Aku percaya tentang pentingnya ketekunan dan kerja keras. Kendatipun suka dengan gagasan memaparkan anak pada hal-hal yang diminati agar mereka sejak kecil belajar mengenali passion-nya, menurutku ketekunan dan kerja keras adalah bagian yang tetap krusial dalam proses pengembangan diri anak-anak. Dua-duanya perlu berjalan seimbang dan saling melengkapi.
(Baca: Pengembangan Minat & Bakat Anak)
Seorang anak bisa saja minatnya berubah-ubah atau belum jelas dalam proses perkembangannya hingga remaja. Tapi kalau dia terbiasa bersungguh-sungguh dan bekerja keras, kebiasaan itu akan sangat bermanfaat pada saat dewasanya.
Jika dia tak kunjung mengenali minat dan bakatnya yang khusus, ketekunan dan kerja kerasnya pasti membuahkan keterampilan dan kemampuan pada hal-hal yang digelutinya. Jika dia pada akhirnya menemukan minat dan bakatnya, ketekunan dan kerja kerasnya akan membuatnya bertumbuh dengan sebuah percepatan.
Kunci keberhasilan adalah stamina jangka panjang
Angela Lee Duckworth, seorang guru di New York yang menjadi pembicara di TED, melakukan penelitian. Kesimpulannya adalah: IQ dan bakat bukan indikator pasti yang menentukan kesuksesan di masa depan.
“Apapun langkah Anda di masa depan nanti, bukan tingkat IQ atau IPK sempurna yang menjadikanmu sukses. Tapi sesuatu yang disebut ‘Grit’. Sebuah tekad yang dilakukan dalam jangka panjang,” kata Angela Lee Dockworth.
Grit adalah tekad dan ketahanan untuk mengejar tujuan jangka panjang. Grit adalah memiliki stamina untuk bekerja keras terlibat dalam sebuah hal bukan hanya dalam hitungan hari, minggu, bulan, tetapi dalam hitungan tahun.
Grit adalah seperti menjalani maraton, bukan lomba lari cepat (sprint).
Bagaimana cara membangun ketekunan dan kerja keras?
Tidak ada cara instan untuk membangun ketekunan dan daya tahan anak melakukan sesuatu. Terlebih untuk anak-anak. Kita yang dewasa saja seringkali tidak tekun, angin-anginan, dan tak tahan bekerja keras dalam jangka lama.
a. Ketekunan dan kerja keras adalah proses jangka panjang
Ketekunan dan kebiasaan bekerja keras, serta ketangguhan adalah sebuah proses budaya yang membutuhkan waktu panjang bertahun-tahun. Orangtua perlu memberikan teladan dan stimulasi.
b. Bangun ekspektasi yang wajar
Karena proses bertekun dan budaya kerja membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menumbuhkan, maka bangunlah ekspektasi yang wajar pada anak. Untuk anak-anak di bawah 7 tahun, yang penting adalah keteladanan dan pesan/nasihat terus-menerus. Pada anak SD, Anda sudah mulai bisa meminta komitmen anak pada hal-hal yang disepakati.
c. Buat kesepakatan-kesepakatan dan tegakkan
Buatlah kesepakatan tentang hal-hal yang harus dikerjakan anak, beserta konsekuensinya, kemudian tegakkan. Sebagai contoh, jadwal mingguan. Jika akhir minggu anak belum menyelesaikan janjinya, maka kegiatan liburan/main game baru bisa dilakukan setelah anak menyelesaikan komitmennya.
d. Keteladanan yang diceritakan
Pelajari hal baru dan lakukan bersama anak-anak. Lewati kegagalan dan keberhasilan, serta jatuh bangun bersama. Sambil berproses, ceritakan apa yang Anda lakukan kepada anak dan jadikan proses itu sebagai pembelajaran bagi anak.
(Baca: bangkit dari kegagalan)
e. Kebiasaan menyelesaikan sampai tuntas
Biasakan anak menyelesaikan sebuah hal sampai tuntas. Misalnya, membersihkan mainan usai bermain. Demikian pula saat berkegiatan. Jika anak belum mampu menyelesaikan, maka Anda yang menyelesaikannya (dengan anak menemani proses menyelesaikan). Dengan proses ini, anak akan terbiasa melihat bahwa sebuah kegiatan harus dikerjakan dengan tuntas.
3 thoughts on “Membangun budaya ketekunan dan kerja keras pada anak”
Hallo mbak Julia
Pa kabar?
Mantab artikelnya, krn sdg membangun ketekunan anak yg ternyata tdk mudah
Tantangan datang ketika anak bertemu rekan sejawatnya disekolah/ lingkungan yang tidak dididik dengan konsep yg sama dengan kita. Bagaimana meyakinkan anak kita bahwa ketekunan dan kerja serius adalah kunci keberhasilan.
Diantaranya adalah menyaksikan contoh nyata dan ngobrol dari hati ke hati