Game sering dipandang sebagai hal yang negatif bagi perkembangan anak. Padahal, menurut pengalamanku sebagai pecinta game (gamers), game merupakan salah satu cara paling efektif untuk memasukkan dan memperkenalkan beragam pengetahuan kepada anak.
Game bisa menjadi alat ampuh untuk membuat anak menyukai sesuatu, membangun logika berfikirnya, melatih mental perjuangan serta kesabarannya, mengembangkan kemampuan manajemennya, bahkan beberapa game mulai melibatkan kegiatan dan gerakan fisik dalam menjalankannya sehingga meningkatkan koordinasi seluruh tubuhnya.
Di era kemajuan teknologi seperti ini, keahlian dalam game (baik sebagai pembuat maupun pemakai) kini bisa menjadi sumber mata pencaharian yang cukup menjanjikan.
Tantangan game bagi orangtua
Hampir semua anak suka main game. Tantangan sebagai orangtua yang memiliki anak suka main game adalah mengelola proses interaksi anak dengan game.
Melarang anak main game bukan jalan keluar. Dalam beberapa kasus justru karena dilarang main game di rumah anak-anak malah main game di warnet dan menjadi lebih sulit dikontrol. Mereka memainkan game-game yang tak sesuai usia mereka. Mereka sering tidak jujur demi agar bisa bermain game di warnet.
Sebaliknya, memfasilitasi anak dan membiarkan mereka bermain game di rumah saja belum menyelesaikan masalah. Satu langkah baik sudah dilakukan, tapi orangtua perlu melakukan hal-hal lain, yaitu mengelola jenis game dan waktu bermain game bagi anak.
Bahkan idealnya, orangtua memiliki wawasan dan keterampilan untuk memanfaatkan game menjadi kegiatan-kegiatan produktif (bukan hanya konsumtif) yang bermanfaat bagi anak.
Pengalaman menggunakan game sebagai alat belajar
Di rumah, kami banyak menggunakan game sebagai proses belajar anak-anak. Memang tidak semua game bisa dibuat proses belajar. Tapi ada baaaaaaanyak sekali game yang bisa dijadikan media belajar yang menyenangkan untuk anak-anak.
Dan yang lebih asyik lagi adalah ketika kita bisa membawa anak-anak untuk tak hanya menjadi penikmat game (konsumen) tapi menggunakan game sebagai sarana pendidikan mereka, terutama mengasah pola berfikir dan keterampilan mereka. Orangtua dapat membangun kultur produktif dengan mengajak dan melibatkan anak menjadi pembuat game.
Seperti yang terjadi pada Tata, kesukaannya bermain game ternyata memicu ketertarikannya membuat game. Banyak kegiatan yang dilakukan Tata, misalnya belajar membuat game menggunakan Scratch, Khan Academy dan Code.org. Materi-materi itu semuanya gratis.
Salah satu kegiatan belajar membuat game yang pernah dilakukan Tata menggunakan CodeAvengers. Walaupun tak dirancang secara khusus untuk anak-anak, ternyata Tata yang waktu itu masih berusia 9 tahun tertarik mencobanya dengan antusias.
Saat membuat game ini, Tata memakai Duta sebagai “calon customer”. Melalui proses ini, Tata belajar berfikir tentang game apa yang cocok dengan Duta, apa yang Duta suka, level yang pas untuk anak seusia Duta, dan seterusnya. Walaupun hasilnya masih sederhana, tapi ini adalah pembelajaran tentang cara berfikir yang berharga.
Proses lain juga dialami oleh Yudhis (13 tahun) yang saat ini sudah memiliki kelas online belajar melalui game Minecraft. Kelas yang berlangsung selama 2 bulan ini dirancang & dieksekusi 95% oleh Yudhis sendiri. Kami sebagai orangtua hanya ikut sebagai teman diskusi & team hore. Kelas yang sudah berjalan 2 periode ini diikuti anak-anak usia SD-SMP dari berbagai daerah di rumahnya masing-masing.
Dalam proses merancang Kelas Minecraft Online, Yudhis membuat sendiri silabusnya, menurunkannya dalam timeline kegiatan per minggu, membuat dan merekam video tutorialnya sendiri, membuat materi marketing, set-up server (sampai akhirnya belajar LINUX) dan yang terpenting adalah kemampuannya menangani sebuah project, mencari mentor untuk membantunya, melayani murid-murid yang sudah membayarnya dan seterusnya.
Proses yang menurut kami merupakan pembelajaran yang luar biasa ini dikerjakannya dengan suka cita dan sepenuh hati karena dia SUKA! Itu kata kuncinya “SUKA”.
Yudhis suka Minecraft, dan melalui Minecraft Yudhis belajar dari hulu hingga hilir caranya membuat sebuah project dan menjalankannya. Kesukaannya itu membuatnya terus melangkah walau ada banyak kendala dan kesulitan. Kesukaannya itu membuatnya mampu membuatnya bekerja siang malam tanpa merasa bahwa itu adalah sebuah beban. Menurutku, itulah kekuatan game sebagai media belajar yang menyenangkan.
Seminar Game sebagai Media Belajar yang Menyenangkan
Tentu saja proses menggunakan game sebagai sarana belajar yang kami jalani bersama anak-anak ini bukan hasil yang instan. Setahap demi setahap kami membangun dan menemani proses belajar mereka.
Kami pun masih tarik ulur dengan anak-anak dalam melatih mereka dari kelekatan mereka dengan game kesukaan mereka. Tapi paling tidak kami punya keyakinan bahwa game itu asyik, dan game itu bisa jadi alat yang luar biasa jika kita bisa mengajarkan kepada mereka bagaimana caranya mengontrol diri dari kecanduan serta mampu menjadikan game sebagai alat dan tidak hanya sekedar menjadi pemakai saja.
Makanya aku senang sekali ketika diajak berpartisipasi oleh mas Adieb Haryadi dalam Seminar Game yang diadakan oleh Segitiga.Net tanggal 10 Januari 2015 mendatang. Bersamaku akan ada mas Andre Dubari dari Manikmaya Games & mas Aranggi Soemardjan dari Clevio Coder Camp.
Menurutku, acara sharing seperti ini penting banget untuk membawa game kepada level yang lebih dari sekedar hiburan. Game sebagai alat belajar yang asyik!
Persiapan acara seminar tentang game
Selasa (30/12/2014) aku & Yudhis menghadiri rapat persiapan seminar game di Comma. Dalam rapat itu, kami berdiskusi dan mematangkan teknis acara untuk tanggal 10 Januari nanti. Acara itu ditujukan untuk orangtua dan anak. Jadi, orangtua akan terlibat dalam sesi sharing dan diskusi bersama para pembicara. Anak-anak akan punya forum khusus untuk belajar pemrograman bersama tim Clevio. Jika anak-anak ingin ikut terlibat, mereka diharapkan membawa laptop untuk proses belajar mereka.
Buat teman-teman yang ingin menjadikan game sebagai alat belajar yang mengasyikkan, pastikan tidak ketinggalan acara ini. Acaranya GRATIS, tapi karena keterbatasan tempat maka teman-teman perlu mendaftar ke http://bit.ly/seminargame atau telp langsung ke 0812 1286 0444.
2 thoughts on “Seminar: Game Sebagai Media Belajar Menyenangkan”
Saya dari Sekolah Kristen Kanaan Jakarta, ingin menanyakan apakah seminar “Game Sebagai Media Belajar yang Menyenangkan” masih ada untuk tahun 2017? Apakah seminar ini bisa di aplikasikan kepada guru-guru untuk jenjang SMP-SMA/K? Mohon informasinya. Terima kasih
Mohon maaf, saat ini kami belum ada rencana agenda seminar tentang hal ini lagi