fbpx

Pengalaman Fasting on Ketosis

Tidak terasa, hari ini sudah masuk hari ke 55 aku menjalani sebuah pola makan baru yaitu FASTOSIS  (Fasting on Ketosis). Dari pemahamanku, pola makan ini adalah gabungan dari pola makan Ketogenic & Intermitten Fasting.

Ketogenic itu adalah sebuah pola makan yang bertujuan mengubah kondisi metabolisme Glukosa menjadi metabolisme Lemak, dimana tubuh akan menggunakan lemak sebagai bahan bakar utama untuk metabolisme.

Sementara itu, Intermitten Fasting adalah puasa 16 jam hingga 23 jam dengan hanya minum air, kopi/teh tanpa gula yang bertujuan untuk memicu proses ketogenesis (saat semua cadangan gula di tubuh dan liver telah habis), meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh, mempercepat detoksifikasi dan memberi kesempatan perbaikan seluruh sel-sel tubuh.

ketogenic

Cara Kerja Ketogenic

Sederhananya, tubuh kita itu punya 2 bahan bakar utama, gula & lemak. Gula itu mudah dibakar, jadi untuk tubuh yang banyak mengkonsumsi gula maka kecenderungannya tubuh akan membakar gula itu terlebih dahulu, sementara lemak disimpan (disayang-sayang oleh tubuh karena dianggap bahan bakar premium) sebagai cadangan untuk dibakar di masa sulit.

Sayangnya, di zaman modern seperti ini (untuk orang yang suka makan seperti aku), masa sulit saat tubuh membakar lemak itu hampir tidak pernah datang.

Mengapa?

Karena begitu lapar, ada hormon insulin yang naik dan memberi perintah untuk mencari makanan atau kepala terasa pusing, susah mikir dan perut krucukan minta diisi. Padahal andai aku menunggu sebentar aja, maka tubuh akan beralih ke membakar ke bahan bakar premium (lemak). Sayangnya dari kecil aku itu termasuk orang yang suka ngemil dan otomatis bahan bakar premium itupun tersimpan rapi di tubuh ini selapis hingga selapis. Hehehe…

Nah, ketogenic dilakukan dengan mengubah pola makan dan cara tubuh bekerja dengan melatih tubuh yang cerdas untuk mencari sumber energi yang berbeda, bukan glukosa (yang biasanya berasal dari gula/karbohidrat) menjadi lemak.

Manfaat Ketogenic

Dalam pola makan umumnya, komposisi utama makanan kita biasanya adalah karbohidrat. Karbohidrat inilah yang menjadi glukosa dan sumber energi utama.

Pola makan Ketogenic memiliki komposisi 5% – 10%  Karbohidrat : 15% – 20% Protein :  75% – 80% Lemak. Tubuh belajar untuk menjadikan lemak sebagai sumber energi utama. Pada awalnya, lemak eksternal menjadi sumber energi yang pertama diambil. Seiring proses adaptasi tubuh, sumber energi akan mengambil lemak tubuh (yang selama ini hanya disimpan sebagai cadangan energi).

Pola baru ini memperbaiki cara kerja tubuh dan menyebabkan sel-sel abnormal seperti sel kanker, sel rusak/menua dan patogen akan kehilangan glukosa yang menjadi sumber energi utama mereka. Kondisi ini membuat sel-sel abnormal mati dan kesehatan menjadi lebih baik.

Kalau penasaran lebih jauh tentang pola makan ketogenic ini, langsung gabung ke grupnya aja ya, soalnya aku pribadi kan juga baru belajar dan masih berproses. Masih jatuh bangun pula. Tapi so far dari semua bentuk pola makan yang pernah aku jalankan, ini yang paling nyaman buat aku.

Nama grupnya KETOGENIC INDONESIA.

***

Sudah turun berapa?

Ini merupakan pertanyaan yang paaaaling sering muncul ketika orang tahu kalau aku mengikuti pola makan ini. Untungnya dari awal aku memang nggak nimbang. Karena entah mengapa timbanganku mendadak rusak sak begitu aku memutuskan untuk mencoba pola makan Ketofast. Jadi aku bisa dengan enteng menjawab “nggak tahu, soalnya nggak nimbang.”

Sampai kapan dietnya?

Kalau ditanya seperti ini jawabnya juga enak, karena aku nggak merasa diet. Soalnya makanannya nggak terlalu ribet, yang susah hanya menahan “nafsu ingin makan” saja. Aku pribadi merasa sudah menemukan pola makan yang paling cocok buatku.

Untuk pertama kalinya seumur hidupku, aku nggak craving alias nggak pengen ngemil, bahkan selama 55 hari ini jaraaaang banget rasanya aku kepengen makan ini itu. Sama makanan jadi santai gitu rasanya. Mungkin bagi sebagian orang hal ini sederhana, tapi bagi aku yang SUKA MAKAN, ini tuh WOW banget.

Bukan jadi nggak doyan makan lho ya, tapi jadi biasa aja sama makanan. Jadi mau sampai kapan? Yaa mungkin beginilah pola makanku. Kemungkinan sih, kalau nanti berat tubuhku sudah ideal, geser ke low carb aja, jadi makin aman lagi ketika kulineran saat jalan-jalan.

Apa efeknya pola makan ini?

Dalam kondisiku, aku merasa jauh lebih segar. Kata orang sih lumayan kelihatan sedikit menyusut. Kemarin seneng banget rasanya ketika mencoba celana jeans yang 2 bulan lalu hanya bisa ditarik sampai paha (saking ndutnya), sekarang sudah bisa dikancing lagi. Plus, kaos L mulai terasa “longgar” padahal biasanya pakai kaos itu pasti ukuran XXL. Kemarin mencoba kaos M sudah kelihatan aman nggak terlalu seperti lepet walau masih kelihatan tas pinggangnya di perut, xixixi.

Yang lebih membahagiakan hatiku adalah, di tengah perjalanan, hampir seluruh orang di rumahku melakukan pola makan ini juga. Diawali dari ibu hampir 1 bulan yang lalu, lalu Duta yang memang sepertinya tidak tahan gula (kalau luka lama sembuhnya), kemudian adikku & adik iparku, terakhir Yudhis juga memutuskan untuk ikut juga. Wuaaaaaa rame.

Semoga pola makan ini membuat kami semua hidup lebih sehat, lebih bersemangat & berkarya lebih banyak lagi.

1 thought on “Pengalaman Fasting on Ketosis”

  1. wow… tuh kan cit bilang apa… mbak lala lebih kurusan… semangat, cit juga akan lebih berusaha…. hehehehe…
    btw mbak lala IXL mathnya masih buka kan??? beberapa hari ini sulit kali singgah di ATM sibuuuk betul di kantor… insyaallah bentar mau transfer… moga dimudahkan…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.