Wooaah.. waktu memang terasa berjalan suangaat cepat. Terlalu cepat malah. Rasanya baru kemarin ada rencana pulang ke kampungnya mas Aar.. lho kok sekarang sudah kembali ke Jakarta dan kembali menjalani kehidupan dan membayar hutang-hutang kerjaan. Termasuk hutang cucian dan tumpukan setrikaaan… alamak..
Padahal, waktu lagi di kampung, walaupun sedang liburan, otak rasanya penuh dengan aneka “rencana” mau ngapain setelah kembali ke Jakarta.
Ini semua gara-gara begitu sampai Jakarta, besoknya langsung mens. Toeeng.. langsung deh aku drop, nggak karu-karuan… begitu aku lebih stabil, eh.. gantian ibu yang drop. Jadilah masih berkutat di seputar kerjaan rumah, beres-beres dan beres-beres.. Padahal udah pengen ini-pengen itu.. ckckck.. begini nih kalau masih belum bisa menahan keinginan. Walaupun keinginan itu masih berupa buah pikiran, tapi kalau tidak bisa dikontrol jadinya malah bikin kusut kepala.
Untung tadi agak-agak sadar pas lagi nyetrika, kalau seberantakan apapun rencana, sekusut apapun keadaan, momen itu tetap harus bisa dinikmati. Jadilah, ketika nyetrika tadi aku berusaha untuk menikmati momen nyetrika itu.. Dan ditengah saat-saat menyetrika baju itu rasa syukurku tiba-tiba meluap. Aku bersyukur aku masih bisa menyetrika baju sambil minikmati secangkir kopi, aku bersyukur baju-baju ini kering dan harum, aku bersyukur bisa mencuci baju-baju ini dengan air yang jernih, aku bersyukur ada listrik yang menjalankan mesin cuci ini sehingga aku tidak terlalu keletihan. Terbayang olehku saudara-saudaraku yang sekarang sedang kesulitan air, listrik, makanan, terbalut kesedihan mendalam karena kehilangan sanak saudara, kekasih, anak, harta-benda karena bencana.
Tiba-tiba rasa dihatiku bercampur aduk, kurasa mataku sembab dan nada-nada itu pun hadir dikepalaku dan sebelum aku sadar ada sebuah lagu yang tercipta untuk saudara-saudaraku di Sumatera yang sedang terkena gempa.. Belum ada judulnya sih.. tapi semoga doa ini bisa sampai ke Surga. Amin.
Apa yang terjadi di negeriku, Tuhanku
Mengapa begitu banyak duka, TuhankuGempa yang tiba-tiba menghancurkan
Bencana yang seakan tak pernah redaTuhan,
Kala laut bergolak
Tanah-tanah retak
Hujan badai halilintar
Diri ini pun terpaku
Tak kuasa lari dari-MuAda apa semua ini, Tuhan?
Apakah hanya pertanda alam semata
Ataukah dosa-dosa kami yang jadi pemicunya?Tuhan,
Ampuni dosa-dosa kami
Ajari kami sucikan diri
Teguhkan kami perbaiki bumi
Agar negeriku damai kembali
2 thoughts on “Libur, Setrikaan dan Lagu Baru”
terrima kasih udah menggubah lagu (doa) untuk korban gempa di sumatra mbak,
semoga tidak ada musibah yang lebih besar lagi,
amin…
kutunggu lagunya mbak…hehehe…