Psikososial 3: Anak Belajar Berinisiatif

Tahap ke-3 dalam perkembangan psikososial anak adalah belajar berinisiatif (initiative).

Dalam tahap sebelumnya, anak belajar mempercayai dunia sekitar dan belajar kemandirian.

Fase belajar berinisiatif ini terjadi pada rentang usia 3 – 5 tahun.

Menurut teori perkembangan psikososial Erikson, ada 8 (delapan) tahap perkembangan manusia yang berjalan seumur hidup. Pada setiap tahap, orang menghadapi konflik dan tantangan yang berdampak pada pertumbuhan kapasitas psikososial: apakah dia mendapatkan peneguhan psikologis atau mengalami kemunduran dan masalah psikologis sesuai tahapannya.

(c) Verywell / Nusha Ashjaee

Belajar Inisiatif (Initiative)

Ketika anak-anak memasuki tahun-tahun prasekolah mereka memulai tahap ketiga perkembangan psikososial yang berpusat pada inisiatif.

Jika mereka telah berhasil menyelesaikan dua tahap sebelumnya, anak-anak sekarang memiliki perasaan bahwa dunia dapat dipercaya dan mereka mampu bertindak secara mandiri.

Dalam proses lanjutannya, anak-anak belajar memahami bahwa mereka memiliki kapasitas dan kekuatan untuk menjelajahi dunia sekitar mereka. Mereka mencoba berbagai hal sendiri dan mengeksplorasi kemampuan mereka sendiri.

Dengan kemampuan melakukan inisiatif, anak-anak belajar mengembangkan arah tujuan mereka.

Cara Menstimulasi Inisiatif

Untuk mengembangkan kapasitas inisiatif anak, orangtua perlu memberikan ruang yang luas bagi anak-anak untuk mencoba sendiri kegiatannya.

Anak-anak belajar merencanakan kegiatan yang mereka inginkan, menyelesaikan tugas dan menghadapi tantangan.

Orangtua perlu mendorong anak mencoba hal baru dan menjelajahi lingkungan sekitar. Orangtua perlu membantu anak mengambil keputusan dan memberikan pilihan untuk diambil.

Dalam proses menstimulasi inisiatif anak, penting untuk memperluas toleransi terhadap kesalahan yang dilakukan anak. Jangan meremehkan inisiatif dan memarahi proses anak saat mencoba.

Anak mungkin akan mencoba memilih jenis kegiatan, teman, dan pilihan lain yang berbeda dari yang diharapkan orangtua. Anak juga mungkin melakukan kesalahan saat berkegiatan sesuai keinginannya.

Kemarahan akan membuat anak takut mencoba, memilih jalan aman, dan bergantung pada orang lain. Anak merasa malu terhadap diri sendiri.

Dalam fase ini, alat sitmulasi utama adalah bermain dan kegiatan role play (bermain peran).

Jika anak berinisiatif

Keberhasilan dalam tahap ini membuat anak percaya diri dan memiliki tujuan. Dia tahu bahwa berinisiatif adalah hal yang baik dan bisa dilakukan. Dia semakin merasa nyaman dengan dirinya.

 

Jika anak merasa bersalah/tak mampu

Jika tidak berkembang, fase ini dapat membuat anak merasa bersalah dan merasa tak mampu. Anak-anak takut mencoba hal baru, sering merasa bersalah.

Padahal, kehidupan pasti melibatkan hal baru dan keberanian mencoba. Kita tak bisa menghindari kesalahan sama sekali sehingga anak-anak perlu belajar menerima kesalahan sebagai bagian yang wajar dari proses bertumbuh.

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.