Dalam homeschooling banyak hal diserap anak melalui proses pengamatan terhadap apa-apa yang terjadi di rumah. Karena sebagian besar waktu anak dihabiskan bersama orangtuanya, maka anak menyerap sebagian besar kebiasaan orangtua. Itulah sebabnya, ketika kita ingin melakukan homeschooling, modal terbesar yang perlu dimiliki orangtua adalah keinginan untuk selalu belajar & pantang menyerah.
Seperti kata Naomi Aldort, “Raising Children, Raising Ourselves”, mendidik anak itu sebenarnya mendidik diri kita sendiri sebagai orangtua.
***
Belajar dan Berbagi Cerita pada Anak
Sebagian besar pengetahuan yang aku miliki saat ini seperti membuat website, penguasaan aneka software desain, aransemen musik, masak, dll aku pelajari lewat internet secara otodidak. Anak-anak melihat proses yang kujalani dan mendengar cerita tentang proses belajar yang kulakukan.
Dalam prosesku belajar, aku tidak malu untuk berbagi pengalaman keberhasilan maupun kegagalan kepada anak-anak. Aku ingin mereka tahu bahwa setiap keberhasilan itu tak datang tiba-tiba, tapi seringkali merupakan proses setelah melewati beberapa kali kegagalan atau buah dari rentang waktu panjang kerja keras.
Seperti dalam hal masak-memasak, anak-anak melihat semua proses belajar yang kulakukan, termasuk saat proses memasak itu gagal. Anak-anak terkadang harus menikmati makanan yang gosong, bantat atau keasinan sekian kali sebelum akhirnya aku berhasil memasaknya dengan benar.
Dua Kali Percobaan yang Gagal
Nah, pengalaman kegagalan itu terjadi lagi saat aku mendadak pengen banget mencoba membuat Pita Bread/Pocket Bread. Percobaan pertama gagal total. Entah kenapa aku salah membaca resep dan menaruh garam 3x lebih banyak dari seharusnya. Plus, resep pertama yang aku coba tanpa ragi membuat rotinya bener-bener gagal total: sudah nggak ngembang, asin banget pula.
Percobaan kedua, aku mencoba resep lain yang kali ini pakai ragi. Ternyata yang berhasil hanya roti pertama & kedua. Selebihnya nggak ngembang sama sekali. Hasilnya mirip tortilla tapi tebel. Hehehe.. Untungnya anak & suami tetap mau memakannya, walau kata Yudhis rahangnya capek karena ketebelan ‘roti’nya.
Karena masih penasaran, aku coba lagi masih pakai resep yang sama tapi kali ini aku betul-betul ikuti petunjuk dalam resep untuk memisahkan tiap lembar roti dengan tisu/kertas roti. Dari pengalaman percobaan kedua aku belajar bahwa kalau roti tidak dipisah, adonan roti itu akan sedikit menempel satu sama lain walau sudah ditaburi tepung yang banyak. Proses memisahkan adonan roti itu menyebabkan lapisan luar roti robek, sehingga udaranya keluar. Walau secara kasat mata lapisan roti kelihatan aman/tidak robek, tapi ternyata tetap tidak bisa membuat roti mengembang. Makanya yang berhasil hanya roti pertama & kedua yang belum terlalu menempel satu sama lain.
Percobaan Ketiga yang Berhasil
Nah, akhirnya setelah 2 kali percobaan yang gagal, pagi ini akhirnya aku berhasil membuat roti itu mengembang sempurna, membentuk kantong cantik di dalamnya. Wuaaa senang sekali. Lebih bahagia lagi karena proses ini diikuti oleh anak-anakku. Tanpa mereka sadari, mereka sedang belajar tentang persistensi: kalau kita terus berusaha dan belajar, suatu saat pasti bisa. Walau harus melewati beberapa kali kegagalan, tapi ketika berhasil rasanya sangat menyenangkan.
Salah satu isi Pita Bread/Pocket Bread ini sebenarnya adalah selada. Tapi karena seladanya sudah habis dimakan untuk menemani percobaan roti-roti sebelumnya, rotinya kali ini hanya diisi dengan potongan kecil timun. tomat & ayam suwir dan Thousand Island.
Buat yang mau membuat Pita Bread bisa mencoba resep di bawah ini. Resep ini aku adaptasi dari video tutorial ini dengan sedikit modifikasi:
Bahan 1:
- 1/2 cangkir air
- 2 sdt gula
- 1 sdt ragi instan
Bahan 2
- 4 cangkir tepung
- 2 sdt garam (resep asli 1sdt, tp dari percobaan pertama rasanya terlalu tawar)
- 1sdm minyak sayur (resep asli tanpa minyak sayur, tp dr video lain katanya minyak bisa membuat roti lebih lembut)
- 1 cangkir air hangat (resep asli 1.5 cangkir)
Cara Pembuatan:
- Campur bahan 1, sisihkan 10 menit
- Campur tepung + garam. Tambahkan bahan 1. Aduk.
- Masukkan air sedikit demi sedikit sambil terus diuleni hingga kalis. Lumuri adonan yang sudah kalis dengan minyak sayur. Sisihkan 1 jam
- Bagi menjadi bola-bola kecil, lumuri tepung. Sisihkan 10 menit
- Giling setiap bola menjadi lempengan. Sisihkan 10 menit. Penting: Usahakan ketika menyisihkan lempengan agar tidak saling ketemu satu sama lain. Karena titik ini ternyata penting sekali untuk membuat roti kita mengembang sempurna
- Panggang di pan anti lengket satu persatu
Isi Pita Bread/Pocket Bread bisa apa saja. Aku memakai sayuran dipotong kecil-kecil + persediaan ayam suwir yang memang aku buat dalam jumlah banyak karena bisa dimanfaatkan untuk apa saja, soto, bubur ayam, nasi/mi/kwetiaw/bihung goreng, isi roti, pizza, spageti, lemper, sushi dll. Sebagai saus bisa digunakan mayonais atau thousand island sesuai selera.
12 thoughts on “Mengajarkan Budaya Belajar pada Anak”
cobain praktek bikin kue nya dulu berhubung anak nya blm ada 😀
ayo praktek… jadi nanti kalau punya anak nggak sering gagal masak kayak saya. Hehehehehehe…
Pakai tepung jenis apa Mbak ? Btw, sepertinya mirip roti cane ya Mbak mulai dari resepnya, cara manggangnya, dan gambar hasilnya.
Dalam pengalaman saya paling sukses kalau pakai tepung roti (saya pakai Cakra Kembar). Beda dengan roti canai, karena roti kantong/pita bread justru tidak boleh ada serabut supaya terbentuk kantongnya. Dari sisi bahan baku roti canai juga menggunakan lebih banyak minyak & mentega, makanya rasanya lebih gurih sedangkan roti kantong ini cenderung plain. Lebih mirip tortilla tapi ada kantongnya
kalau aku mbak, pengen makannya tapi ga pengen buatnya :p hihi..
Betul bgt mak, kalau kita terus berusaha dan belajar, suatu saat insya Allah pasti bisa 🙂 aku suka kalimat itu mbak..
semangaaaaaat ^_^
mau nyoba akh….selama in roti tahunya di panggang di oven…
Ayo dicoba mbak 😀 seru lho waktu melihat rotinya ngembang.
Ternyata butuh Perjuangan ya untuk membuat roti..
tapi worthed mbak, soalnya waktu berhasil rasanya seneeeeeng banget 😀
cangkirnya yang besarnya seberapa, Mbak?
Ukuran cangkir (cup) itu kalau dalam gram adalah 128gr. Kalau dalam pengalaman saya, cangkirnya bisa pakai ukuran apa saja, itu buat perbandingan ukuran saja. Jadi cangkir yang sama untuk mengukur tepung dan juga air. Karena dalam praktiknya, jumlah air sangat menyesuaikan kondisi (cuaca & karakter tepung juga berpengaruh). Goal-nya adalah membuat adonan yang halus & lentur. Di situlah serunya. hehehe