fbpx

Melihat dengan cara berbeda

beyondDalam kehidupan kita yang berjalan secara otomatis, seringkali kita berjalan tanpa kesadaran penuh. Kita berjalan seperti sebuah gerombolan (herd), mengikuti tren dan arus utama yang berjalan di sekitar kita. Apa yang ada di masyarakat, kita menerimanya sebagai sebuah kebenaran yang kita terima apa adanya (taken for granted).

Seperti sekolah, yang kita terima sebagai realitas kebenaran, bahkan satu-satunya model pendidikan karena kita tidak melihat model pendidikan berbentuk lain di masyarakat. Dan kemudian, sekolah pun kita sederhanakan menjadi ijazah, seragam, raport, rangking, dan sebagainya.

Begitu banyak hal lain yang kita jalani sebagai sebuah keharusan dan kebenaran. Pertanyaannya: apakah memang demikian? Apakah memang harus seperti itu? Siapa yang mengharuskan?

HS memberikan peluang kepada kita untuk merenung dan bertanya; bisakah kita melihat pendidikan dengan sudut pandang berbeda? Bisakah kita memilih arah pendidikan yang berbeda? Bisakah kita menggunakan jalan yang berbeda untuk meraih tujuan pendidikan yang kita harapkan?

Jawabannya mungkin sederhana. Bisa. Sebab, ini adalah hidup kita. Dan yang mempertanggungjawabkan kepada Tuhan mengenai hidup kita adalah kita sendiri; bukan orang lain.

4 thoughts on “Melihat dengan cara berbeda”

  1. maaf sebelumnya, saya ingin bertanya..
    setelah saya baca2 dan saya ikuti melalui twitter..apakah yg dmksd HS disini lebih kpd sekolah alam? mksdx sekolah yang tdk terikat dan tdk terbatas pada bangunan sekolah pd umumny?
    bukan pada HS yang dilakukan secara individual yang biasanya menggunakan modul?
    terimakasih sblmnya

    1. Yg saya maksudkan ttg HS adalah keluarga, bukan seperti sekolah. HS keluarga itu bukan hanya menggunakan modul belajar. Banyak sekali model-model HS dan itulah kesempatan/peluang bagi keluarga yang menjalankan HS.

  2. Saya tertarik sekali untuk menyelenggarakan HS untuk anak saya. Tapi bagaimana menanggapi UUSisdiknas yg mengatakan bhw anak wajib ikut dalam satuan pendidikan seperti sekolah? Apakah hal itu tidak akan mempengaruhi proses peningkatan ataupun kelanjutan pendidikan anak saya nantinya?
    Terimakasih

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.