Film “Lima Elang” adalah sebuah film yang bagus. Layak menjadi tontonan anak-anak, terutama untuk anak-anak kota yg semakin tak mengenal Pramuka. Gambarnya bagus. Petualangannya seru.
Ceritanya diawali dari seorang anak Jakarta bernama Baron (yang dimainkan dengan bagus sekali oleh Christoffer Nelwan) yang pindah ke Balikpapan, Kalimantan Timur, mengikuti orangtuanya. Baron adalah tipikal anak kota yg melek teknologi & mainan. Hobinya main dan mengikuti lomba mobil RC.
Ketika pindah ke kota yang lebih kecil Balikpapan, muncullah problem khas anak-anak di tempat baru: kehilangan teman lama dan proses adaptasi di tempat baru. Inilah setting utama yang membangun cerita film ini.
Perpindahan dari kota besar ke “kota kecil” itu membawa masalah. Apalagi dengan karakter Baron yang cerdas tapi bertampak jutek dan tak ramah.
Dari perkenalannya dengan Rusdi sang penggemar Pramuka yang bersemangat, Baron “kecemplung” menjadi anggota Pramuka yang harus mengikuti perkemahan tingkat propinsi Kalimantan Timur. Dari sikap ogah-ogahannya mengikuti kemah, tiba-tiba Baron menjadi bersemangat setelah tahu areal perkemahannya itu dekat dengan kota Balikpapan, tempat pameran mobil RC yang akan datang. Dia membayangkan bisa kabur dari perkemahan menuju ke tempat pameran mobil RC.
Tapi ternyata rencana kabur Baron itu menjadi petualangan seru, yang melibatkan 3 anggota Pramuka satu regunya yang lain, yaitu Rusdi (Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan), Anton (Teuku Rizky Muhammad), dan Aldi (Bastian Bintang Simbolon); ditambah satu perempuan Sindai (Monica Sayangbati) yang kabur dari regu-nya yang berisi cewek-cewek manja.
Mereka bertemu dengan penjahat di tengah hutan dan akhirnya terjadilah petualangan seru ala “Home Alone” untuk mengalahkan para penjahat yang tentu saja dimenangkan oleh para pramuka petualang cilik ini.
Catatan Pribadi
Secara garis besar, aku suka film ini. Kita butuh lebih banyak film anak-anak seperti ini. Apalagi kalau pas musim liburan atau hari raya. Semestinya film-film bergenre anak-anak ini ada pasarnya.
Dari sisi gambar, yang aku suka saat anak-anak Pramuka melakukan baris-berbaris dan semaphor. Gerakan kolosa yang tertata apik mengingatkan pada gambar seperti yg ada di film-film China. Rasanya flashback pada pengalaman pribadi mengikuti kegiatan Pramuka sejak SD-SMA.
Sayangnya ada penggambaran-penggambaran yang menurutku kurang pas; misalnya adegan yg berhubungan dengan handphone. Terlihat di film, semua anak punya handphone dan saat istirahat semuanya menelpon keluarganya menggunakan handphone. Apakah memang seperti ini realitas anak SD di Balikpapan?
Juga, penggambaran konflik kejar-kejaran dengan penjahat terlalu sederhana. Padahal di sini sebenarnya salah satu kekuatan film ini. Adegan-adegannya memang slapstick, tapi kalau diperpanjang sedikit -menurutku- akan menambahkan ketegangan dan bikin film ini tambah seru.
***
Semoga film anak-anak yang seperti ini terus diproduksi di Indonesia sehingga makin banyak alternatif bagi keluarga untuk menonton film yang berkualitas.
3 thoughts on “Nonton Film “Lima Elang””
Produksi film mendidik seperti ini jumlahnya harus ditingkatkan lagi, namun sayangnya pihak produksi pasti masih memikirkan profit dari pada idealisme sebuah cerita dalam film.
Mau kita begitu Pob. Kalau mau film2 seperti ini makin banyak, berarti kita harus nonton spy banyak produser yg melihat bhw masyarakat memang suka film2 seperti ini 🙂