Horee! Setelah menjadi penghuni Jakarta lebih dari 15 tahun, akhirnya aku pergi ke Monas. Kalau hanya sekedar bermain di pelataran Monas sudah sering, tapi untuk masuk ke museum dan naik ke puncak Monas, inilah yang pertama.
Mungkin ini fenomena yang sering kita alami ya… senang bepergian ke tempat yang jauh. Tetapi tempat yang berada di dekat kita sendiri tak sempat kita kunjungi. Mungkin karena merasa dekat dan bisa dijangkau dengan mudah, jadinya menganggap gampang sehingga tak pernah menyempatkan.
***
Rabu pagi (27 April 2011), kami berangkat bersama ke Monas. Sebenarnya kami ingin berangkat naik busway. Tapi karena acara yang fieldtrip bersama yang diadakan oleh Klub Oase ini dimulai jam 09.00 dan bersamaan dengan jam keberangkatan kantor, kami memutuskan untuk naik taksi.
Lalu, dimulailah petualangan dengan sedikit kehebohan di awal.
Sebelum berangkat, kami sudah berhitung waktu perjalanan yang menurut perkiraan kami sekitar 1 jam perjalanan. Tapi karena sopir taksi salah mengambil jalan memutar di Kampung Melayu, jadilah kami melewati jalur Casablanca menuju Kuningan dan kemudian terjebak macet di Kuningan.
Di tengah kemacetan, ada telpon dari reporter TVOne yang ingin meliput kegiatan homeschooling anak-anak Klub Oase dan menyatakan sudah sampai di Monas. Telpon teman-teman yang lain, ternyata sama saja. Mereka belum sampai dan sedang berjuang melewati kemacetan di jalannya masing-masing. Nah lho, jadinya tidak enak hati..
Pukul 09.30, akhirnya kami sampai di parkir Monas yang berada di depan Kantor Pemda DKI Jakarta. Dengan terburu-buru, kami berjalan cepat mencari pintu masuk Monas. Di pelataran Monas, kami melihat ada kereta angkut gratis, tapi kami melewatinya begitu saja. Kami pikir, pintu masuknya ada di depan kami (yang terlihat dekat, tapi ternyata jauh juga jaraknya).
Sudah begitu, ternyata pintu yang kami tuju tutup. Dengan mengikuti panah petunjuk pintu masuk, kami berjalan mengelilingi setengah putaran Monas sebelum akhirnya sampai ke pintu masuk. Pfuih… lumayan juga jalan terburu-buru dengan menggendong Duta. Yudhis juga tampak kecapekan menggendong ransel yang berisi bekal makan siangnya.
Ternyata, lokasi pintu masuknya itu berada di depan area istana negara. Cara paling gampang adalah naik kereta dari tempat parkir menuju pintu masuk ini. Gratis. Pintu masuk ini akan membawa kita turun ke bawah menuju museum.
***
Setelah membayar Rp. 12 ribu untuk 4 orang (2 dewasa, 2 anak), kami menyusuri lorong dan kemudian turun 3 meter menuju Museum Sejarah Nasional Indonesia yang dingin dan sangat luas. Di sini kami bertemu dengan teman-teman Klub Oase yang sudah datang lebih dahulu.
Di tempat yang luas ini anak-anak langsung berlarian. Mereka juga berkenalan dengan teman-temannya. Sambil menunggu teman-teman lain datang, aku menemani Yudhis melihat diorama sejarah Indonesia yang ada di dinding museum. Bagus sekali tempatnya. Yudhis terkagum-kagum dengan patung yang ada di dalamnya. Pengin rasanya suatu saat datang lagi khusus untuk melihat diorama dan mempelajari sejarah Indonesia secara visual di museum ini. Kelihatannya lebih mudah daripada membaca buku-buku yang berisi tulisan saja.
Setelah mulai berkumpul, kami kemudian membeli tiket dan naik ke puncak Monas. Untuk sampai ke Puncak Monas di ketinggian 115 meter, kita akan naik lift. Dan ternyata antriannya lumayan banyak juga walaupun bukan weekend.
Di puncak Monas, terlihatlah berbagai penjuru Jakarta. Sayangnya cuaca agak mendung dan gelap sehingga jangkauan pandangan menjadi terbatas. Di sini, anak-anak mencoba melihat jauh menggunakan teropong dengan membeli koin Rp. 2000 untuk satu kali melihat teropong selama 1,5 menit.
***
Setelah puas melihat Jakarta dari puncak Monas, kami turun dan kemudian membuka bekal makan siang sambil lesehan mengobrol santai tentang homeschooling dan berbagai hal. Sementara itu, anak-anak sibu bermain pesawat sambil berlari-larian. Obrolan itu diteruskan di ruang Museum Sejarah Nasional Indonesia yang lebih dingin dan luas. Anak-anak pun bermain dan berlarian sepuasnya di dalam museum.
Acara fieldtrip ke Monas itu berakhir sekitar pukul 15.00.
Usai acara Monas disambung acara informal. Bersama rombongan mas Faisal dan mbak Wiwiet, kami mengunjungi kediaman baru mas Rio & mbak I’iek di Tebet. Jadilah kami bersilaturahmi dan ditutup dengan perjamuan traktiran makan malam oleh mbak I’iek di Ayam Goreng Tulang Lunak “Hayam Wuruk” yang berada di depan rumah mbak I’iek.
***
Terima kasih teman-teman atas kebersamaannya yang indah di Monas. Mudah-mudahan lain waktu kita bisa jalan-jalan dan berkegiatan bersama lagi.
Terima kasih juga buat mbak I’iek dan Trisha yang sudah menyambut dan menjamu kami dengan keikhlasan dan makan malamnya yang enak sekali. 🙂
Sampai di rumah pukul 21.00. Cuci kaki-tangan, mandi, langsung “lenyap” terbang ke alam mimpi.
Terima kasih Tuhan untuk berkah hari yang membahagiakan. Semoga teman-teman yang lain merasakan kebahagiaan sebagaimana yang kami rasakan. Amin.
3 thoughts on “Fieldtrip Klub Oase ke Monas”
Nggak bisa ikutan deehhh…..jam kerja hehehe
Padahal pengen juga 🙂
Jadi inget pertama kali masuk sana, saya maksa2 temen yg asli Jakarta, mereka pada males…usut punya usut, mereka juga belum pernah masuk loohhh 🙂
Tapi mbak Lala sdh pernah kan mas?
Kami sering ke sana di Sabtu malam, anak2 nonton air mancur bergoyang …cuman ya memang rame banget 🙂
Pernah mbak… tapi mungkin waktu aku SD (atau malah TK??). Soalnya aku juga nggak ngeh kalau untuk masuk MONAS harus lewat pintu bawah tanah. Hehehe 😀
Sayang ngt Raya ga bisa ikut….kapan-kapan diadain lagi ya mbak Lala