan resep, aneka kartu belanja sampai gunting kuku remeh temeh semuanya cemplung plung plung.

Sementara laci meja mas Aar selalu rapih, laci mejaku hua hambur radul. Sejak awal mas Ar selalu bilang, “laci mejamu masukkan dalam daftar”. Iyaaa.. tapi terus aku tunda-tunda. Karena aku tahu pasti nggak mudah merapikan isinya.
Benerkan.. begitu mulai merapikan, hati menjadi mellow. Di dalamnya ada foto-foto jadul waktu SMA, aneka pernak-pernik, sampai surat cinta segala… huaaaaaa… gak kerasa tiba-tiba TEEEET TEEEET TEEEET. Sudah 15 menit dan aku tak dapat apa-apa. Hayyyyah…
Untungnya masih ada 15 menit beres-beres. Langsung tarik nafas panjang, ditemani lagu Fireworks berusaha sebaik-baiknya membuang dan mengurangi isi laci kerja. Dan lap-lap keseluruhan meja kerja. Lumayan lah.. bisa selesai sedikit sebelum bel 15 menit kedua berbunyi.
Hmm.. ternyata memilah berkas yang penuh dengan memori itu memang sulit. Dibuang sayang gak dibuang buat apa? Disimpen nggak ada gunanya, dibuang tapi tak rela… Jadilah, judulnya laci kerja masih bersambung. Untung pakai timer, kalau tidak pasti yang ada lagi-lagi bisa bongkar nggak bisa pasang (alias bongkar2 doang nggak beres2… hehehe)
3 thoughts on “TM #06 – Laci Kerja”
ehm…surat cintanya Mas Aar masih ada ya ehm…
banyakan surat cintaku padanya mbak.. hehehehe 😛