Pendidikan adalah sebuah proses panjang maraton yang melibatkan aneka pengalaman yang dicerap dan diproses oleh anak. Terkadang, godaan yang sering mengganggu orangtua adalah harapan untuk bisa menikmati hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh anak. Kita sebagai orangtua cenderung ingin instan dan ingin segera melihat hasil.
Padahal, waktu adalah salah satu variabel penting dalam proses belajar. Waktu bukan hanya berkaitan dengan “jam terbang” anak dalam proses belajarnya. Waktu juga berkaitan dengan pertumbuhan fisik anak dan kesiapan mental maupun keterampilannya.
Inisiatif Tata (11 tahun) membuat Chiffon Cake beberapa waktu yang lalu adalah sebuah contoh yang meneguhkan bagi kami. Pada waktu itu, Tata tiba-tiba ingin membuat kue. Dia terkenang Chiffon Cake buatan tante Wida saat di Salatiga, lalu dia melakukan browsing untuk mencari resep Chiffon Cake.
Tata kemudian mengecek kulkas dan mencari bahan untuk membuat Chiffon Cake. Saat mengetahui bahannya tak lengkap, dia pergi sendiri ke toko untuk membeli bahan lain dengan uangnya sendiri. Begitulah, sore itu Tata “nguplek” di dapur dan sibuk membuat Chiffon Cake sendirian, tanpa bantuan siapapun.
Sepanjang proses memasak, Tata bolak-balik datang kepadaku dan bercerita. Dia bercerita tentang kebahagiaannya saat melihat telur mengembang menjadi putih dan lembut. Dia bercerita tentang oven yang tidak rata panasnya. Dan lain-lain.
Aku hanya tersenyum dan mendengarkan cerita Tata, serta memberikan apresiasi untuknya. Lala menambahkan apresiasi dengan memberikan uang untuk Tata membuat Chiffon Cake lagi, yang dinikmati seluruh penghuni rumah.
Ada beberapa hikmah yang kami peroleh dari peristiwa ini:
a. Expect the Unexpected
Kami tak pernah memiliki ekspektasi apapun saat Tata terlibat dan mulai ikut belajar memasak. Kami menyediakan alat kerja yang bisa digunakannya sewaktu-waktu. Kami hanya menyediakan lingkungan yang kondusif untuk inisiatif apapun yang dilakukannya. Dan peristiwa ini adalah kejutan buat kami.
Kami melepaskan target apapun atas mereka. Karena anak-anak bukanlah milik kami, mereka memiliki jalan hidupnya sendiri.
b. Kita Tak Pernah Tahu Benih Mana yang Berbuah
Sebagai petani, kami menyemai benih-benih kebaikan, menyirami, memupuk, dan menyiangi gulma yang mengganggu tumbuhnya. Kami tak pernah tahu benih mana yang tumbuh baik dan akan berbuah. Tapi kami percaya dan tak pernah berhenti menyemai kebaikan.
Tugas kami hanyalah memberikan lingkungan dan stimulasi untuk anak-anak. Kami melangkah setapak demi setapak, menyesuaikan diri dengan kondisi dan kesempatan yang sedang terbentang di hadapan.
c. Waktu adalah Permainan Mental
Kita tak pernah tahu kapan benih baik akan bertumbuh dan berbuah. Yang pasti, prosesnya tak instan dan butuh waktu yang lama.
Tata mulai terlibat ikut masak sejak usia sekitar 7 tahun. Prosesnya berjalan on and off. Kami memberikan banyak kepercayaan kepadanya. Seiring waktu, keterampilannya semakin meningkat. Dan tiba-tiba saja, 4 tahun kemudian, dia bisa melakukannya sendiri.
Blog Tata: http://duniatata.com/cheese-chiffon-cake/