Adakah dua rumah tangga yang menata rumahnya sama persis? Tak ada. Bahkan, rumah tangga kakak-beradik pun tak sama karakter, bentuk, dan pengelolaannya.
Demikian lah homeschooling. Tak ada dua model homeschooling sama persis yang diterapkan dalam keluarga. Walaupun seandainya pun kurikulum dan buku yang digunakan sama, tetap saja setiap keluarga berbeda dalam memandang dan menggunakannya.
Ada keluarga yang bangun pagi, sholat Subuh bersama dan kemudian mulai belajar. Ada keluarga yang memulai proses belajarnya sejak jam 7 pagi, setelah sarapan pagi. Ada keluarga yang memulai belajar sejak pukul 9, setelah sarapan dan melakukan pekerjaan-pekerjaan keluarga.
Dalam proses belajarnya, ada keluarga yang menggunakan buku dan menunggui anak belajar di meja belajar. Ada keluarga yang membukanya dengan diskusi di meja makan tentang kegiatan dan materi belajar hari ini. Ada keluarga yang melakukan percobaan di dapur, ada yang menggunakan komputer dan Internet, ada yang bergabung dengan orangtua lain.
Setelah belajar yang resmi, ada anak-anak yang bermain ke tetangga, ada yang harus tidur siang, ada yang bermain ke taman, ada yang membantu bisnis keluarga, ada yang melakukan pekerjaan sosial di yayasan, dan sebagainya.
Semua itu pilihan. Dan pilihan memberikan variasi dan keragaman yang tak terhingga. Di dalam setiap pilihan itu, ada tanggung jawab yang menyertainya. Tanggung jawab itulah yang menjadi benang merah di dalam setiap keluarga homeschooling, bahwa apapun pilihan yang mereka lakukan, semuanya dilakukan untuk kebaikan anak dan keluarga.
**
Dengan begitu besarnya pilihan dan tanggung jawab yang menyertai di pundak, setiap keluarga memiliki kesempatan untuk menentukan yang terbaik. Perubahan dari waktu ke waktu pun adalah bagian dari keniscayaan adanya pilihan.
Tak penting lagi “keharusan” yang sifatnya eksternal atau keinginan mendapatkan persetujuan orang lain. Yang terpenting mendapatkan pilihan-pilihan yang tepat, baik untuk anak maupun keluarga.