Kemarin aku menemani Yudhis belajar matematika. Dia baru saja menyelesaikan 60% dari materi matematika kelas 6 yang ada di IXL Math.
Kemarin dia belajar membuat persamaan linear Y = aX + b. Dia sudah pernah mempelajari materi ini, tapi masih kesulitan. Beberapa kali aku menjelaskan kepadanya, ternyata dia masih belum mengerti juga. Dia masih terlihat meraba-raba terus sampai membuatku agak kesal karena menurutku seharusnya dia bisa memahaminya dengan cepat.
Saat sedang break di dekat meja makan, tiba-tiba Lala nyeletuk:
“Wah.. kalau matematika yang seperti itu kesukaan Ibu, Dhis,” kata Lala. “Kita tak perlu menghafal, yang penting ngerti dan logikanya dapet, kita bisa menyelesaikan soal deh.”
“Contohnya itu seperti ini. Kita menjual bakso. Harga satu bijinya Rp. 600. Terus, kalau kita berhasil menjual 10 butir dapatnya berapa? Kalau menjual 100? Kalau 1000? Bagaimana cara menghitungnya?”
Yudhis diam sambil berfikir.
“Supaya kita harus menghitung satu-persatu, maka kita harus mencari rumusnya atau polanya. Jadi, penjualan bakso itu bisa ditulis sebagai Y = 600X. Y adalah nilai penjualan, X adalah jumlah bakso yang terjual. Mengerti?”
Yudhis manggut-manggut. Tapi kelihatannya belum sepenuhnya mengerti.
“Atau contoh lain begini, Dhis,” aku menambahkan. “Misalnya biaya pembuatan bakso itu Rp. 400. Berapa modal yang diperlukan kalau ada pesanan 1000 bakso?”
“Empat ratus kali seribu sama dengan empat puluh ribu.”
“Nah… itulah kegunaan dari materi yang kamu pelajari tadi. Kalau kamu bisa mengetahui manfaatnya, kamu akan bisa menyelesaikannya.”
“Terus tentang +b itu. Nah, itu contohnya adalah biaya yang sudah pasti dikeluarkan dan tidak berhubungan dengan jumlah bakso yang dijual, misalnya gaji karyawan. Berapapun jumlah bakso yang terjual, gajinya tetap, misalnya Rp. 500 ribu. Tugas kamu adalah menjual bakso sebanyak-banyaknya. Kalau penjualannya sedikit, kamu rugi atau untungnya hanya sedikit karena dikurangi 500 ribu untuk membayar pegawai. Tapi kalau penjualannya banyak, untungnya semakin banyak karena biaya karyawannya tetap 500 ribu.”
“Ngerti.. ngerti.. kayaknya aku ngerti,” kata Yudhis mulai menunjukkan wajah antusias.
Aku kemudian memberikan beberapa contoh lain yang berhubungan dengan keseharian yang diketahui Yudhis.
“Oke…oke…,” Yudhis kemudian ngeloyor pergi melanjutkan IXL Math-nya.
Tak lama, dia kembali lagi.
“Ternyata kalau sudah mengerti gampang ya…,” kata Yudhis tersenyum sambil garuk-garuk kepala.
“Terus tadi kenapa susah mengerti?”
“Hehehehe…” Dia tak menjawab dan kemudian pergi bermain.
***
Setiap anak butuh waktu untuk mencerna materi yang sulit dikuasainya. Manfaat praktis dan hubungan antara materi dengan peristiwa keseharian bisa membantu anak untuk memicu pemahamannya.
1 thought on “Membuat Persamaan Linear”
Terima kasih sharingnya sebelumnya….
Teknik yang sebenarnya sudah umum, tetapi terkadang sebagai orang tua kita lupa, bahwa anak maupun kita akan lebih cepat belajar dari hal-hal yang disukai, diminati, dan atau pengalaman. 😀