Tidak terasa sudah hampir 2 tahun alat inhalasi ini menemani hari-hari Duta. Awalnya Duta beberapa kali sesak nafas ketika tidur malam atau kalau kecapekan. Ketika periksa ke dokter ternyata ada gejala asma dan diwajibkan untuk melakukan inhalasi sehari dua kali selama beberapa hari.
Karena sesak nafas Duta terjadi agak sering, akhirnya kami memutuskan membeli alat inhalasi. Kami membeli alat inhalasi merk Omron COMP Air secara online. Proses pembeliannya cukup sederhana, kami mengontak penjualnya dan alat dibayar ketika sudah sampai di rumah (cash on delivery).
Cara Melakukan Inhalasi
Dari dokternya Duta kami belajar bagaimana caranya melakukan sendiri inhalasi di rumah. Ternyata caranya tidak sulit. Untuk anak seusia Duta (sekitar 5-7th) campurannya adalah:
- Pulmicort Budesonide setengah ampul
- Ventolin Nebules setengah ampul
- NaCl Infus (Otsu NS) 1 mL
Ketiga cairan ini bisa dibeli secara bebas di apotek. Yang sulit dicari justru jarum suntiknya karena harus dengan surat dari dokter. Untungnya kami di rumah punya cukup banyak persediaan jarum suntik baru peninggalan almarhumah tanteku yang meninggal karena kanker payudara. Karena kalau agak bengkok dikit karena sering dipakai, jarum suntik ini menjadi macet dan harus diganti.
Cairan itu dimasukkan di dalam nebulizer dan kemudian disambungkan ke anak menggunakan masker. Setelah listrik dinyalakan, cairan obat itu akan menjadi semacam asap yang dihirup anak. Inhalasi dilakukan sampai cairan di dalam nebulizer habis.
Selama inhalasi anak harus duduk tegak dan menarik nafas panjang. Proses inhalasi biasanya sekitar 15 menit. Saat inhalasi, Duta biasanya duduk sambil membaca buku.
Setelah selesai, alat nebulizer dipisahkan dari selang. Nyalakan lagi mesin nebulizer dengan selang tetap menempel untuk mengeluarkan air yang tersisa di dalam selang. Selang disimpan dalam keadaan kering bagian dalamnya. Sementara alat nebulizer itu sendiri dicuci dengan sabun dan dikeringkan.
Hati-hati menyimpan komponen nebulizer
Ada sebuah kejadian yang pernah membuatku stress.
Suatu hari tanpa sadar aku menaruh alat nebulizer yang sudah aku cuci di atas meja bundar dan tidak langsung menaruhnya kembali ke dalam tas saat sudah kering.
Ketika akhirnya aku selesai memasukkan alat nebulizer ke tasnya aku tak menyadari kalau ada satu bagian kecil yang hilang. Hal ini baru aku sadari ketika suatu malam Duta sesak nafas dan aku hendak melakukan inhalasi.
Waktu itu aku bingung mengapa alat inhalasinya tidak mengeluarkan asap seperti biasanya. Setelah periksa sana-sini, aku baru sadar kalau ada benda biru kecil (Vaporiser Head) yang menghilang.
Awalnya aku pikir inhalasi masih bisa dilakukan tanpa benda biru kecil itu. Ternyata benda kecil itulah yang mengubah cairan menjadi asap. Apesnya, benda itu susah sekali dicari. Aku sudah coba mencari di toko-toko penjual alat ini tapi tidak ada yang menjualnya. Kalau mau harus pesan khusus dan harganya cukup mahal. Wuaaaa sedih banget rasanya.
Aku nyaris pesan ketika kemudian tanpa sengaja mas Aar menemukan Vaporiser Head ini bercampur dengan mainan masak-masakan di kotak mainan anak-anak. Antara sebal dan bersyukur… hehe. Sejak saat itu aku benar-benar berhati-hati dalam menyimpan alat inhalasi, setelah dibersihkan – kering – langsung masuk tas. Karena bagaimanapun juga, alat ini sangat berjasa dalam menemani hari-hari Duta ketika sesak nafas.
Sejak punya alat inhalasi ini, Duta sudah tidak pernah lagi melakukan inhalasi sehari dua kali seperti waktu ke dokter dulu. Sekarang Duta hanya melakukan inhalasi sekali-sekali ketika dadanya sesak saja.
Semoga semakin besar Duta, semakin kuat badannya, semakin tidak perlu lagi pakai alat inhalasi. Aamiin.
3 thoughts on “Inhalasi di Rumah”
Halo selamat pagi Rumah Inspirasi, begitu membaca tentang keseharian duta yang ditemani alat inhalasi saya langsung teringat anak saya Nehemia. Nehemia juga beberapa bulan yang lalu terkena asma, tetapi saya tidak langsung membawanya ke dokter, saya gunakan cara herbal. Setiap hari saya beri dia minum 5-10 ml minuman anggur (minuman anggur ini saya beli di Toko Buku Imanuel. Selain itu saya beri dia komsumsi madu+jeruk (biasa saya gunakan jeruk nipis atau jeruk kunci, pokoknya yang namanya jeruk). Saya juga beri Nehemia komsumsi minyak zaitun. Tapi yang paling penting dari semuanya itu kita membawanya dalam doa, karena penyembuh yang paling mujarab tentunya adalah TUHAN, jadi sebelum komsumsi saya ajak Nehemia berdoa dulu mengucap syukur_ ((ini kebiasaan yang saya terapkan di anak-anak saya bahwa setiap komsumsi makanan atau minuman apa saja sebelumnya mengucap syukur pada TUHAN))_ dan minta kesembuhan, dan nilai positif dari semuanya itu adalah anak juga terbiasa bersyukur pada TUHAN sekalipun dalam kondisi sakit. Puji Tuhan sampai sekarang Nehemia sehat -sehat saja dan asmanya nggak datang lagi. Semoga ini dapat bermanfaat untuk Duta, terima kasih.
Terima kasih mbak Sandra 🙂
terima kasih. ini sangat berguna sekali buat saya yang kebingungan dengan masalah nebulizer tidak keluar uapnya. Ternyata memang yang yang berasal dari benda kecil berwarna biru tersebut.
terima kasih.