Setahap demi setahap, anak perlu belajar bertanggung jawab atas urusan mereka sendiri. Berbagai momen keseharian bisa menjadi pintu awal untuk proses belajar mereka.
***
Sekitar 2 minggu menjelang lebaran, komputer Yudhis bermasalah, tak bisa di-boot. Aku sudah membantu menceknya, kelihatannya masalah hardware karena hardisk tak dikenali. Jadi solusinya ya harus dibawa ke toko komputer.
Problemnya, toko komputernya di Mangga Dua. Tempatnya jauh dari rumah. Apalagi menjelang lebaran, pasti karyawannya mau mudik. Jadi, kami memutuskan untuk menggunakan momen itu sebagai proses unwired, puasa komputer. Yudhis ganti kesibukan dengan menyabit rumput di halaman sebelah.
Usai lebaran, kami kemudian berangkat bersama ke Mangga Dua. Yudhis sengaja kami libatkan dalam semua proses agar dia belajar bertanggung jawab atas urusannya sendiri. Yudhis belajar packing komputer, membeli & mengikat tali rafia supaya komputer mudah dibawah, dan kemudian membawa sendiri komputer itu saat kami pergi berdua ke Mangga Dua naik kendaraan umum.
Aku tahu, perjalanan menuju Mangga Dua cukup jauh. Ada momen-momen di mana dia harus menjinjing komputer itu, misalnya dari rumah menuju pangkalan angkota yang jaraknya sekitar 100 meter.
“Berat Dhis?”
“Iya, berat. Tapi nggak apa-apa!” jawab Yudhis sambil menabahkan diri.
Walaupun sepanjang perjalanan di angkot dan busway Yudhis tertidur, tapi dia terus menjaga komputer kesayangannya. Saat berjalan dari angkot menuju ke dalam Mangga Dua Mall dan menuju toko komputer di lantai 5, Yudhis juga terus berjalan tanpa mengeluh.
Sampai di toko komputer, ternyata komputer tak bisa langsung selesai hari itu. Hardisknya harus diganti, sementara toko distributor hardisk-nya belum buka. Jadilah kami pulang dengan tangan kosong. Beberapa hari menanti, akhirnya kami dapat kabar bahwa komputer sudah selesai.
Masih dalam proses belajar bertanggung jawab, kami minta Yudhis mengambil sendiri komputernya dengan diantar Lek Gana naik motor. Ini adalah pelajaran keberanian, ketabahan, serta berkomunikasi dengan orang lain dalam dunia nyata. Perjalanan naik motor lebih dari dua jam, apalagi saat pulang membawa komputer di pangkuan bukan hal yang mudah.
“Dia kadang-kadang tertidur di motor, mas!” kata Lek Gana melaporkan proses Yudhis saat mengambil komputer. Yudhis pun langsung tertidur begitu sampai rumah.
“Memang capek Dhis,” kataku dalam hati sambil memandanginya tidur telentang kelelahan. Ada rasa kasihan dan sedikit tidak tega di dalam hati. Tapi aku percaya, ini adalah bagian dari proses penguatan hati dan perjuangannya untuk menjadi laki-laki dewasa yang bertanggung jawab.
.”Mudah-mudahan kegiatan hari ini menguatkan hatimu, memijakkan kakimu, dan meningkatkan keterampilanmu menjalani dunia.”