Sekolah di rumah memang bebas. Jadwal fleksibel dan waktu di tangan kita. Itu positifnya, negatifnya karena tidak ada tekanan dari luar — mengajak anak untuk selalu on schedule menjadi lebih tricky.
Anak tahu kalau waktu itu fleksibel dan bisa diatur. Tantangannya adalah bagaimana membuat dia tidak menjadi suka2 dengan schedule kesepakatan bersama.
Seperti Tata yang sedang sulit untuk bangun olahraga pagi. Padahal kak Yudhis jam 5 sudah bangun dengan wekernya. Tata juga suka mengulur2 waktu mandi dan makannya sehingga mengacaukan jadwal yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Lalu bagaimana caranya?? Aku dan mas Aar sepakat untuk tidak memakai jalur keras kepada anak2. Pelanggaran atas kesepakatan berdampak bukan dengan kemarahan tapi dengan teguran–pertanyaan kenapa dia seperti itu dan kemudian teguran itu diikuti dengan pengurangan kebahagiaan.
Seperti misalnya “sampai Tata dianggap sudah cukup berusaha untuk memperbaiki diri, maka Tata nggak dapet oleh2 enak yang sering bapak bawa kalau pulang”.
Yang sulit itukan menahan diri untuk tidak marah pada anak dan tetap mempertahankan apa2 yang sudah disepakati bersama.
Semoga cara ini kelak membuat anak menjadi pribadi yang taat hukum dan tidak suka pada hal2 yang berbau kekerasan untuk menyelesaikan masalahnya. Amin ^_*
2 thoughts on “Membuat Anak on Schedule”
Artikel yang menarik…boleh izin saya posting arikel tentang HS ini di blog saya?
tentu boleh. Silahkan mas..