Ada yang sedikit berbeda dalam acara Bincang Edukasi kali ini dibandingkan sebelum-sebelumnya. Yang pertama ada tema besar yang merajut materi yang dibahaskan, yaitu “Alternative Education Day”. Yang kedua, beberapa sesi dibagi dalam kelompok kecil dengan tema-tema bahasan yang lebih spesifik dengan format talkshow dan diskusi. Biasanya, format Bincang Edukasi adalah presentasi singkat selama kurang lebih 15 menit ala TED.
Bagi yang belum tahu, Bincang Edukasi adalah sebuah platform (forum) untuk berbagi mengenai praktek dan gagasan pendidikan inspiratif yang ada di masyarakat. Bincang Edukasi sudah berjalan selama 3 tahun dan dirintis oleh Kreshna Aditya.
***
Bertempat di Erudio School of Art (ESOA), Bincang Edukasi 31 diselenggarakan pada Sabtu (1 November 2014). Acara dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: diskusi pertama, breakout session 1 dan 2 saat peserta dibagi ke dalam 3 ruang sesuai tema yang diminatinya, serta forum bersama kembali dalam diskusi ke-2 di sore hari.
Diskusi sesi pertama menghadirkan Addie MS, Melani Quintania, dan Bukik Setiawan. Sesi ini dipandu oleh Kreshna Aditya dan dilaksanakan dengan format talkshow di mana pemandu acara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para narasumber.
Beberapa hal yang menarik dari sesi ini adalah kisah Addie MS saat muda yang sempat berseberangan dengan ayahnya karena memilih jalur musik. Proses belajar musiknya sendiri sebagian besar dilakukan secara otodidak. Nah, saat punya anak ternyata Addie MS mengalami “karma” saat anaknya, Kevin Aprilio minta berhenti sekolah saat SMA.
Dalam cerita lain sesi itu, ibu Melani Quintana menceritakan tentang perjalanan keluarganya mengantarkan proses pendidikan Dyka Sudaryanto, anaknya yang belajar sepakbola sejak usia 13 tahun di Inggris. Selanjutnya mas Bukik berbagi cerita tentang proses pengembangan bakat anak dan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro.
Usai forum diskusi besar, acara Bincang Edukasi dilanjutkan dengan breakout session ke-1. Peserta dibagi dalam 3 ruang kelas, yaitu tentang metode Montessori bersama Carol Engmann (Principal of Jakarta Montessori School), cara kerja otak bersama Jasmin Jasin (kepala sekolah Gemala Ananda), dan pengajaran seni dalam lingkungan demokratis bersama Marda Yuantika (kepala sekolah Erudio School of Art, ESOA). Peserta memilih kelas sesuai yang diminatinya.
Pada sesi ini, aku tidak masuk ke dalam kelas karena asyik melanjutkan obrolan bersama mas Addie MS dan beberapa teman lain. Lala yang ikut datang bersama anak-anak masuk ke kelas Erudio School of Art (ESOA) dan belajar tentang model pendidikan demokratis ala Summerhill yang dijalankan di ESOA.
Pada breakout session ke-2, ada materi kelompok lagi. Kali ini aku berbagi tentang homeschooling bersama sekitar 20 peserta Bincang Edukasi yang memilih topik ini. Pada sesi ini, ada kelas parallel bersama Ary Okta (Direktur di Sekolah Alam Citra) yang membahaskan tentang pendidikan berbasis alam. Selain itu ada Lestia Primayanti (kepala Sekolah Kembang) mengenai pendidikan berbasis bahasa ibu.
Acara diakhiri dengan forum besar lagi berisi sharing. Kali ini ada Monika Irayati (founder Erudio School of Art), Sylvie Arizkiany beserta putrinya Ruhama Afifah, yang menjalani homeschooling sejak SMA dan sekarang sudah kuliah di Universitas Trisakti. Afifah berbagi cerita mengenai pendidikan yang dijalaninya, juga tentang beragam kegiatan yang dilakukannya. Saat diskusi ini, Afifah harus meninggalkan tempat lebih awal karena sebagai field commander, dia harus memimpin performance Gita Wibawa Bhakti Drum Corp (GWB DC).
***
Acara hari ini sangat menarik buatku. Walaupun aku menjadi salah satu pemateri, banyak sekali yang aku peroleh hari ini. Rasanya seperti men-charge energi dan semangat berkarya di bidang pendidikan.
Ada mas Addie MS yang rendah hati, mendengarkan, dan selalu semangat belajar. Berulang kali beliau menceritakan tentang betapa beruntungnya anak-anak sekarang yang memiliki akses untuk belajar yang sangat luar biasa berkat teknologi Internet. Bukan hanya materi belajar, para mentor dan guru juga menjadi lebih mudah diperoleh berkat Internet. Bagi mas Addie MS, itu adalah kemudahan yang luar biasa dibandingkan pengalaman belajar otodidak yang pernah dijalaninya.
“Anak-anak yang hidup pada saat ini mestinya bisa lebih hebat daripada kita-kita yang hidup di masa lalu,” kata Addie MS.
Juga, yang tak mengasyikkan adalah lokasi acara di Erudio School of Art (ESOA) di kawasan Fatmawati Jakarta Selatan. Alamat lengkap ESOA adalah Jl. Lebak Bulus I
ESOA adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) setingkat SMA berbasis seni. Mereka memiliki kurikulum ramuan sendiri dan penyelenggaraannya mengambil prinsip sekolah demokratis Summerhill School AS Neil yang legendaris itu. Legalitas ESOA adalah pendidikan nonformal dan ijazah nasionalnya adalah Paket C. Selain menggunakan kurilum nasional, ESOA juga berafiliasi dengan Edexcel (Inggris) untuk ijazah BTEC Foundation Diploma in Art & Design.
Aku suka dengan lingkungan belajar di ESOA. Ruang-ruang kelasnya walaupun tak terlalu luas cukup “provokatif” dan berbeda dari kelas konvensional.
“Tempatnya keren. Kepala sekolahnya beda..,” kata Tata. Kalau Yudhis komentarnya lain lagi. “Aku suka konsepnya. Aku pikir yang kayak gini cuma ada di Amerika. Ternyata di Indonesia juga ada.”
“Kamu mau sekolah di sini, Dhis?” tanyaku.
“Nggak,” jawab Yudhis. “Aku suka tapi aku kan nggak bisa gambar. Aku pengin kayak gini, tapi yang teknologi.”
Masih banyak hal lain yang aku serap dan pelajari hari itu. Aku juga menikmati obrolan dan diskusi dengan peserta yang berlangsung sampai sore. Lala dan anak-anak sudah pulang lebih awal karena anak2 harus latihan untuk persiapan pentas drama musikal “Big Apple Dream”. Aku pulang nyaris terakhir, menjelang ruangan ditutup, hehehe…
***
Senang hadir dalam forum Bincang Edukasi. Inspirasi, energi, dan jejaringnya sangat positif. Mudah-mudahan rencana untuk menggelar “Alternative Education Conference” tahun depan betul-betul bisa terselenggara. Menurut mas Kreshna Aditya, penginnya acaranya diselenggarakan di gedung Depdiknas di Jl Sudirman. Amin.. 🙂