Salah satu kegiatan baru di Klub Oase mulai term 2016 adalah home visit. Sebulan sekali, ada agenda kunjungan ke rumah salah seorang anggota Klub Oase.
Kegiatan pertama home visit Klub Oase dilakukan dengan mengunjungi rumah mbak Moi Kusman. Beliau tinggal di Cilegon dan setiap hari Rabu mengantarkan Fattah untuk berkumpul dan berkegiatan bersama di Klub Oase.
Jarak dari rumah mbak Moi di Cilegon sektiar 90 km dan kegiatan Klub Oase dilakukan sekitar pukul 08.00. Seperti diketahui, Jakarta di pagi hari saat berangkat kerja adalah kemacetan yang luar biasa. Dan itu berarti, mbak Moi dan Fattah setiap hari Rabu berangkat dari Cilegon menuju Klub Oase pukul 04.00 pagi!
Proses mengantarkan Fattah dari Cilegon ke Klub Oase betul-betul komitmen yang dahsyat dari seorang Ibu untuk memfasilitasi kegiatan belajar anaknya. Menyopir AKAP (antar kota antar propinsi) selama berjam-jam setiap minggu ini adalah teladan tak terkatakan tentang pentingnya kerja keras dan berjuang untuk mengejar sebuah hal yang dianggap penting.
Jalan beriringan dengan panduan aplikasi WAVE
Salah satu tantangan kegiatan home visit adalah keragaman lokasi tempat tinggal dan titik keberangkatan para anggota Klub Oase. Ada yang tinggal di Serpong, Depok, Bekasi, Kelapa Gading dan lain-lain.
Nuni Amaliah, yang menjadi koordinator kegiatan home visit ini membagi rombongan menjadi 3 titik berangkat. Setelah dikoordinasikan, ternyata ada 11 mobil yang berangkat menuju rumah mbak Moi.
Sebagai alat bantu pergi berombongan, kami menggunakan aplikasi WAVE, yang diperkenalkan oleh mas Ian (Rahadian Syaefullah). Dengan aplikasi WAVE, semua anggota rombongan dapat melihat posisi teman-teman lain dengan mudah. Untuk memastikan proses penggunaan WAVE berjalan lancar, malam sebelum keberangkatan ada sedikit briefing dari mas Ian secara online melalui Whatsapp dan praktek penggunaan aplikasi WAVE.
Rombongan kami meluncur dari Cipinang pukul 05.30 dan berkumpul di titik pertemuan Apartemen Pramuka untuk kemudian meluncur bersama ke Cilegon melalui jalur tol dalam kota arah Priok, bersambung ke tol bandara, masuk tol JORR, dan terus menuju tol Merak.
Perrjalanan berlangsung lançar. Sepanjang perjalanan anak-anak menikmati sambil belajar aplikasi Google Maps, aplikasi WAZE, aplikasi WAVE dan mengenali lokasi-lokasi yang dilewati. Keberadaan teknologi ini betul-betul membantu dan memudahkan perjalanan.
Kami sampai di rumah mbak Moi di Cilegon pukul 08.20.
Menikmati keramahan keluarga Moi Ruzuar
Bahagia rasanya bisa berkunjung ke rumah mbak Moi dan mas Ican. Terbayang rasanya kedahsyatan perjalanan yang dilakukan mbak Moi setiap hari Rabu ke Klub Oase. Pengalaman ini menghangatkan hati dan menjadi inspirasi.
Di rumah keluarga mbak Moi, anak-anak langsung berbaur dan main. Ada yang berlarian di halaman, ada yang main board game “Mat Goceng”, ada yang main Scrabble, dan lain-lain. Ibu-ibu juga langsung ngrumpi dan ngobrol sambil menunggu rombongan lain yang datang satu-persatu.
Sambil menikmati kenyamanan rumah mbak Moi dengan kehangatan perbincangan, ternyata ada bang Andy Simanungkalit yang membawa peralatan untuk menyajikan kopi, lengkap dengan kopinya. Jadilah kami belajar tentang penyajian kopi sambil menikmati seduhan kopi Wamena dari barista Andy Simanungkalit.
Kunjungan ke Pelabuhan Merak
Pukul 10.00, dari rumah mbak Moi kami melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Merak di ujung barat Pulau Jawa. Sebelum kegiatan ini berlangsung, mbak Moi sudah berkirim surat ke ASDP Merak untuk meminta izin kunjungan belajar ke Pelabuhan Merak.
Jadilah hari ini anak-anak menikmati kegiatan belajar di Pelabuhan Merak sambil melihat secara langsung proses yang terjadi di Pelabuhan Merak. Tim dari ASDP memberikan penjelasan kepada anak-anak tentang serba-serbi pelabuhan dan kapal feri. Rombongan juga mendapatkan kesempatan untuk naik ke dalam kapal Feri, menikmati ruang AC di kapal sambil belajar tentang penggunaan life jacket dan keselamatan.
Biaya menyeberang dari Merak ke Bakauheni adalah Rp 13 ribu (dewasa) dan Rp 7 ribu (anak-anak). Jika masuk ke ruang kapal kelas bisnis atau VIP, ada tambahan biaya yang bervariasi. Di kapal .. yang kami naiki kemarin, biaya tambahannya adalah Rp 10 ribu/orang.
Begitu mendengarkan penjelasan tim ASDP dan naik kapal Feri, para orangtua langsung kasak-kusuk berdiskusi untuk melakukan petualangan ke Lampung. Kebetulan ada mas Hadi & mbak Eha yang berasal dari Lampung dan siap memandu petualangan ke sekolah gajah Way Kambas, dll. Yay!
Menikmati kuliner khas Cilegon
Usai menikmati kegiatan belajar di atas kapal feri…, acara dilanjutkan dengan menggelar tikar dan bersantap siang.
Terima kasih secara khusus kepada keluarga mbak Moi & mas Ican yang sudah berepot-repot menyiapkan hidangan khas Cilegon. Bahkan mas Ican bela-belain cuti untuk memasak dan membantu persiapan semuanya.
Ada oseng kulit tangkil, rabeg, dan sate bandeng. Wow.. yummy! Lezat sekali dimakan saat makan siang yang kelaparan di pinggir laut.
Oseng kulit tangkil adalah salah satu menu yang wajib ada di kenduri orang Cilegon. Bahan utama dari oseng kulit tangkil adalah kulit melinjo yang banyak dihasilkan di Cilegon.
Rabeg adalah makanan khas Cilegon sejak dulu dan hanya disajikan pada acara tertentu seperti pernikahan. Makanan kesukaan Sultan Hasanuddin (salah seorang pemimpin kesultanan Banten) selintas mirip rendang basah, terbuat dari olahan daging kambing/sapi dicampur potongan jeroan dan dimasak dengan rempah-rempah.
Dan satu lagi yang tak kalah lezatnya adalah sate bandeng. Terbungkus dalam daun pisang, ikan bandeng yang sudah hancur dan tanpa duri bercampur dengan aneka bumbu dan santan kental rasanya sangat gurih sekaligus manis dan pedas.
Pokok sedap deh!
***
Perjalanan sepanjang hari ini membahagiakan.
Betul-betul pengalaman yang menghangatkan hati, memperkaya wawasan, mengenyangkan perut, dan menantang fisik.
Terima kasih mbak Moi, mas Ican, Fari & Fattah. Terima kasih Oaserians yang selalu penuh semangat, cinta, dan keikhlasan.
Terima kasih Tuhan!