Buku “Generasi Z, memahami karakter generasi baru yang akan mengubah dunia kerja” karya David Stillman dan Jonah Stillman ini menarik.
Buku ini ditulis oleh seorang ayah (David Stillman) dan anaknya yang berusia 17 tahun (Jonah Stillman). David Stillman adalah sosok yang mewakili generasi X, sementara Jonah Stillman mewakili generasi Z.
Apa itu generasi Milenial, Generasi X, dan Generasi Z?
Istilah generasi atau biasanya disebut cohort adalah istilah yang menggambarkan kemiripan karakteristik yang khas di dalam sebuah rentang waktu tertentu, walaupun di dalamnya pasti ada deviasi dan keunikan-keunikan individu.
Pengelompokan generasi ini biasanya digunakan untuk memahami perilaku kelompok sehingga bisa digunakan untuk tujuan-tujuan yang praktis, misalnya memahami cara berkomunikasi dan berperilaku yang berbeda.
Dalam konteks pemasaran, pemahaman karakteristik generasi membantu untuk melakukan komunikasi yang tepat. Dalam konteks organisasi kerja, pemahaman karakteristik generasi akan memperjelas ekspektasi dan mempermudah pengelolaan untuk mencapai titik temu antara kepentingan organisasi dan kepentingan individu.
Menurut buku “Generasi Z”, klasifikasi generasi dibagi sebagai berikut:
- Generasi Traditionalist lahir sebelum 1946
- Generasi Baby Boomer lahir antara tahun 1946-1964
- Generasi X lahir antara tahun 1965-1979
- Generasi Millennial lahir antara 1980-1994
- Generasi Z lahir antara 1995-2012
Ciri-ciri Generasi Z
Ada 7 ciri generasi Z dibandingkan generasi Millennial dan generasi lainnya, yaitu:
Phiygital: gabungan fisik & digital
Generasi Z yang lahir setelah era 1995 adalah generasi pertama yang lahir ke dunia di mana segala aspek di dunia fisik memiliki wujud yang ekuivalen di dunia maya. Dunia fisik dan dunia maya bukan dua dunia yang terpisah, tetapi saling berkelindan.
Bagi gen Z, kecanggihan teknologi suatu perusahaan akan berdampak pada keputusan mereka bekerja di perusahaan tersebut.
Hiper-kustomisasi
Karena hidup di dunia maya yang sangat cair, gen Z selalu ingin memiliki identitas unik yang membuatnya tidak larut dalam lautan massa. Mereka tidak menyukai produk standar dan seragam. Mereka mengkostumisasi apapun, mulai daftar lagu, film, logo, dan sebagainya.
Dalam dunia kerja, gen Z juga menginginkan kustomisasi nama jabatan dan deskripsi pekerjaan dibandingkan nama dan deskripsi standar yang selama ini ada.
Realistis
Sebagai sosok yang mengalami kekhawatiran usai peristiwa serangan teroris 11/9 dan krisis ekonomi, generasi Z cenderung bersikap pragmatis. Mereka berhitung apakah perlu kuliah atau tidak berdasarkan rasionalitas kepentingan mereka. Demikian juga pilihan-pilihan berkaitan dengan pekerjaan.
FOMO (Fear of Missing Out)
Dengan perubahan di linimasa yang terus mengalir, generasi Z selalu khawatir ketinggalan informasi. Mereka takut tidak update, ketinggalan gosip, isu terbaru, dan menjadi tidak relevan di kalangan teman-temannya.
Dalam konteks dunia kerja, generasi Z selalu ingin mendorong perusahaan terlibat pada hal-hal baru yang sedang menjadi isu yang diperbincangkan.
Weconomist
Pada saat bertumbuh, generasi Z telah hidup dengan fasilitas platform ekonomi yang memungkinkan berbagi, seperti Uber, AirBnB, dan lain-lain. Mereka selalu ingin mencari jalan untuk terus memanfaatkan sumber daya bersama tanpa harus melakukan investasi besar.
Dalam dunia kerja, sikap gen Z yang terbiasa dengan kolaborasi massal membuat mereka memiliki harapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan filantropis untuk menunjukkan kepedulian pada dunia.
DIY (Do it Yourself)
Dibesarkan dengan aneka tutorial yang membuat mereka bisa mempelajari apapun melalui Youtube, gen Z tumbuh menjadi generasi yang percaya diri dan merasa bisa melakukan apapun sendiri. Sikap mental ini didukung oleh orangtuanya yang merupakan generasi X yang tidak mengikuti jalur-jalur tradisional.
Kompetitif
Pengalaman mereka yang tumbuh saat orangtua mengalami krisis ekonomi membuat generasi Z lebih kompetitif dibandingkan generasi sebelumnya. Mereka ingin menjadi bagian dari tim pemenang, bukan pecundang dan menginginkan bekerja di perusahaan pemenang.
Apa pelajaran yang bisa kita peroleh dari pengelompokan generasi ini? Bagaimana kita memahami perbedaan generasi ini dalam konteks Indonesia?
Catatan Pribadi
Buku ini menarik dan sangat direkomendasikan untuk siapapun yang ingin memahami karakter demografi sebuah generasi. Tentu saja, kita perlu mengambil jarak dan tidak bisa menelan mentah-mentah pengkategorian itu dalam konteks Indonesia karena pengkategorian itu merupakan respons terhadap kondisi sosial-politik-ekonomi, khususnya yang terjadi di Amerika.
Jika kita bisa memahami faktor-faktor yang memicu dinamika perubahan sifat dan sikap sebuah generasi, kita bisa lebih mudah memahami fenomena yang terjadi di tempat lain.
(Bersambung: Inspirasi personal tentang buku generasi Z)