Perkembangan catur Satria Duta bukanlah tipe yang stabil bertumbuh (steady growth). Lebih sering prosesnya naik-turun, bahkan kadang-kadang datar (plateau).
Sebagai orangtua, kami kadang deg-degan dengan model pertumbuhannya.
Dulu, saya bahkan sempat menawarkan kepada Duta untuk mencoba kegiatan lain saat perkembangan caturnya stagnan cukup lama.
“Dut, kayaknya caturmu nggak berkembang. Kamu nggak mau coba kegiatan lain?”
Eh, tak lama setelah itu tiba-tiba Duta menjadi juara Kejurda DKI Jakarta kelompok usia 9 tahun.
Setelah masa itu, prestasi Duta naik-turun seperti roller coaster. Kadang dia main bagus sekali. Tapi, di waktu lain bermain buruk dan kalah melawan pecatur yang lebih lemah.
Walaupun tetap deg-degan dengan pertumbuhan Duta, kami berusaha fokus menjaga kualitas latihannya.
Bertanding di Kelompok Terbuka (Open)
Tiba-tiba Duta menunjukkan kejutan dan lompatan luar biasa.
Duta ikut turnamen JAPFA Christmas Cup 2022 yang diselenggarakan tanggal 17-18 Desember 2022 di Wisma Menpora, Senayan, Jakarta Pusat.
Walaupun ada pertandingan kelompok usia 16 tahun, Duta memilih bertanding di Open yang diikuti 224 pecatur dan banyak diantaranya adalah pemain kuat Indonesia.
Duta berangkat sendiri ke turnamen bersama Godwin Liem, temannya dari Semarang. Sementara kami hanya memantaunya saja dari rumah.
Mengalahkan Banyak Titled Player
“Aku menang babak 1!” lapor Duta di grup WA keluarga usai pertandingan babak pertama.
“Aku menang babak 2!”
“Aku menang babak 3!”
Aku cek, lawan Duta di babak ke-2 adalah WFM Diajeng Theresa Singgih dan babak ke-3 adalah NM Gelar Sagara.
Wah, lawan Duta bukan kaleng-kaleng.
Babak ke-4 dia melawan NM Jamaludin, pecatur senior Indonesia.
“Yay! Aku menang. Full point 4!”
Kami kaget juga dengan performance Duta.
Memasuki babak ke-5, lawannya adalah IM Anjas Novita, mantan pelatihnya di SCUA. Pertandingan berlangsung di hari ke-2.
“Aku menang lawan pak Anjas. Horee.. 5/5!”
Hmmm… lawan berikutnya IM Danny Juswanto, mantan pelatihnya juga di SCUA.
“I win!” tulis Duta pendek di grup WA.
OK, ini aneh sekali. Aku membayangkan Duta pasti excited sekali.
“Cari udara segar di luar, atur nafas dan emosi,” pesanku kepada Duta melalui WA.
“Nggak bisa keluar ruangan. Tangga keluarnya penuh,” jawab Duta. “Aku sekarang mau lawan kak Pepen.”
Usai bertanding melawan IM Danny Juswanto, Duta naik ke meja 1 dan bertanding melawan kak Pepen (GM Novendra Priasmoro) yang sama-sama meraih full point 6.
Perjalanan sampai di sini saja sudah luar biasa buat anak kecil usia 14 tahun yang belum memiliki gelar apapun.
Dan, Duta kalah dari GM Novendra. Wajar.
Lawan berikutnya adalah IM Yoseph Theolifus Taher, salah satu raja catur Indonesia dan anggota tim Pelatnas. Theoritically Duta bukanlah lawan yang sepadan untuk Yoseph.
Tapi kejutan terjadi…
“Aku menang melawan Yosep!”
Itu betul-betul seperti mukjizat buat Duta. Entah apa yang terjadi padanya, Duta betul-betul sedang on fire.
“Aku tadi dipanggil pak Utut abis menang lawan Yoseph. Ditanya kelas berapa dan pekerjaan orangtuanya apa,” Duta laporan.
“Kamu jawab apa?”
“Aku SMP dan orangtuaku freelancer.”
Mengalahkan Yoseph Taher nyaris menjadi kemustahilan buat Duta. Kemenangan itu membuatnya berada di peringkat ke-2 Open pada babak terakhir.
Di babak terakhir Duta bertanding melawan NM Ricky Rismanto dan hasilnya draw.
Peringkat akhir ditentukan oleh perhitungan tie-break karena ada 5 pecatur dengan nilai sama.
Hasilnya akhirnya, Duta menduduki peringkat ke-4.
Alhamdulillah. Puji syukur. Walaupun belum merebut medali, hasl ini adalah pencapaian terbaik Duta selama belajar catur dan mengikuti turnamen.
Semoga hasil ini menjadi booster kepercayaan diri Duta dan menjadi modal untuk terus bertumbuh.