Selama ini sering sekali aku menemui ibu-ibu yang semangat homescooling namun merasa sendiri karena tidak didukung oleh suaminya.
Secara teori, aku selalu menyatakan bahwa kunci terbesar kesuksesan HS itu adalah pada kebersamaan dan kekompakan suami-istri. Namun baru kemarin ini aku merasakan sendiri pengalaman HS sendirian tanpa suami. Dan itu memang jauh lebih sulit.
Tidak seperti biasanya, mas Aar pergi cukup lama sendiri. Mungkin hal ini sangat biasa di keluarga lain dimana ayah pergi kerja keluar kota beberapa minggu. Namun itu tidak biasa untuk keluarga kami yang sejak dari awal memang selalu runtang-runtung bersama.
Dua minggu tanpa mas Aar ternyata berjalan sangat lambat. Pelajaran anak-anak pun saaangat dilonggarkan dan diganti dengan pekerjaan rumah (chores) tambahan. Untungnya Yudhis dan Tata sudah cukup mandiri, tapi perkembangan yang kurang baik terjadi pada Duta.
Aku sendiri tak terlalu menyadari bahwa itu sudah menjadi bibit negatif sampai mas Aar pulang dan merasakan perbedaan besar pada Duta sejak 2 minggu lalu.
Duta menjadi jauh lebih manja, susah makan, lebih sulit diberi tahu dan mulai memaksakan kehendaknya sendiri dengan cara merajuk dan menangis keras. Kata mas Aar aku nyaris kalah terhadap Duta.
Harus kuakui, energiku yang sudah habis terserap untuk pekerjaan rumah dan pelajaran anak-anak membuatku malas “beradu otot” dengan Duta. Alih-alih mendidiknya, aku malah langsung memberikan dan selalu menuruti apa yang Duta minta. “Biar cepet” & “biar nggak rewel” menjadi alasan terbesarku untuk menuruti saja keinginan-keinginannya. Toh cuman sebentar, sampai bapaknya pulang, alasanku kemudian.
Namun ternyata 2 minggu itu cukup untuk menggoyahkan pondasi yang memang belum cukup kuat pada seorang anak kecil. Dan aku harus mengakui bahwa harusnya aku tak membiarkan keletihan dan keenggananku melemahkan anakku sendiri.
Sekarang mas Aar sudah pulang, langkah menjadi jauh lebih ringan, dan urusan Duta pun sedang dibenahi. Semoga kebiasaan buruk yang menempel padanya 2 minggu ini bisa segera dikikis. Dan yes… Memang it takes two to tango homeschool 🙂
1 thought on “Memang Harus Berdua”
Memang berat mbak ..suami saya bekerja di Banjarmasin dan hanya pulang 3-4minggu sekali. Si bungsu saya kira-kira seumur Duta ..kuncinya bukan diikuti, tapi diajak kegiatan kita..