Pagi ini matahari bersinar cerah ketika kami melangkahkan kaki keluar rumah untuk menghadiri “32nd Jakarta Highland Gathering (JHG)” yang berlokasi di Imperial Klub Golf, Lippo Karawaci.
Jakarta Higland Gathering merupakan semacam festival yang diadakan oleh komunitas Skotlandia, berawal dari Highland Games yang diadakan di Skotlandia. Festival ini telah berkembang menjadi kegiatan amal dan festival untuk keluarga, menampilkan lomba, olahraga, serta pertunjukan seni.
Kami ingin hadir di acara ini karena ingin memperkenalkan kepada mereka sebagian budaya internasional, setelah beberapa hari sebelumnya mereka belajar tentang budaya tradisional di Museum Wayang.
***
Rencana sebelumnya, kegiatan kami akan pergi ke JHG 2011 bersama keluarga mbak Mella dan teman2 lain. Tapi karena mbak Mella ada acara perkawinan sahabatnya, akhirnya kami jalan sendiri. Abby langsung mengundurkan diri begitu diberitahu bahwa kami akan naik kendaraan umum.
“Latihan, Bi. Biar badannya kuat,” bujuk kami.
“Nggak ah. Aku udah pernah latihan naik angkot sama Papa,” jawab Abby. “Aku pernah pergi ke kota sama Papa, naik bis berdiri, terus naik angkot. Pulangnya naik taksi.”
Hehehe..
***
Jadilah kami berangkat berlima bersama Yudhis, Tata, dan Duta. Buat kami, perjalanan ini adalah bagian dari pendidikan untuk anak-anak agar mereka terbiasa survive dalam keadaan apapun.
Tantangan pertama perjalanan ini adalah kami tak begitu mengenal daerahnya. Anak-anak mengetahui bahwa kami tak mengenal daerah itu. Mereka belajar dan melihat kami mempersiapkan perjalanan dan bertanya bagaimana jalan menuju ke lokasi. Syukurlah perjalanan berjalan lancar. Mengendarai bus Patas AC AJA 119 jurusan Kampung Melayu-Cimone, disambung ojek dari pintu tol Cimone-Karawaci, sampailah kami di lokasi acara Jakarta Highland Gathering.
Cuaca sangat cerah, panas terik dan menyengat ketika kami sampai di lokasi sekitar pukul 11.30. Tempat acara ini sangat luas dan berada di lapangan terbuka. Anak-anak kepanasan dan kelelahan. Kami kemudian memilih duduk di balkon sambil menyaksikan lomba memainkan “bag pipe”, alat musik tradisional Skotlandia.
Cuaca yang sangat panas dan fisik anak-anak yang mulai turun benar-benar menjadi tantangan hari ini. Yudhis sempat muntah usai makan siang. Tapi kemudian dia mendapat energi baru setelah membayangkan bahwa kegiatan ini adalah seperti “Amazing Race” yang dia sukai. Dia seperti tersadar bahwa dibutuhkan stamina & mental yang kuat untuk mengikuti kegiatan semacam ini, juga sudut pandang petualang sehingga bisa menikmati apapun yang sedang dijalani. Apalagi, Yudhis kemudian menemukan lomba “Treasure Hunt” menggunakan QR Code (Quick Response Code).
Cara kerja treasure hunt menggunakan QR Code, pertama harus menginstal aplikasi i-nigma di iPhone atau Blackberry. Kemudian, kode QR itu difoto/scan dan akan menghasilkan petunjuk (clue). Dalam lomba ini, setiap peserta harus menyelesaikan 5 QR Code.
Sementara Yudhis & Lala melakukan treasure hunt, aku menemani Tata dan Duta bermain lompat-lompat. Sebelum itu, Yudhis dan Tata juga sempat ikut kegiatan melukis di layang-layang (kite painting).
Tata kemudian tertarik untuk mengikuti bungee trampoline (banji trampolin). Dengan biaya Rp. 35 ribu, Tata bermain trampolin ini selama 3 menit. Awalnya dia menikmati, berteriak-teriak kegirangan, terus ganti berteriak ketakutan. Begitu diturunkan, dia pengin naik lagi, hehehehehe…
***
Puas rasanya mengikuti kegiatan ini. Anak-anak terekspos dengan berbagai hal dan berbagai indera. Mereka belajar secara fisik & mental.
Di akhir acara, ada cerita seru dan sedikit mengharukan tentang Yudhis yang menunggu pengumuman lomba treasure hunt. Walaupun kami sebenarnya sudah ingin pulang, tapi karena pengumuman lomba treasure hunt-nya pukul 17.00, jadilah kami bersama-sama menunggu pengumuman berhadiah: Blackberry, Acer Iconia, Apple iPad, dan wisata ke Bali untuk dua orang.
Pada saatnya tiba, satu demi pemenang diundi dan diumumkan. Tapi nomor Yudhis tak disebutkan sebagai pemenang. Pada saat penyebutan hadiah puncak, disebutkanlah angka yang keluar: “Tujuh…. dua….”. Yudhis terlihat tegang karena nomornya adalah 725. Apalagi, pembawa acara menunda-nunda penyebutan angka terakhir.
“Enam…!” akhirnya disebut juga angka terakhir untuk pemenang utama yang membentuk angka 726. Yudhis terlihat kaget dan sedih. Dia nyaris menjadi pemenang karena angkanya hanya selisih satu dari pemenangnya!
“Nggak apa-apa ya, Dhis,” Lala berusaha menghibur Yudhis. “Mudah-mudahan lain kali kamu mendapat hadiah dari Tuhan. Banyak berbuat baik supaya kamu bisa mendapat hadiah yang tak disangka-sangka.”
“Iya bu, nggak apa-apa,” jawab Yudhis. “Aku kalau besar nanti pengin seperti Bapak yang beruntung bisa dapat hadiah iPad.”
Hehehehe….