Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 24 November 2013, aku, Tata, Duta pergi bersama Ibu, tante Ari, Ardian & eyang Ipuk ke acara Gelar Budaya Nusantara 2013 di Taman Persahabatan Negara Non Blok, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Gelar Budaya Nusantara 2013 menampilkan ritus budaya pangan Nusantara dari 6 komunitas adat, yaitu ritus budaya pangan Dayak Kanayatn (Pontianak), Toraja (Makasar), Batak Karo (Sumatera Utara), Banyuwangi (Jawa Timur), Kuningan (Jawa Barat), dan Sedulur Sikep Pati (Jawa Tengah). Acaranya sendiri diadakan selama 2 hari, 23-24 November 2013.
Kami datang pada hari kedua. Ketika kami datang siang itu, acara yang berlangsung adalah Ritus Budaya Pangan TORAJA – Aluk Pare (Adat Padi). Ritual Aluk Pare mendapat tempat yang layak dalam masyarakat Toraja dan merupakan lambang kekayaan nomor satu “indah buda parena buda duka umanna” yang artinya adalah siapa yang memiliki padi banyak pasti memiliki sawah yang banyak, karena dalam standar kejayaan di Toraja adalah sawah dengan nilai takar kerbau.
Dalam acara ini beberapa wanita berbaris dan melantunkan syair dan puji-pujian diikuti adegan masyarakat yang berkeliling membawa obor. Di akhir acara dibagikan makanan khas hasil panen Toraja dan kemudian sebagian penonton diajak untuk menari bersama.
***
Secara keseluruhan acara ini bagus dan menarik. Aku pribadi sedih pada diriku sendiri karena begitu banyak budaya lokal yang belum aku ketahui. Makanya aku berusaha sebanyak mungkin memaparkan keindahan budaya nusantara kepada anak-anak, berharap mereka tumbuh menjadi generasi yang cinta pada negerinya & mampu mengapresiasi keragaman budaya yang dimiliki bangsa ini.
Sayang karena keterbatasan waktu, aku hanya sempat menikmati acara dari Toraja, padahal kalau lihat buku acaranya banyak yang ingin aku lihat seperti alat musik bajak ala Wukir Suryadi yang konon setiap alatnya dibuat sendiri oleh Wukir Suryadi, juga ada penampilan “Omah Tandur” oleh Teater Ruang Solo dan Tari Topeng Losari yang nyaris punah.
Ritus-ritus pangan ini merupakan penghormatan terhadap Tuhan dan sikap menghargai alam yang telah menjadi sumber kehidupan manusia berimbas pada kepedulian untuk menjaga alam. Disajikan dengan indah, ritus-ritus ini menjadi sajian budaya yang mengingatkan kembali pada kearifan lokal yang banyak tersebar di berbagai sudut masyarakat Indonesia.
Walau dari sisi spiritual ada hal-hal dalam ritus budaya pangan yang tidak sejalan dengan yang kuyakini, tapi nilai-nilai kearifan lokal yang tersajikan secara indah ini layak untuk diapresiasi dan dilihat sebagai bentuk keragaman kekayaan budaya nusantara yang sangat aku cinta.