
Diantara presentasi di TED Conference, salah satu yang kelihatannya akan menjadi klasik (karena relevan utk jangka waktu lama) adalah presentasi Sir Ken Robinson, seorang pendidik dan penulis buku “The Element”. Judul presentasinya adalah “Bring on The Learning Revolution!”
Aku suka gagasan ini, yang selaras dengan prinsip-prinsip menghargai potensi anak dan merayakan keragaman anak.
Dalam presentasinya, Sir Ken Robinson menyoroti sebuah krisis yang memiliki urgensi sama dengan krisis iklim (climate changes), yaitu krisis sumber daya manusia. Krisis sumber daya itu berkaitan dengan ketidakmampuan kita menggunakan bakat dan talenta kita sebagai manusia.
Itulah sebabnya, saat ini hampir di seluruh negara sedang terjadi reformasi di bidang pendidikan.Tapi menurut Ken Robinson, reformasi saja tidak lagi berguna. Sebab, modal yang akan direformasi sendiri sudah rusak dan tidak sesuai dengan zaman. Zaman saat ini tak bisa ditangani dengan model pendidikan yang akarnya adalah zaman industri.
Oleh karena itu, yang dibutuhkan bukan evolusi, tetapi revolusi dalam bidang pendidikan. Sistem pendidikan yang ada sekarang harus ditransformasikan menjadi sesuatu yang berbeda.
Tantangan Dogma dan Kebiasaan
Salah satu tantangan utama dalam revolusi pendidikan adalah berinovasi secara fundamental dalam pendidikan. Itu berarti mempertanyakan apa yang telah kita terima apa adanya (taken for granted), hal-hal yang kita anggap sudah jelas.
Menurut Ken Robinson, masalah terbesar dari reformasi atau transformasi pendidikan adalah tirani dari penalaran umum, sebuah nilai dan praktek yang sudah diterima apa adanya sebagai kebenaran dan orang menganggap tidak mungkin dilakukan dengan cara lain karena biasanya memang begitu.
Dogma-dogma (pendidikan) pada dasarnya adalah buah pemikiran sebagai respon masalah pada sebuah zaman. “Banyak dari ide-ide kita telah dibentuk, bukan untuk memenuhi keadaan abad ini, tapi untuk mengatasi keadaan abad sebelumnya. Tapi pemikiran kita masih terhipnotis dengannya. Dan kita haruslah memerdekakan diri kita dari beberapa ide-ide tersebut.”
Dalam presentasi itu, Ken Robinson mengutip kata-kata Abraham Lincoln: “Dogma-dogma dari masa lalu yang tentram tidaklah lagi memadai untuk masa sekarang yang berangin kencang. Situasi saat ini penuh dengan kesulitan, dan kita haruslah naik bersama-sama dengan situasi ini.”
Ada satu contoh sederhana yang diberikan Ken Robinson tentang kecenderungan kita menjalani kebiasaan (yang sudah dianggap benar), padahal zaman sudah berubah, yaitu kebiasaan memakai jam tangan. Pada orang dewasa yang berusia lebih dari 25 tahun, pemakaian jam tangan untuk melihat waktu adalah sebuah hal yang taken for granted. Semua orang mempraktekkannya dan tidak mempertanyakannya. Tetapi, remaja-remaja zaman tidak melakukan hal itu. Bagi orangtua yg lahir pada masa pra-digital, mereka perlu memakai sesuatu (jam tangan) untuk melihat jam. Sementara itu, anak-anak yang lahir pada era digital tak melihat alasan untuk melakukannya. Sebab, bagi mereka informasi mengenai waktu itu ada di mana-mana, di dalam multi-function device yang mereka miliki dan ada di sekitar mereka.
Linearitas
Salah satu dogma tentang pendidikan yang menurut Sir Ken Robinson sudah tidak tepat zaman adalah ide mengenai linearitas. Bahwa jika kita mulai dari sebuah titik dan kita melakukan semuanya dengan benar, maka kita pasti akan sampai di tujuan dan selamat seumur hidup kita. Jika kita bersekolah sejak SD dan mengikuti semua jalur yang telah ditetapkan hingga perguruan tinggi, kita pasti akan mendapat pekerjaan dan hidup bahagia. Itulah yang dijalani oleh semua orang.
Padahal, kenyataannya hidup tidaklah linear. Kehidupan adalah organik.”Kita menciptakan hidup kita secara simbiotik seiring dengan eksplorasi bakat-bakat kita dalam kaitannya dengan situasi yang tercipta untuk kita.”
Model fast-food & Konformitas
Menurut Ken Robinson, dalam industri makanan, ada dua model untuk menjamin kualitas. Yang pertama adalah restoran cepat saji (fast-food), di mana semuanya standar. Yang satunya lagi adalah seperti restoran-restoran khusus, di mana semuanya tidak terstandardisasi, tetapi bisa dikustomisasi.
Problem dari pendidikan saat ini adalah model yang meniru industri manufaktur dan restoran cepat saji yang semuanya dibuat dalam standar-standar yang ketat, liner, dan harus seragam. Semua anak diperlakukan seragam, padahal bakat manusia sesungguhnya sangat beragam, orang-orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
Personalized Education
Gagasan yang diajukan oleh Ken Robinson adalah pendidikan yang terpersonalisasi (personalized education). Menurut Ken
Robinson,”jawaban untuk masa depan karena ini bukanlah mengenai membuat sebuah solusi baru; namun menciptakan sebuah gerakan dalam pendidikan di mana orang-orang dapat mengembangkan solusi-solusi mereka sendiri, namun dengan bantuan dari luar yang didasari oleh kurikulum yang terpersonalisasi.”
Personalized education juga akan membantu menyelesaikan problem antusiasme (passion) yang telah hilang pada banyak orang. Antusiasme tumbuh dan berkembang ketika orang melakukan hal-hal yang dicintai, di bidang yang dikuasai. Antusiasme merangsang semangat dan energi dan waktu akan berjalan dengan cara yang benar-benar berbeda ketika dijalani dengan penuh antusiasme (full of passion).
3 thoughts on “Ken Robinson: Personalized Education”
😀 terimakasih pak…
sangat inspiratif,
mari bergerak bersama untuk pendidikan yang lebih baik
bukan berarti menolak bantuan dari luar tetapi kurikulum yang personalized. Well noted.