Portofolio karya anak semakin penting dalam pengembangan anak menuju dunia nyata dan dunia profesional. Anak tak cukup hanya lulus dan mendapat ijazah formal, tetapi membutuhkan portofolio yang menunjukkan keterampilan nyata yang dimilikinya.
Portofolio sangat umum digunakan di dunia seni dan kreatif. Sebagai contoh, seorang fotografer tidak dilihat dari ijazah pendidikannya tetapi dari karya fotografi yang dibuatnya. Demikian pun di dunia tari, film, gambar, animasi, dan lain-lain.
Karena portofolio merupakan jejak pertumbuhan keterampilan, portofolio karya anak tidak bisa terwujud langsung tiba-tiba, sim salabim. Portofolio adalah buah dari sebuah proses belajar panjang yang dilakukan anak. Jika ijazah merupakan buah pembelajaran akademis, portofolio merupakan buah dari keterampilan berkarya dan menghasilkan output yang diasah dari waktu ke waktu.
Apa yang bisa dilakukan orangtua untuk menyiapkan portofolio karya anak?
a. Membangun budaya produsen
Jangan berhenti hanya mengkonsumsi barang, informasi, pengetahuan tetapi biasakan untuk menjadi produsen. Menjadi konsumen berarti makan, menjadi produsen berarti terampil memasak. Menjadi konsumen berarti menonton (video, animasi), menjadi produsen berarti membuat (video, animasi). Biasakan mempercakapkan tentang “Behind the scene” sebuah karya.
b. Mengasah keahlian berkarya
Bangunlah keterampilan untuk berkarya melalui lisan (bercerita, presentasi, dll), tulisan, foto, video, gambar, dan lain-lain. Mulai dari hal sederhana, misalnya menceritakan ulang buku yang dibaca, presentasi di akhir proyek, membuat video perjalanan, dan sebagainya.
c. Menghasilkan karya berkualitas
Jangan mudah puas atas karya yang sudah dibuat. Apresiasi anak atas kerja keras dan kreativitas anak, sambil dorong mereka untuk terus belajar agar kualitas karyanya semakin baik.
d. Mendokumentasikan karya
Dokumentasikan karya anak secara digital. Simpan di komputer, media sosial, atau dalam bentuk blog. Manfaatkan sarana digital yang ada seperti Internet untuk menyimpan dokumentasi karya anak.
e. Masuk ke komunitas/jaringan yang sesuai
Bergabunglah dengan komunitas yang memiliki minat/kegiatan sejenis dengan anak. Selain menjadi ajang untuk belajar, komunitas memberikan ruang bagi anak untuk mendapatkan mentor dan kesempatan berkarya/berkolaborasi dengan anggota komunitas lain.