Kalau Anda bisa menikmati aneka acara petualangan National Geografic, kemungkinan besar Anda akan menyukai saat Anda menjalani homeschooling/home education.
Menjalani home education atau homeschooling itu ibarat menempuh petualangan (journey). Yang penting bukan hanya tujuannya, tetapi juga proses selama perjalanan mencapai tujuan itu.
Bedanya dengan menonton film National Geographic, sebagai praktisi Anda menjadi pelaku bukan penonton. Nah, itu bagian yang paling seru.
Tujuan dan Proses Sama Pentingnya
Homeschooling berangkat dari visi keluarga (Ibu+Bapak) mengenai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Visi ini diperlukan untuk memandu arah, juga untuk menjadi koridor dan pegangan saat homeschooling berada dalam turbulensi, misalnya: masalah keluarga, gangguan eksternal, kenyataan yang tak sesuai harapan, dan sebagainya.
Tapi visi bisa menjadi hal yang mengintimidasi kalau kita mendefenisikannya terlalu sempit dan rigid. Visi yang baik menyangkut nilai-nilai yang substansial yang secara implementasi bisa dijalankan dengan fleksibel dan tak hanya skenario tunggal.
Karena mencapai tujuan hanya salah satu hal penting dalam perjalanan, maka kita tak boleh menunda kebahagiaan. Perjalanan mencapai tujuan itu sendiri harus bisa dinikmati, baik pada momen-momen keberhasilan maupun momen kegagalannya.
Tak Semua Hal Sesuai dengan Rencana
Perjalanan homeschooling tak jauh berbeda dengan perjalanan kehidupan. Kita bisa merencanakannya dan bekerja keras merealisasikannya, tetapi pada saat yang bersamaan kita memahami bahwa banyak sekali faktor yang berada di luar kendali kita.
Ibarat petualangan, cuaca bisa memburuk setiap saat. Mungkin ada kecelakaan di jalan sehingga membuat jalanan macet dan perjalanan tertunda. Mungkin ada tanah longsor atau kaki kita keseleo. Dan sebagainya.
Gigih dan sekaligus lentur adalah sikap yang diperlukan. Gigih pada hal-hal yang prinsip. Lentur pada cara dan aksesoris.
Kalau ternyata kondisi membutuhkan kelenturan dan penundaan, kita tetap bisa menikmati keadaan yang tak seperti yang kita rencanakan. Berdamai dengan kondisi, berdamai dengan ketidakpastian, berdamai dengan kegagalan, berdamai dengan ketidaksempurnaan. Dan pada saat bersamaan, kita maju terus untuk memperbaiki diri dan melanjutkan perjalanan.
Tujuan Perjalanan adalah Anak Kita
Walaupun kita memiliki otoritas yang dititipkan Tuhan sebagai orangtua untuk anak-anak kita, otoritas itu tak bisa digunakan sesuka kita. Anak bukan robot yang bisa kita bentuk sekehendak kita saja.
Ada dialektika antara visi kita sebagai orangtua yang ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Ada kedirian anak-anak yang semakin besar semakin penting kedudukannya dalam proses pendidikan karena kepentingan pendidikan yang sejati adalah untuk dirinya, bukan untuk kita (orangtuanya).
Juga, ada dialektika antara konsep/teori dengan kenyataan di lapangan. Apa yang menurut teori bagus belum tentu berjalan di lapangan. Masalahnya bisa di mana-mana: mungkin kita salah memahami, mungkin kita salah menerapkan, mungkin pra-kondisinya tidak terpenuhi, mungkin konsep itu memang tak sesuai dengan anak & kondisi di lapangan, dan sebagainya.
Nah, di titik-titik inilah muncul proses mencari keseimbangan antara visi orangtua dan kedirian anak, antara harapan dan realitas di lapangan. Di sinilah kita perlu mawas diri bahwa tujuan pendidikan adalah untuk kepentingan anak kita, bukan untuk kepentingan kita. Merekalah subyek dalam proses homeschooling yang kita jalani.
Jangan sampai kita salah mengambil jalan yang mengakibatkan tujuan perjalanan kita tak sampai. Atau, kita tetap bersikukuh berjalan hingga sampai di tujuan, tetapi ternyata bukan tujuan itu yang dikehendaki oleh anak kita.