Kejujuran indah seorang guru

La Tahzan fo Teachers

Menangkap dinamika realitas kehidupan selalu menarik bagi jiwa. Apalagi ketika keseharian itu dituliskan dengan jujur seapa-adanya tanpa apologi dan tendensi menutupi (cover up) hal-hal yang dianggap mulia. Dari remah-remah kejernihan memotret sekitar dan perasaan hati pencerita, kita (pembaca) mendapatkan tambahan gizi untuk jiwa.

Itulah yang saya rasakan saat membaca buku “La Tahzan for Teachers” yang ditulis berdasarkan pengalaman mbak Irmayanti Nugraha sebagai guru SMA dan ulasan psikologi oleh mbak Gita Lovusa.

Banyak cerita di lapangan yang menarik di dalam buku ini. Ada dilema sekolah menghadapi anak-anak yang bermasalah sementara orangtua melepaskan tanggung jawab pendidikan kepada sekolah (“Janji untuk Doni”). Ada cerita tentang potensi dan kecerdasan anak yang terabaikan dalam sistem yang sangat berorientasi akademis (“Herman”, “Si Tukang Omong di Sekolah”).

Tapi tak melulu memotret para murid dan sistem persekolahan, di dalam buku ini banyak tersebar refleksi seorang guru yang mencintai profesinya tapi tergagap-gagap mengatasi masalah nyata di depan matanya dan juga target-target dari sistem yang harus dijalaninya. Ada refleksi dari “Kungfu Panda” tentang perlunya memperlakukan setiap anak secara spesial, juga inovasi model pengajaran “Berbalas Pantun” yang digunakan untuk menghidupkan kelas.

**

Aku suka buku ini. Menyusuri kata demi kata dalam buku ini, aku teringat salah satu buku yang pernah aku baca “Selasa Bersama Morrie (Tuesday with Morrie)”. Bahasanya ringan dan mengalir, cara bertuturnya menunjukkan bahwa penulisnya bukan hanya meletakkan pikiran di tangannya, tetapi juga memberikan hatinya untuk melahirkan kata-kata.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.