fbpx

Petualangan Menuju FESPER 2014 (1)

Stasiun Senen. Kamis (27/3), 18.05. Kami baru beranjak turun dari taksi. Enam ransel sudah diturunkan. Taksi pun beranjak meninggalkan kami ketika tiba-tiba kami tersentak mendengar teriakan Lala,”Sepatu Duta lepas satu! Kejar taksinya!”

Yudhis langsung terbirit-birit berlari mengejar taksi. Aku sendiri terpaku karena tidak ingat taksi mana yang kami naiki tadi. Banyak taksi yang melintas dan menurun-naikkan penumpang. Sambil terbengong, aku melihat Duta hanya memakai satu sepatu. Kelihatannya sepatunya lepas saat dia tidur di pangkuanku di dalam taksi.

Tak lama, Yudhis kembali tanpa hasil. “Taksinya nggak kekejar”. Dengan panik, Lala kemudian melesat pergi mencari sepatu pengganti untuk Duta. Cukup lama juga Lala menghilang entah ke mana, sementara kami mulai berjumpa dengan teman-teman Jabodetabek plus yang mau berangkat bersama-sama ke Salatiga.

Setengah jam kemudian Lala muncul dengan nafas terengah-engah. “Aku dapat sepatu Duta!” katanya dengan bahagia di antara wajah lelahnya. “Aku lari menyeberang ke pertokoan Senen. Semua toko sudah pada tutup. Untunglah satu-satunya toko yang hampir tutup ada sepatu di display yang ukurannya persis sepatu Duta. Jadi ini benar-benar keberuntungan!”

Hilangnya sepatu Duta di stasiun Senen hanyalah salah satu “drama” yang mewarnai proses perjalanan kami menghadiri FESPER. Banyak drama-drama lain, termasuk petir yang menyambar rumah dan mengakibatkan kerusakan beberapa alat elektronik serta mematikan jaringan Internet kami. Aku sendiri berangkat dalam kondisi agak demam.

Fesper01a
(c) Pras Sarp

***

Tapi lupakan dan tutup dulu semua masalah karena setiap momen harus dinikmati dan disyukuri. Begitu nasihat yang sering kuterima. Sekarang waktunya menikmati perjalanan menuju FESPER bersama sekitar 81 orang dari Jabodetabek plus. Jumlah itu sama artinya dengan rombongan satu gerbong lebih sedikit. O ya, rombongan ini disebut Jabodetabek plus karena ada teman-teman Cilegon, Bukittinggi, dan Bangka-Belitung yang ikut bersama rombongan.

Terima kasih kepada Mella Fitriansyah yang sudah mengkoordinir keberangkatan menggunakan kereta Senja Utama jurusan Semarang hingga Salatiga. Terlihat repotnya membagikan tiket dan berhubungan dengan petugas KA karena adanya perubahan-perubahan nama di menit-menit terakhir.

Pukul 19.30, semua anggota rombongan sudah berada di dalam kereta. Sementara para orangtua mulai duduk tenang, anak-anak mulai sibuk berlarian dan bermain bersama. Suasana betul- betul heboh. Apalagi setelah ada sesi latihan angklung bersama di dalam gerbong untuk acara perkenalan kreatif dan api unggun di FESPER. Suasana makin heboh..!

Kehebohan ternyata tak pernah berhenti sepanjang perjalanan kereta menuju Semarang. Anak-anak melepaskan kain menutup sandaran dan menggunakannya sebagai alas tidur di bawah. Mereka juga tertawa-tawa sambil bermain kartu. Sampai di Semarang sekitar pukul 2.30 dini hari, anak-anak praktis tidak tidur sama sekali di kereta!

Fesper02a
(c) Pras Sarp

Nah, di stasiun ini banyak hal tak kalah seru terjadi. Mella mendapat kabar mendadak dari kendaraan yang akan digunakan dari Semarang menuju Salatiga bahwa mereka baru akan menjemput pukul 06.30. Wah, itu berarti ada waktu sekitar 4 jam untuk menunggu dengan rombongan berisi bayi, anak, kakek-nenek yang pasti kelelahan. Aku sempat bingung juga karena tak tahu medan di Semarang. Ada usulan untuk menunggu di masjid raya, tapi untuk menuju ke sana harus naik taksi dulu.

Kalau sudah begini, fleksibilitas dan komunikasi memang menjadi faktor yang sangat penting. Ketika kondisi ini dibuka kepada seluruh rombongan, ternyata semua memutuskan bertahan dan menunggu di stasiun. Untunglah, atas kebaikan hati bu Ari seluruh rombongan mendapatkan sarapan gratis dan teh hangat di stasiun yang dikirim oleh keluarga bu Ari di Semarang.

Bagaimana anak-anak? Ternyata mereka tetap bersemangat, seolah tak ada habis energinya. Mereka bermain kartu, berkejar-kejaran, dan berlarian di stasiun.

***

Fesper03a
(c) Pras Sarp

Saat fajar menyingsing. Rupanya rombongan dari Jakarta sejumlah 80-an orang itu betul-betul memenuhi ruang tunggu stasiun. Padahal, penumpang yang akan bepergian dari Semarang menggunakan kereta pagi sudah mulai berdatangan. Walhasil, kami yang istirahat sambil tiduran di kursi diminta bangun oleh satpam stasiun. Bahkan, menjelang pukul 06.30, kami diminta untuk meninggalkan stasiun. Padahal bus belum datang!

Bagaimana ini?

Jadilah, pelan-pelan kami bersiap keluar dari ruang tunggu stasiun Tawang Semarang. Lalu, berfoto-fotolah kami di halaman parkir. Dan… ternyata itu waktu yang tepat karena kendaraan yang mengantarkan ke Salatiga sudah datang. Eh, tapi kendaraan tak sesuai dengan rencana. Adaptasi baru pun dilakukan karena 5 Elf yang direncanakan ternyata diganti 3 Elf dan 1 bus kecil.

Untunglah semua peserta lapang hatinya dan langsung menyesuaikan diri dengan perubahan ini. Walaupun bukan koordinator perjalanan, rasanya kami ikut bersyukur melihat proses pengaturan yang berlangsung relatif mulus, tanpa drama-drama heboh akibat dinamika yang terjadi secara mendadak.

Kepada anak-anak, kami pun sudah mengingatkan sebelum berangkat bahwa perjalanan FESPER adalah petualangan.  Artinya, perjalanan dan acara-acara bisa jadi tak sesuai dengan yang direncanakan. Pasti ada perubahan-perubahan mendadak, pasti ada kejadian-kejadian yang tak mengenakkan. Semuanya harus dilewati dengan lapang dan dinikmati tanpa perlu mengomel yang justru membuat hati bertambah sempit.

***

Fesper04a
(c) Pras Sarp

Tapi kelelahan perjalanan itu segera terbayar sesampai di lokasi acara, Perkemahan Remaja Salib Putih Salatiga. Udara sejuk langsung menyegarkan hati dan kepala. Areal kegiatan yang luas langsung dijelajahi oleh anak-anak. Dan tentu saja sambutan ramah dari mbak Septi, mas Dodik, dan tim volunteer Salatiga yang menghangatkan hati.

(Bersambung)

 

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.