Malam ini hatiku sedih sekali. Walau rasa sedih ini sesungguhnya telah kumiliki sejak beberapa waktu yang lalu, tapi malam ini entah mengapa terasa begitu mencekam.
Melihat ibu Siami di MetroTV menggetarkan seluruh jiwaku. Siapa tak pedih mendengar bagaimana bu Siami menceritakan bujukan guru di sekolah yang menyuruh anaknya untuk membagikan contekan kepada teman-temannya dengan dalih membalas jasa guru.
“Lif, kamu anak pintar. Gunakan kepintaranmu untuk mengajari semua temanmu di waktu Unas. Kalau kamu ingin balas budi atau jasa kepada gurumu, kamu harus mengajari (baca: memberi contekan UN) semua temanmu.”.
Kepedihan ini semakin menjadi-jadi dengan terjadinya dialog di FB tentangpernyataan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Moh. Nuh yang menyatakan “Warga melakukan itu karena salah satu sebabnya adalah mereka merasa putra putrinya bakalan mendapat nilai jelek. Karena itu janganlah menyelesaikan persoalan dengan menambah persoalan baru.” Pernyataan Mendiknas itu seakan-akan menjadi pembenaran warga yang marah kepada ibu Siami.
Dalam dialog di FB pun muncul pernyataan seorang teman yang menyatakan bahwa kemarahan para wali murid itu terjadi karena orangtua ingin melindungi anaknya dari ketidaksanggupan bersaing dalam ujian nasional.
Ya Tuhan, jadi bagaimana? Apakah dalil itu cukup untuk mengamini kehancuran moral tunas bangsa kita?
Kalau dari SD saja kejujuran buah hati tercinta sudah digadaikan demi selembar ijazah, lalu apalagi yang bisa kita persembahkan pada bangsa ini? Bagaimana kita masih sanggup menjejakkan kaki untuk berdiri tegap memandang bangsa lain dan menyatakan diri sebagai bangsa yang bermartabat jika sejak kecil sebenarnya kita sudah berlaku curang dan berselingkuh dengan kejujuran? Apalagi yang tersisa bagi anak kita ketika dia dewasa jika elemen terpenting dari ruhnya sudah dirampas sejak dini?
***
Apa yang bisa kulakukan? Aku bukan orang penting bangsa ini yang mampu bersuara cukup kencang untuk sampai di telinga para pembesar bangsa. Yang bisa kulakukan hanya menulis dan mendendangkan sepenggal doa agar anakku berkenan menjaga elemen terpenting dari hidupnya… kejujuran…
Lagu ini aku peruntukkan anakku dan anak-anak Indonesia di seluruh negeri. Juga, lagu ini aku persembahkan untuk para orangtua yang memilih untuk tak menyerah dan tetap ingin menjadikan kejujuran sebagai pondasi hidup anak-anaknya.
Anakku cintaku, oh buah hatiku, tak banyak pesanku padamu
Kuhanya ingin kau tahu
Satu hal yang harus selalu kau miliki di dirimu
Jujurlah selalu
Hanya itu maka selamatlah anakku
Walau seluruh dunia berpaling darimu
Jujurlah nak, maka kan damai hatimu
Walau ragamu hancur dan layu
Percayalah cintaku
Oh buah hatiku
Hanya itu pesanku padamu
Jujurlah selalu
Kuatkan dirimu
Doaku selalu menyertaimu
12 thoughts on “#IndonesiaJujur: Jujurlah Anakku”
Lagunya menggetarkan!
Semalam saya emosi mas.. hehehe…
Merinding mbak ndenger lagu nya…..
KEJUJURAN adalah Harta yg paling berharga dr apapun juga, Nak !!!
Lala, Semua ini bersumber dr adanya UN, Unas (dan apalah namanya) … sampai kapanpun juga Ujian Negara/Ujian Nasional … akan tetap merupakanTEKANAN bagi sekolah2 .. dr tingkat SD s/d SMA formal maupun informal …
dr ujung Sabang sampai Merauke …
Jadi jgn ikut Ujian hanya utk dpt selembar Ijazah dgn menggadaikan kejujuran … (=hiks …) … tetap saja ber HS yah … ambil Ujian dr kurikulum luar lalu ikutkan kesetaraan … aman nya sih begitu menurut saya loh …. kasihan anak2 kita … hiks …
arrgghhhh terharu banget!!!
Beautifully Sung!
bagus sekali lagunya bu.. mengharukan sekali, ya.. di jaman sekarang, orang-orang seperti ibu siami laksana berlian yang ada di kubangan, semoga Allah menguatkan langkah orang2 yang membela kejujuran
lagunya bagus mbak….seperti pesannya, jujur 🙂
semoga semua ibu, bisa meneladani ibu siami dan membuka mata, hati dan pikiran bahwa pelajaran “moral” lebih penting daripada selembar ijazah.
inspiratif
bagus banget mba Lala lagunya….
aku lagi belajar harus mempersiapkan apa aja untuk homeschooling.. dan sanggup ga ya …
kondisi sekolahan pun sekarang sudah ga nyaman ya .. hiks…
Kejujuran lebih akan menyelamatkan bangsa, daripada hanya sekedar pintar. Sikap hidup butuh waktu lebih lama dan kontinu agar benar-benar terbentuk. Penentu kehidupan anak selanjutnya juga. Artikel ini angin segar pembuka mata hati orang tua untuk lebih fokus ke pendidikan karakter anak dibanding hanya mengejar angka-angka akademik a.k.a kepintaran. Namun jangan lupakan kepintaran karena penting juga.
Sedihhh😭